Wang Lin merenung sejenak, kemudian jari kanannya menunjuk kabut spiritual yang telah menyatu dengan Linggen Teng Li. Kabut itu tiba-tiba mengembang, berguling-guling dan bergerak-gerak dengan aneh.
Kemudian, bola darah tiba-tiba melesat masuk ke dalam kabut spiritual, dengan cepat meleleh. Perlahan-lahan, kabut spiritual mulai menyusut. Selanjutnya, bola daging dan bola tulang secara bergantian menyatu ke dalam kabut tersebut.
Saat ini bentuk kabut spiritual telah berubah drastis, menyusut menjadi bentuk cincin yang memancarkan cahaya lembut, melayang di udara.
Wang Lin menarik napas dalam-dalam. Ia sadar Seni Merampas Fondasi telah mencapai tahap akhir. Dengan fokus penuh, ia mengendalikan bola jiwa terakhir untuk menyatu perlahan ke dalam cincin cahaya.
Setelah waktu yang lama, cincin cahaya tiba-tiba memancarkan sinar menyilaukan. Sorot mata Wang Lin berkilat. Ia menggigit ujung lidah dan menyemburkan darah segar. Begitu darah menyentuh cincin, terdengar suara desisan "ciit" sebelum menghilang seketika.
Cincin cahaya yang telah menyatu dengan darah itu mulai bergetar hebat. Gelombang tekanan aura menyebar dari cincin tersebut. Semua makhluk hidup dalam radius ratusan kilometer tiba-tiba merasakan keanehan di lokasi ini.
Beberapa aura kuat muncul dari dalam hutan, bergerak cepat ke arah lokasi Wang Lin.
Wang Lin tidak berkedip sama sekali, tangannya meraih ke depan. Cincin cahaya itu segera melesat dan menyatu ke dada Wang Lin. Gelombang energi spiritual yang dahsyat tiba-tiba memenuhi tubuhnya, wajahnya langsung memerah.
Wang Lin menarik napas dalam, tubuhnya bergerak seperti anak panah yang melesat dari lubang pohon. Setelah beberapa kilatan, ia menghilang ke dalam hutan.
Tak lama setelah kepergiannya, seekor ular sanca raksasa menampakkan kepalanya yang besar dari semak-semak. Setelah mengendus beberapa kali di lokasi ini, wajahnya menunjukkan ekspresi bingung sebelum akhirnya merayap pergi.
Kemudian, seekor kera setinggi lebih dari satu zhang muncul secepat kilat. Ia menyusup ke dalam lubang pohon dan menggeledah dengan seksama sebelum akhirnya pergi dengan enggan.
Beberapa binatang aneh perkasa lainnya datang setelahnya, namun sama seperti sebelumnya, semuanya pergi dengan kebingungan.
Wang Lin berlari di dalam hutan. Energi spiritual yang sangat pekat memancar dari dalam tubuhnya. Selain itu, setiap pori-pori di kulitnya terus-menerus mengeluarkan zat hitam berbau busuk.
Rasa robek yang menyakitkan terus datang dari dalam tubuhnya. Wang Lin mengerutkan alis, tiba-tiba berhenti dan berputar di tempat. Matanya berkilat saat menggunakan Seni Tarik Benda ke arah tanah, energi spiritual yang bergelora dalam tubuhnya langsung meluap keluar.
Tanah di permukaan seperti digeser oleh dua tangan tak kasat mata, dengan cepat terdorong ke kedua sisi. Dalam sekejap muncul lubang besar yang tak terlihat dasarnya.
Tanpa basa-basi, Wang Lin melompat masuk ke dalam lubang. Tanah di sekitarnya segera menutup kembali. Tak lama kemudian, permukaan tanah kembali normal tanpa jejak apa pun.
Duduk bersila di bawah tanah, Wang Lin berkonsentrasi dan mulai merapikan energi spiritual dalam tubuhnya. Tubuhnya berubah dengan cepat, segala sesuatu bergerak maju menuju tahap Pembangunan Fondasi.
Di tambah dengan keheningan ekstrem di sekitarnya, di kedalaman tanah yang tak terganggu siapa pun ini, Wang Lin memulai retret ketiganya.
Waktu berlalu cepat, tahun demi tahun bagai lagu, dalam sekejap tiga tahun telah berlalu.
Di lokasi retret Wang Lin, tanah tertutupi lapisan-lapisan tebal daun busuk, berbagai binatang beracun dan serangga tanah sesekali keluar-masuk.
