Liu San menoleh keras sambil menggeretak gigi: "Kau memang mata-mata!"
Mata Yang Sen berapi-api menatap Wang Lin, tangan menggenggam erat tinjunya. Adapun pria berwajah hitam itu, matanya menyempit - ia menyadari cara Wang Lin mengambil kotak tadi tak seperti manusia biasa.
Pria sastrawan paruh baya itu juga tertegun, memandang Wang Lin dengan perasaan kompleks sebelum akhirnya menghela napas lagi.
“Berani!” Song Xing berubah wajahnya, berteriak dengan suara keras. Tubuhnya melompat ke depan, tangan kanannya membentuk cengkraman mengarah ke kepala Wang Lin.
Tindakan Song Xing ini membuat Liu San dan yang lain kebingungan. Liu San ragu sejenak, tidak menghalangi. Sedangkan Yang Sen dan lainnya mundur beberapa langkah, memberi jalan pada sosok Wang Lin.
Wang Lin bahkan tidak mengangkat pandangan. Dibukanya kotak brokat itu, terlihat akar ginseng kering di dalamnya. Meski batangnya kecil, serabut akarnya sangat rapat. Sepotong kertas kuning menempel di atasnya, menyelimuti energi spiritual ginseng tersebut.
Saat itu Song Xing sudah mendekat. Ia sedang tersenyum sinis hendak mematahkan leher Wang Lin, tiba-tiba tubuhnya gemetar seolah dicengkeram tangan tak kasat mata. Badannya terlempar ke belakang dan jatuh ke tanah, lama tak bisa bangkit.
Adegan aneh di depan mata membuat semua orang terdiam. Wang Lin tidak merobek kertas kuning pada ginseng, setelah melihat beberapa saat, dia menghela napas dan berkata dengan tenang: "Melihat teman lama, tidak mau keluar untuk bertemu?"
Suara gemerisik terdengar. Dari semak-semak di kejauhan, pemuda berwajah dingin itu perlahan muncul. Sekitar tubuhnya seolah ada aliran udara tak terlihat, para prajurit berbaju hitam yang berdiri di pinggir jalan semuanya terdorong oleh kekuatan ini. Selain itu, tiga bola api yang melayang di udara juga dengan cepat kembali ke sisi pemuda, berputar mengelilingi tubuhnya.
Para prajurit berbaju hitam itu serentak memberi hormat saat melihat pemuda ini: "Salam Hormat, Pemimpin Besar!"
Pemuda dingin itu sama sekali tidak mempedulikan Song Xing yang mengeluarkan darah dari mulutnya di sampingnya. Matanya menatap tajam ke arah Wang Lin, suaranya berat: "Orang yang kukenal mustahil penampilannya tidak berubah sedikit pun dalam sepuluh tahun. Siapa sebenarnya kau?"
Wang Lin memandang pemuda itu tanpa bicara, lalu mengeluarkan selembar kertas kuning dari kantong penyimpanannya.
Pemuda berwajah dingin langsung berubah ekspresi saat melihat kertas kuning ini. Ia memandang Wang Lin beberapa saat dengan seksama, lalu mengerutkan kening dan berkata: "Apa ini? Aku tidak mengenalinya. Teman, berikan ginseng itu padaku, benda ini sangat berguna bagiku."
Wang Lin tertegun. Ia menatap lawannya dalam-dalam, keraguan mulai menggelayut di hatinya. Saat Shen Shi-nya menyapu area sekitarnya, ia langsung mendeteksi keanehan di udara. Dalam hati ia mencemooh beberapa kali, lalu melemparkan ginseng di tangannya sambil berkata: "Sudahlah, Wang salah mengenali orang."
Kilatan perasaan kompleks muncul di mata pemuda itu saat menangkap ginseng. Dengan suara berat ia berkata: "Terima kasih, pamit!" Begitu selesai bicara, ia berbalik hendak pergi. Tiba-tiba awan hitam muncul di langit, langsung meniupkan angin aneh yang membuat rombongan Weiwu Biaoju mundur terhuyung-huyung.
Awan hitam itu tiba-tiba bergerak turun dengan cepat. Angin aneh semakin mengganas. Seorang pria paruh baya berbaju Jubah Putih muncul dengan anggun dari dalam awan, menginjak angin aneh itu turun dari langit.
Begitu dia muncul, seorang penjaga pengawal teriak kesakitan, tubuhnya meledak dengan dahsyat dan berubah menjadi kabut darah. Bersamaan dengan itu, beberapa penjaga lainnya berturut-turut meledak dan berubah menjadi kabut darah.
Kabut darah itu bergerak-gerak aneh di udara, dengan cepat mengental dan membentuk mutiara darah yang berkilauan dengan cahaya keemasan.
Pria paruh baya itu membuka mulut dan menghirup, mutiara darah langsung ditelannya. Wajahnya sedikit memerah, dia mengusap sudut mulutnya sambil berkata dengan sorot mata aneh: "Zhang Hu, sudah bertemu kenalan, mengapa tidak berani mengakui?"
