Wang Lin menatap punggung Zhang Hu yang menjauh. Setelah lama menghela nafas, ia menggenggam talisman kuning di tangannya dengan perasaan sedih. Zhang Hu adalah teman pertamanya di Sekte Hengyue, namun kini terjadi hal seperti ini.
"Talisman Dewa inilah sumber malapetaka!" Pandangan Wang Lin berubah saat melihat talisman kuning di tangannya. Ia segera menyadari perbedaannya. Meski tampak identik dengan talisman kunjungan keluarga, energi spiritual yang terkandung di dalamnya jauh melebihi semua talisman kunjungan. Selain itu, terasa aura berbahaya yang memancar darinya. Wang Lin gemetar, meski tak tahu benda apa sebenarnya ini, tapi pasti merupakan harta berharga.
Setelah sedikit ragu, Wang Lin menyimpan kertas kuning itu. Memandangi mayat di lantai, ia menghela napas dalam hati. Jika mayat ini tidak segera dibersihkan, dengan kecepatan Zhang Hu melarikan diri, kemungkinan besar tidak akan bisa lolos dari kejaran sekte.
Untungnya ruang di kantong penyimpanan cukup untuk menampung satu mayat. Setelah membereskan kamar dan membersihkan noda darah, Wang Lin pergi diam-diam. Di pegunungan, ia menemukan jurang gunung dan melempar mayat itu ke bawah, baru kemudian kembali ke kamar dengan hati-hati.
Setelah merenung sejenak, ia berhenti memikirkan urusan Zhang Hu. Sebagai gantinya, ia mengeluarkan Talisman Dewa itu dan mulai mempelajarinya dengan teliti.
Sekilas, Talisman Dewa ini tampak sama dengan yang digunakan murid sementara untuk mengunjungi keluarga. Namun setelah diamati lebih seksama, Wang Lin menemukan baik bahan maupun goresan tinta merah tua di atasnya jauh melebihi yang sebelumnya.
Wang Lin memegang Talisman Dewa, merenung sejenak. Ia tidak tahu fungsi pasti talisman ini. Sejak insiden nyaris tewas setelah nekat meminum embun kala itu, dia mengembangkan kewaspadaan tinggi terhadap benda-benda milik dewa, tidak berani sembarangan menggunakannya.
Ditambah lagi aura berbahaya yang samar terpancar dari talisman ini, semakin membuat hatinya berhati-hati. Setelah ragu-ragu, dia menyimpan talisman itu di kantong penyimpanan untuk diteliti nanti.
Setelah semua ini, dia mengeluarkan mutiara misterius dan memasuki ruang mimpi.
Kali ini, dia tidak fokus sepenuhnya pada latihan pernapasan, melainkan menyisihkan waktu untuk berlatih Teknik Gravitasi.
Teknik gravitasi yang pernah digunakan pada Saudara Liu sebelumnya terasa sangat praktis, sehingga dia bertekad bulat untuk terus melatihnya.
Pertama-tama dia menggunakan labu sebagai objek latihan, mengaktifkan Teknik Gravitasi untuk mengangkat labu dari kejauhan. Labu yang ringan itu akhirnya berhasil diangkat setelah beberapa kali percobaan. Melihat satu keberhasilan, Wang Lang segera menghentikan tekniknya dan memulai lagi dari awal.
Pikiran Wang Lin sangat sederhana. Ia percaya bahwa teknik gravitasi ini harus dapat digunakan sesuai dengan keinginan hatinya, berhasil 10 kali dari 10 percobaan. Jika tidak, meskipun kekuatannya besar, tidak akan berguna jika gagal di saat genting.
Setelah menghitung, dalam kondisi saat ini ia hanya bisa berhasil 3-4 kali dari 10 percobaan, masih jauh dari standar yang ditetapkannya untuk diri sendiri.
Waktu di ruang mimpi berlalu cepat. Tanpa sadar, sensasi robekan datang dan Wang Lin kembali ke dunia nyata. Ia tidak menyia-nyiakan waktu. Begitu membuka mata, ia langsung meminum beberapa teguk air mata air, lalu mulai bermeditasi. Setelah energi spiritualnya terisi penuh, ia menarik napas dalam dan matanya berkilat sementara konten "Tiga Bab Konsentrasi Qi" bergema di pikirannya.
Selain metode inti setiap lapisan, "Tiga Bab Konsentrasi Qi" juga mencatat dua mantra krusial!
Mantra inilah kunci sebenarnya dari konsentrasi qi. Dari 15 lapisan fase konsentrasi qi, kecuali lapisan pertama yang bisa dicapai secara alami, 14 lapisan lainnya membutuhkan mantra pembuka masing-masing.