Pada suatu hari, tiba-tiba tanah bergetar hebat, ribuan binatang beracun merayap keluar dari tumpukan dedaunan busuk, diikuti tanah yang dengan cepat tersibak ke samping, menyembulkan sosok hitam legam dari dalam bumi.
Begitu sosok itu muncul, serangga-serangga di sekitarnya langsung mengeluarkan desis ketakutan dan cepat-cepat mundur.
"Seni Merampas Fondasi ini benar-benar luar biasa, akhirnya mencapai Tahap Fondasi Bangunan." Sosok itu tak lain adalah Wang Lin yang telah bertapa selama tiga tahun.
Sorot mata Wang Lin tajam bagai kilat, seluruh tubuhnya memancarkan energi spiritual kuat. Ia membuka mulut dan mengeluarkan sinar hijau, sebilah pedang kecil hijau berkilauan muncul di hadapannya.
Wang Lin menggerakkan matanya, jari kanannya menunjuk, sarung pedang di dalam kantong penyimpanan perlahan naik ke udara. Ekspresinya tetap tenang, bergumam pelan, "Sarung pedang ini sudah hampir selesai dimurnikan selama tiga tahun. Jika digunakan bersama pedang terbang, efeknya pasti luar biasa."
Setelah menarik kembali sarung pedang dan pedang terbang, Wang Lin berdiri di tempat sambil merenung sebentar. Tangannya mengusap mutiara misterius di dadanya, hati kecilnya berbisik, "Situ terlalu banyak menghabiskan esensi Yuan Ying tiga tahun lalu, terutama saat menggunakan ilmu untuk menutupi kutukan ketika aku sedang bertapa. Kondisinya semakin lemah dan sudah tertidur lebih dari dua tahun. Entah kapan akan bangun. Untungnya aku sudah menghafal semua metode pelatihan Jurus Kenaikan Gerbang Neraka. Saat ini yang terpenting adalah mencari tempat dengan energi Yin ekstrem untuk melatih Jurus Kenaikan Gerbang Neraka."
Setelah memutuskan, Wang Lin menarik napas dalam-dalam, menyapu area sekitar dengan Shen Shi-nya, lalu tubuhnya bergerak cepat ke utara. Tak lama kemudian, ia tiba di sebuah sungai di tengah hutan. Setelah membersihkan diri dengan seksama, akhirnya kotoran hitam di tubuhnya hilang, dan perasaan segar pun menyelimutinya.
Duduk di batu tepi sungai, Wang Lin merenungi pengalaman sebelumnya dengan perasaan yang mendalam. Ia tidak tahu apakah Zhang Hu masih hidup atau sudah meninggal, dalam hati ia berdoa diam-diam agar Zhang Hu bisa lolos dari malapetaka ini.
Dengan mendesah pelan, Wang Lin mengumpulkan pikirannya. Matanya menyiratkan renungan yang dalam. Setelah lama merenung, ia membentuk mantra dengan jari-jari tangan kanannya dan melepaskan sinar putih. Begitu muncul, warna sinar itu langsung berubah dari putih menjadi abu-abu, terus menggelap sambil berkedip-kedip cepat dan melesat ke arah barat.
Wang Lin tertegun, mantra ilmu yang menghasilkan sinar putih ini diajarkan oleh Situ Nan khusus untuk mencari tempat dengan energi Yin ekstrem. Semakin gelap warnanya berarti semakin dekat dengan lokasi target. Ketika warnanya benar-benar hitam, berarti telah menemukan tempat dengan energi Yin ekstrem.
Tanpa banyak bicara, Wang Lin segera mengejar dan mengikuti sinar penunjuk abu-abu yang semakin pekat warnanya. Dengan gesit ia menyusuri hutan belantara. Saat sinar berubah total menjadi hitam, pita cahaya itu tiba-tiba "byur" menghilang.
Tiba-tiba, Wang Lin menghentikan langkahnya. Ia terpaku memandang ke arah depan, hati bagai ditampar keheningan yang membuatnya tak bisa berkata-kata.
Terhampar di hadapannya reruntuhan tak berbatas yang tak terlihat ujungnya. Sebagian besar bangunan telah runtuh, diselimuti tanaman merambat yang menjalar di seluruh kompleks.
Rerumputan liar tumbuh subur di antara puing-puing, bercampur dengan kotoran hewan yang bertebaran. Kawanan binatang kecil berlarian di sela-sela, sesekali terdengar riuh suara cicit mereka.
Di permukaan tanah retakan-retakan seperti bekas luka terbelah, bagai mulut besar yang menganga siap menelan kehidupan, menampakkan wajahnya yang mengerikan.
