Wang Lin tanpa bicara langsung keluar dari kebun. Sepanjang perjalanan, pakaian merahnya sebagai murid dalam istana menarik perhatian semua murid terdaftar. Mereka menunjukkan ekspresi iri, namun ketika menyadari itu Wang Lin, raut wajah mereka berubah aneh lalu berubah menjadi kecemburuan yang dalam.
"Kemarin Ketua Sekte mengumumkan murid dalam istana baru ternyata dia! Dulu jadi murid terdaftar dengan cara bunuh diri, kali ini entah pakai cara apa sampai bisa masuk istana, benar-benar keberuntungan babi!"
"Masih perlu dipikir? Menurutku, mungkin dia menjilat jempol kaki sesepuh, melakukan hal-hal hina untuk menyenangkan hati sesepuh sampai diangkat jadi murid. Orang semacam ini benar-benar rendah!"
"Betul, lihat saja kelakuannya yang tolol. Kalaupun jadi murid dalam istana, pasti paling terakhir. Cultivasi dewa itu mudah?"
"Sampah seperti ini, meski pakai trik jadi murid dalam istana, kita tak perlu hiraukan. Sampah tetaplah sampah, di mana-mana akan diremehkan."
"Sialan, sudah empat tahun aku jadi murid catatan, belum pernah lihat orang tak tahu malu kayak gini. Dunia ini gimana sih, kok sesepuh bisa suka sama dia? Mana ada bagianku yang nggak lebih hebat, bener-bener ngeselin!"
"Loe baru empat tahun? Gue udah dua belas tahun! Tapi kita naik pelan-pelan pake kemampuan asli. Hmph, murid dalam sering adu skill, nanti kita tinggal nontin kejatuhan dia."
Omongan miring berdesakan masuk ke telinga. Wang Lin menyapu pandangan dinginnya, berbagai ekspresi sinis tertangkap matanya. Saat ini kemampuannya belum cukup, tapi begitu mencapai level tertentu, satu per satu mereka akan dibalas.
Tak lama ia tiba di gerbang timur, menyusuri jalan setapak menuju air pegunungan. Ditangkupkannya air dengan tangan lalu disiramkan ke muka, sensasi dingin langsung menjalar. Semangatnya bangkit, ditenggaknya beberapa teguk besar sebelum duduk santai di pinggir mulai latihan pernafasan.
Di pohon besar tak jauh dari sana, Elder Sun berjongkok sambil mengerutkan kening, bergumam kesal: "Bocah sialan, bilangnya mencari labu, ternyata benar-benar menunggu labu hanyut dari hulu di sini."
Setelah Wang Lin pergi, ia segera menyelinap mengikuti untuk melihat ke mana murid ini mencari labu. Tak disangka, Wang Lin malah duduk diam di tepi mata air untuk bermeditasi.
Energi spiritual di tempat ini sedikit lebih banyak dibanding kamar. Meski Wang Lin tak merasakan sensasi seperti saat di kebun obat, ia berpikir bahwa Tahap Pemadatan Qi intinya bergantung pada jumlah energi spiritual dalam tubuh. Walaupun bakatnya kurang dan jumlah energi yang diserap sedikit, ia bisa mengimbanginya dengan waktu.
Sebenarnya dugaan Wang Lin tepat. Tahap Pemadatan Qi memang seperti itu - energi spiritual masuk ke tubuh untuk mengubah konstitusi, mempersiapkan dasar untuk Pembentukan Pondasi di masa depan.
Terus menerus bermeditasi hingga tengah hari, Wang Lin merilekskan tangan dan kakinya. Perasaan seperti semut merayap masih belum muncul. Ia berdiri di pinggir mata air, melihat sekeliling sambil berpikir dalam hati: Sun Dazhu pasti tidak akan menyuruhku keluar tanpa alasan, pasti sedang mengikuti dari belakang, mungkin sekarang sedang mengawasi di sekitar sini.
Sambil mengusap perutnya, ia berjalan limbung menuju gerbang sekte. Sun Dazhu mengamuk. Ia sudah duduk bodoh di atas pohon selama setengah hari sambil bergumam: "Bajingan kecil! Lao Fu akan bermain mati-matian denganmu! Satu hari tidak berhasil ya sebulan, sebulan tidak ya setahun! Aku tidak percaya kau hanya punya satu labu itu!"
Setelah berkata demikian, ia melompat dan kembali ke kebun obat lebih dulu dari Wang Lin.