Misalnya, lapisan pertama tahap Qi Condensation-nya saat ini telah selesai dilatih. Tanpa mantra pembuka lapisan kedua, meski telah menguasai metode pelatihan lapisan kedua, mustahil untuk naik ke lapisan kedua, hanya bisa berkutat di lapisan pertama.
Wang Lin membisikkan mantra dalam hati. Seluruh energi spiritual tubuhnya segera berubah mengikuti. Perubahan ini awalnya relatif halus, tetapi semakin lama semakin intens, akhirnya seperti air mendidih yang menggelegak, mengalir deras dalam tubuhnya.
Perlahan-lahan, energi spiritual jelas mulai tidak mencukupi. Alirannya terputus-putus ke seluruh bagian tubuh. Rasa asam, kebas, gatal, dan sakit bermunculan di sekujur tubuhnya. Dia berhalusinasi seolah tubuhnya telah penuh lubang, di mana energi spiritual menjadi akar segala penderitaan ini.
Di bagian yang mencolok dari Tiga Bab Qi Condensation, terdapat satu kalimat yang ditonjolkan.
Mantra pembuka setiap lapisan tidak selalu berhasil setiap kali. Bakat, energi spiritual, kesempatan, dan faktor lain memainkan peran kunci. Ada orang yang mungkin sekali langsung berhasil, ada pula yang mungkin membutuhkan sepuluh kali, seratus kali...
Setelah lama berselang, berbagai perasaan itu perlahan menghilang. Wang Lin basah kuyup oleh keringat, energi spiritual dalam tubuhnya telah lenyap sepenuhnya. Namun dari kitab Ning Qi Tiga Bab, Wang Lin memahami bahwa lenyapnya energi ini hanya bersifat sementara dan bisa dipulihkan dengan sekali meditasi. Meski gagal membuka lapisan kedua, Wang Lin tidak putus asa. Percobaan ini hanya uji coba belaka. Fakta membuktikan bahwa energi spiritual dalam tubuhnya saat ini belum cukup untuk membuka lapisan kedua.
Lagipula lapisan pertama barusaja dia kuasai. Dia tidak terburu-buru, mengingat dia memiliki labu air ajaib. Paling banter dia akan terus melatih lapisan pertama sampai mencapai batas maksimal energi spiritual lapisan pertama, baru kemudian mencoba membuka lapisan kedua. Dengan cara ini, tingkat keberhasilannya pasti akan meningkat signifikan.
Dengan rencana seperti ini, Wang Lin kembali melanjutkan latihan tanpa henti siang dan malam. Energi spiritual dalam tubuhnya berangsur terkumpul, sementara Teknik Tarik Gravitasi juga perlahan meningkat frekuensi penggunaannya.
Selama periode ini, dia berulang kali mencoba mantra pembuka lapisan kedua, sayangnya semua upaya itu berakhir dengan kegagalan.
Di dunia nyata setengah bulan, dalam mimpi tiga bulan kemudian, pada hari ini Wang Lin sedang melakukan meditasi pernapasan sambil menunggu interval waktu ruang mimpi. Melihat waktu masih pagi, dengan sedikit keraguan, dia segera kembali membisikkan mantra pembukaan lapisan kedua, bersiap mencoba sekali lagi.
Dia sudah tidak ingat berapa kali mencoba. Setiap kali seluruh energi spiritual dalam tubuhnya terkuras habis tanpa keberhasilan.
Satu jam kemudian, Wang Lin mengangkat kepala dengan letih, energi spiritual dalam tubuhnya benar-benar habis. Dengan senyum getir dia bergumam, "Gagal lagi! Membuka lapisan kedua ini terlalu sulit!" Tiba-tiba matanya berkedip, pandangannya tajam menatap pintu.
"Adik Seperguruan Wang, keluar dan temui aku!" Suara dingin menggema dari luar pintu.
Suara itu terdengar familiar. Wang Lin bangkit dan membuka pintu. Seorang pemuda berpakaian hitam berusia 27-28 tahun berdiri dengan sikap dingin di luar.
“Jubah Hitam!” Wang Lin dalam hati gugup, ia mengenali identitas lawannya. Tepat pemuda bernama Zhang yang dulu menjemput dia, Wang Zhuo, dan Wang Hao bertiga ke Sekte Hengyue. Orang inilah yang membawa ayah Wang Lin mencari dirinya di dasar tebing jurang.
Namun Wang Lin ingat saat itu lawannya masih mengenakan jubah putih. Tapi kini dalam beberapa bulan singkat, dia malah terpromosi ke jubah hitam! Tiba-tiba ia teringat saat ujian di kaki gunung, Kakak Senior Ketiga yang menerima Wang Hao sebagai Asisten pembuatan eliksir pernah berkata: "Pemimpin Sekte khawatir mengganggu latihannya yang sedang berada di momen kritis, sehingga menugaskanku mewakili ujian."
