Sebelum orang ini selesai bicara, seseorang di sampingnya langsung berteriak marah, "Zhao Xiao'er! Dulu kamulah yang paling getol mencaci! Jangan dengarkan dia, Saudara Senior Wang! Ucapannya dulu lebih kejam dari siapapun!"
“Zhao Xiaosan, aku kakakmu! Dasar pengkhianat! Nanti di kamar, tunggu saja aku menghajarmu!” Zhao Xiaoer mengubah ekspresinya, berkata dengan panik.
“Ini namanya mengutamakan keadilan daripada ikatan darah. Saudara Senior Wang, kasihanilah saya. Berilah tugas yang lebih ringan.”
“Saudara Senior Wang, jangan dengarkan dua bersaudara ini. Mereka ahli dalam bermain sandiwara. Sudah banyak murid sementara yang mereka tipu. Sungguh, dari awal sampai akhir aku tak pernah sekalipun membicarakan keburukanmu!”
“Saudara Senior Wang, sejak kecil kondisi tubuhku lemah. Tidak kuat kerja berat. Bagaimana kalau setiap malam aku memijat pundakmu?” Seorang murid sementara perempuan yang cukup cantik berkata dengan wajah memelas.
Di antara murid sementara Sekte Hengyue, jumlah perempuan tidak banyak - kurang dari sepersepuluh. Dalam uji ketahanan fisik, laki-laki memang lebih unggul.
Murid sementara perempuan yang jumlahnya sedikit, secara alami sangat populer seperti bintang yang dikelilingi bulan. Bahkan ada yang menggunakan bakat alami mereka hingga menarik perhatian murid dalam.
Seorang murid sementara perempuan melayangkan pandangan menggoda ke arah Wang Lin, berkata dengan suara manja: "Saudara Senior, sebelumnya Saudara Liu tidak menyuruhku mengerjakan tugas berat. Cukup datang setiap malam untuk melayaninya. Aku kenal beberapa saudari sesama murid sementara, mau kubawa mereka mengunjungimu malam ini, setuju?"
Semua berseru-seru ingin meyakinkan Wang Lin bahwa mereka tak pernah menjelekkan namanya. Setelah mendengar lama, Wang Lin mulai kesal dan membentak: "Diam semua! Omong kosong apa ini!"
Dia menunjuk seorang murid dan berkata tegas: "Kau, ambil air! Dua puluh tong sehari! Tidak suka? Laporkan ke Sesepuh!"
Murid itu gemetar, membuka mulut tapi tak berkata-kata. Melihat raut tak sabar di wajah Wang Lin, dia segera tersenyum kecut dan mengangguk cepat.
“Kamu, cuci baju, sehari 500 jin. Ingat, kalau tidak puas, temui Sesepuh!” Orang yang ditunjuk itu menelan ludah, matanya berkunang-kunang hampir pingsan. Ia bergumam, “500 jin, itu setara dengan seluruh pakaian anggota sekte digabungkan...”
“Kamu bersihkan lingkungan, seluruh wilayah sekte jadi tanggung jawabmu! Masih kalimat yang sama, tidak puas, temui Sesepuh!”
“Kamu, bersihkan jamban. Kalau aku lihat ada satu lalat pun di sana, tinggal saja di situ!”
“Kamu panen ramuan obat, 500 jin per hari. Kalau berani menipu dengan rumput liar, patahkan kakimu dan usir dari sekte! Dengarkan baik-baik, tidak puas, temui Sesepuh!” Yang lain masih bisa menahan beban kerja berat, tapi orang terakhir yang ditunjuk ini langsung limbung dan pingsan.
Semua murid sementara menunjukkan ekspresi iba. 500 jin ramuan obat, mungkin seluruh hutan Sekte Hengyue pun tak memiliki sebanyak itu.