Tak lama kemudian, Wang Lin kembali dengan santai. Sun Dazhu mengusap janggutnya sambil memaksakan senyum: "Tuer, pagi ini sudah menemukan labu?"
Wang Lin menghela napas, menggelengkan kepala dan berkata: "Guru, pagi ini murid terus menunggu di tepi mata air, tapi tidak melihat labu sama sekali. Nanti sore murid akan pergi melihat lagi, mungkin keberuntungan baik masih bisa mendapatkan satu."
Sun Dazhu dalam hati berpikir: "Sepagi ini kau cuma duduk bermeditasi dengan mata terpejam, andai ada labu melayang di depanmu mana mungkin kau lihat." Namun dengan suara ramah dia berkata: "Bagus, Wang Lin. Kau boleh makan dulu, sore lanjutkan lagi."
Wang Lin menjawab "Oh", masuk ke kamarnya dan melihat ada meja baru dengan empat lauk sayur dan satu sup yang menggugah selera. Tanpa bertanya kapan makanan ini dikirim, dia langsung menyendok beberapa suap nasi dan menghabiskan semangkuk sup. Setelah menepuk-nepuk perutnya yang kenyang, dia berbaring di tempat tidur untuk tidur siang sebentar.
Sun Dazhu muncul seperti hantu, wajahnya muram dengan mata penuh kebengisan. Dalam hati ia bergumam: "Meski terhalang peraturan sekte yang membuatku tak bisa menaruh racun di makananmu, tapi obat penghambat penyerapan energi spiritual tetap bisa kumasukkan. Hmph, bakatmu yang biasa-biasa saja ditambah obatku ini, mustahil kau mencapai di atas lapis ketiga Qi Condensation. Dengan begini, aku bisa terus mengendalikanmu seumur hidupmu!"
Satu jam kemudian, Wang Lin terbangun. Merapikan lipatan baju yang tertekan saat tidur, ia keluar dari kebun dan kembali ke air pegunungan untuk melanjutkan meditasi. Waktu berlahan berlalu hingga matahari hampir terbenam. Wang Lin berdiri, mondar-mandir di tepi mata air, lalu tanpa berkata-kata langsung menuju hutan lebat di lereng gunung.
Sun Dazhu yang sedang duduk bersila di atas pohon besar langsung siaga. Dengan gerakan diam-diam, ia mulai mengikuti dari belakang.
Wang Lin berjalan perlahan di pegunungan sambil belok kiri kanan, matanya terus melihat ke sekeliling. Tiba-tiba wajahnya berseri kegirangan saat menemukan tanaman merambat yang dipenuhi labu liar. Ia memilih sebuah labu kecil yang berpenampilan bagus, memetiknya lalu membawanya pergi dengan tergesa-gesa.
Setelah dia pergi, Sun Dazhu datang ke tempat itu dengan raut wajah bingung. Betapa pun dia perhatikan, semua labu itu tampak biasa-biasa saja. Setelah lama merenung tanpa hasil, dia memetik beberapa labu lalu menghilang setelah mengingat lokasi ini.
Wang Lin kembali ke kebun obat melalui jalan setapak tak lama kemudian. Sepanjang jalan, dia mengabaikan bisik-bisik murid-murid yang terdaftar. Saat masuk ke kebun obat, Sun Dazhu sudah menunggu dengan wajah muram dan tatapan tajam mengarah padanya.
Wang Lin segera berdiri dengan hormat di samping, menyerahkan labu di tangannya, dan berkata, "Guru, sore ini keberuntungan cukup baik. Meski tidak menemukan labu di dekat mata air, tadi saat berjalan-jalan di gunung, aku melihat banyak labu. Lihatlah yang ini, bagaimana? Sudah lama kupilih, ini yang paling mirip dengan labu milikku sebelumnya."
Sun Dazhu hampir tak bisa menahan amarahnya. Dengan susah payah menekan kemarahan, ia memaksakan senyum kaku, mengambil labu itu tanpa melihat lalu melemparkannya ke samping. Kata per kata ia mengatakannya pada Wang Lin, "Labu yang kubutuhkan adalah yang penuh energi spiritual seperti milikmu sebelumnya! Buat apa kau bawa labu liar ini?!"
Beberapa kalimat terakhirnya, ia benar-benar tak bisa mengendalikan emosi. Dengan geram ia berteriak keras. Hatinya dipenuhi kekesalan—sepanjang hari ini, ternyata dia hanya dipermainkan anak ini. Sia-sia mengawasi seharian, akhirnya sendiri juga bodoh-bodoh memetik beberapa labu.