Zhang Hu mengernyitkan wajahnya, berkata dengan hormat: "Guru, murid tidak mengenal orang ini."
Ekspresi Wang Lin tetap tenang. Saat Shen Shi-nya menyapu, hatinya terkejut - pria paruh baya ini ternyata telah mencapai Tingkat ke-15 Periode Konsentrasi Qi yang telah mencapai kesempurnaan.
Pria paruh baya itu tersenyum ringan kepada Wang Lin: "Rekan Tao, apakah Anda mengenal muridku ini?"
Wang Lin dengan tenang dan tanpa emosi menjawab: "Mengenal atau tidak, apa bedanya?"
Pria paruh baya itu tertegun, mengamati Wang Lin dengan seksama. Tiba-tiba ia menyeringai keji: "Tak ada bedanya. Dengan tingkat Konsentrasi Qi ke-8 sepertimu, darahmu akan menambah banyak tingkat kultivasiku."
Zhang Hu berubah wajahnya, menghalangi di depan pria paruh baya itu. Cepat-cepat ia berkata: "Guru, orang ini adalah teman masa kecilku. Kumohon... kumohon lepaskan dia."
Sorot dingin memancar dari mata pria paruh baya itu. Suaranya mengerikan: "Pergi! Ambilkan darah inti para manusia biasa di bawah. Ini bukan urusanmu!"
Saat Zhang Hu hendak membuka mulut, pria itu mencemooh. Sebuah mantra aneh terucap dari mulutnya. Seketika wajah Zhang Hu pucat pasi, seluruh tubuhnya kejang-kejang. Darah mengucur dari tujuh lubang wajahnya, butiran keringat sebesar kacang menetes deras dari dahinya.
Alis Wang Lin berkedut. Seni Tarik Benda segera teraktifasi, berubah menjadi tangan raksasa yang menyambar ke arah pria itu. Wajah pria paruh baya berubah, ia mendengus keras. Seberkas sinar hijau menyembur dari mulutnya, berubah menjadi pedang kecil yang menghujam keras ke tangan raksasa itu.
Seni Tarik Benda Wang Lin telah mencapai tingkat kesempurnaan, langsung terbagi menjadi dua. Salah satunya berbalik arah untuk meraih Zhang Hu, sementara yang lain mencengkeram Pedang Terbang.
Pedang kecil hijau itu langsung bergetar, sinarnya berkedap-kedip. Wajah pria paruh baya berubah, dengan cepat mengeluarkan sarung pedang hitam dari kantong penyimpanan, lalu melemparkannya sambil kedua tangannya memancarkan beberapa sinar merah.
Begitu sarung pedang muncul, pedang hijau yang terjebak Seni Tarik Benda langsung bergetar dan menghilang, muncul kembali di luar cengkeraman teknik tersebut, lalu bersatu dengan sarung pedangnya.
Wajah Wang Lin tetap tenang, tapi hatinya terguncang. Ini pertama kalinya Seni Tarik Benda gagal. Matanya berkilat dingin, ditepuknya kantong penyimpanan hingga beberapa balok kayu hitam beterbangan. Balok-balok ini langsung menyambung membentuk ular cambuk yang melesat seperti kilat.
“Wang Lin, pedang terbang ini ada keanehan!” Suara Si Tu Nan terdengar di telinga Wang Lin.
Terlihat pedang terbang itu begitu masuk ke sarung pedang, langsung mengeluarkan suara berdengung seolah mendapat hambatan besar. Setelah turun seperlima bagian, tak bisa masuk lagi. Tiba-tiba warna pedang berubah dari hijau menjadi biru, melesat keluar dari sarung pedang dan menghunjam ke ular cambuk yang sedang mendekat.
Ular cambuk ini adalah benda yang didapat Wang Lin dari Sun Dazhu. Selama masa pertapaan, dengan bimbingan Si Tu Nan, ia meriset dan merajutnya menjadi senjata miliknya. Meski tingkat kultivasi Sun Dazhu tidak tinggi, namun sebagai senior di Sekte Heng Yue, kantong penyimpanannya memang berisi berbagai barang.
Wang Lin mengendalikan ular cambuk untuk berbelok, menghindari serangan pedang terbang, lalu langsung menyasar pria paruh baya itu.
Pria paruh baya itu menyeringai dingin, tak menghiraukan Bian She. Dengan satu tangan mengarahkan pedang terbang, mulutnya bergumam mantra. Pedang itu bergetar lalu menghilang secara misterius, tiba-tiba muncul di depan badannya dan menyambar turun.
Pria itu tertawa bengis, mengeluarkan batu mutiara darah emas dari mulutnya. Begitu muncul, batu itu segera berubah menjadi benang-benang emas yang menyusup ke dalam pedang terbang.