……
Wang Lin mengikuti wajah-wajah yang pernah mengejeknya dalam ingatan, satu per satu ia tunjuk sambil dengan santai membagi tugas. Tak peduli lelah, tak lama kemudian seluruh pekerjaan selesai dibagikan. Di akhir, keraguan muncul dalam hatinya: Tugas-tugas ini mustahil diselesaikan mereka. Selain menemui Sesepuh, tak ada jalan lain. Tapi jika para Senior Sekte di atas tetap tak bergeming, ini pasti merepotkan! Untuk berjaga-jaga, perlu memperbesar skandal ini sampai semua orang tahu: Keberadaanku Wang Lin di Bagian Urusan ini adalah KESALAHAN BESAR yang mutlak!
Merenungkan hal ini, ia menunjuk seorang dengan wajah baru, berkata: "Nasibmu baik, pekerjaannya sederhana. Tugasmu adalah menerima hadiah untukku, buatkan daftar lengkap: siapa mengirim apa padaku pada tanggal berapa, semuanya kau simpan di sana. Setiap bulan pindahkan sekali padaku. Jika ada niat serakah, kau akan diusir dari sekte!"
Orang itu langsung bersujud di tanah sambil membungkukkan kepala penuh kejutan dan sukacita, berjanji berulang kali takkan salah ingat sedikitpun, apalagi sampai terjadi deviasi.
Semua murid sementara tertegun membelalak. Dulu Si Liu selalu menutup-nutupi hal ini, tapi Wang Lin di depan mata ini justru terang-terangan meminta suap.
Tiba-tiba seorang murid sementara maju ke depan, mengeluarkan tiga lembar Talisman Pulang Kampung dari dalam jubah, menyembah sambil menjilat: "Saudara Senior Wang, ini persembahan hamba untuk Yang Mulia."
Wang Lin mengangguk sambil mengeluarkan suara "Hmm", menerimanya dan menyimpannya di jubah. "Tadi kau ditugaskan apa?"
"Mengangkut air, dua puluh tong besar sehari!" Orang itu buru-buru menjawab, matanya memancarkan kecemasan.
"Lima tong sehari!" Wang Lin berkata santai.
Orang itu langsung girang, terus-menerus berterima kasih.
Ada yang memulai, sisanya segera bergerak ingin maju. Wang Lin berdiri perlahan: "Bubarlah! Yang mau memberi hadiah harus patuh aturan. Tulis tugasmu dan tugas yang diinginkan di kertas, serahkan ke orang yang kutetapkan. Dirotasi setiap sepuluh hari sekali!"
Setelah berkata demikian, dia berjalan ke kamar tanpa menoleh ke belakang, pintu ditutup dengan suara gedebuk.
Orang-orang di halaman menghela napas panjang, beberapa bahkan menunjukkan kemarahan di mata, dalam hati mereka mengutuki Wang Lin, tapi tak ada yang berani mengutuk langsung. Satu per satu mereka pergi dengan wajah muram.
Setelah mereka semua pergi, Wang Lin keluar dari kamar dan menjelajahi seluruh area Bagian Urusan dengan cermat, akhirnya menemukan gudang barang bekas di belakang pintu terpencil.
Gudang ini tidak terlalu luas. Setelah memeriksa sekeliling, meski tak terlalu puas, Wang Lin memutuskan ini tempat paling tersembunyi di sini. Dia membersihkan area kosong, mengunci pintu dari dalam, lalu duduk bersila dan memasuki ruang mimpi.
“Bulan dan matahari bagai alat tenun, waktu berlalu cepat. Sekarang dua bulan sudah Wang Lin menjabat sebagai pengurus Bagian Urusan. Selama dua bulan ini, selain beberapa hari awal yang terbuang untuk mengatur tugas murid-murid sementara, seluruh waktunya dihabiskan untuk latihan. Terhadap pekerjaan murid-murid sementara itu, dia sama sekali tidak peduli. Asal ada yang belum menyelesaikan tugas, dia langsung mendengus dingin, dan lawan dengan patuh segera menyerahkan Talisman Dewa.
Dua bulan ini Wang Lin merasa sangat kesal. Latihannya terus-terusan terganggu oleh kunjungan murid-murid sementara yang datang silih berganti. Dia tak bisa memahami pikiran para sesepuh dan guru besar itu. Sudah bertindak sejauh ini, kenapa mereka belum juga menggantinya dengan orang lain?