Reruntuhan logam besar menjulang di tanah, menampilkan pemandangan reruntuhan bak kiamat dengan dinding-dinding yang hancur, abu-abu monoton terjalin dengan hijau tumbuhan, memancarkan aura keputusasaan yang menggetarkan.
Wang Lin menarik napas dalam-dalam, memandangi reruntuhan ini dengan perasaan terkesima di hatinya.
Tiba-tiba, di atas sebuah reruntuhan tinggi dalam kompleks ini muncul kilatan cahaya, disusul pancaran pilar cahaya putih yang seketika turun.
Wang Lin tertegun, tiba-tiba ekspresinya berubah. Ia menoleh ke arah hutan tak jauh di kejauhan, melihat seekor binatang kecil berlumuran darah merangkak keluar dengan susah payah. Binatang itu merayap tertatih-tatih menuju lokasi jatuhnya pilar cahaya. Di kaki kanannya terdapat luka yang memperlihatkan tulang putih terlihat. Saat merayap, jejak darah dalam tertinggal di belakangnya.
Setelah waktu yang lama, akhirnya ia mencapai dasar pilar cahaya. Dengan gembira binatang itu menjerit, kaki kanannya sembuh dengan kecepatan luar biasa. Seluruh proses hanya memakan beberapa detik sebelum binatang itu pulih seperti semula.
Dengan girang ia menggoyangkan tubuhnya, keluar dari pilar cahaya. Bayangannya perlahan menghilang di kejauhan.
Pilar cahaya masih terus berkumpul. Wang Lin terpana, memandangi pilar cahaya tanpa bisa berkata-kata.
Tiba-tiba pilar cahaya berubah menjadi titik-titik cahaya perak yang berhamburan. Wang Lin merenung sebentar, lalu terus mengamati dari samping. Setengah shichen kemudian, pilar cahaya muncul kembali.
Setelah beberapa kali siklus seperti ini, Wang Lin yang mengamati seharian akhirnya mulai menangkap petunjuk.
Menurut penilaian Wang Lin, kemunculan pilar cahaya ini pasti terkait sinar matahari. Jelas bahwa meski tempat ini telah menjadi reruntuhan, masih ada barang-barang mirip artefak kultivasi yang tetap berfungsi, menyerap energi matahari lalu menampilkan fenomena ajaib.
Banyak hewan yang mengetahui pilar cahaya ini bisa menyembuhkan luka. Dalam sehari, Wang Lin telah melihat tidak kurang dari dua puluh hewan terluka datang ke sini.
Memandang langit mulai gelap, Wang Lin memperhitungkan momen terakhir pilar cahaya akan muncul. Tanpa ragu ia segera maju dan memasukkan tangannya ke dalam pilar cahaya. Aliran udara hangat yang nyaman segera menyelimuti tangannya. Aliran ini bukan energi spiritual, melainkan zat yang sangat asing bagi Wang Lin.
Dengan tenang merasakan aliran udara, sorot mata Wang Lin berkilat. Ia segera melukai lengan tangannya, lalu mengulurkan tangan ke dalam pilar cahaya. Di dalam pilar itu, luka sembuh dengan kecepatan luar biasa. Hanya sekejap mata, luka itu pun hilang.
Wang Lin merenung sejenak, lalu tanpa bicara ia melesat cepat di antara reruntuhan. Tak lama kemudian, ia tiba di bawah reruntuhan besar tempat pilar cahaya itu memancar.
Reruntuhan ini berasal dari batu raksasa berbentuk silinder yang megah. Dari penampakan luarnya, terlihat jelas bahwa bangunan ini patah di bagian tengah. Meski sebagian besar telah runtuh, sisa-sisa keagungan masa lalu masih terlihat jelas. Dua patung raksasa yang memegang pedang besar berdiri tegak di sampingnya. Di atas tubuh mereka, terimpit bangunan menara sepanjang 30 zhang.
Memandang reruntuhan itu, gambaran tak sengaja muncul di benak Wang Lin: sebuah menara menjulang tinggi yang tiba-tiba patah di tengah akibat bencana dahsyat. Puncak menara itu jatuh menimpa patung-patung yang berdiri di kedua sisinya.
Titik cahaya itu berasal dari sebuah batu mutiara berdiameter sekitar dua zhang di puncak menara.
Memandang Batu Mutiara itu, Wang Lin ragu-ragu. Benda ini terlalu besar, tampaknya mustahil untuk dibawa, dan dia belum sepenuhnya menganalisis prinsip penyembuhannya. Jika dipaksa melepasnya, dia tidak tahu apakah efeknya akan hilang.
Setelah pertimbangan matang, Wang Lin tidak gegabah. Dia berkeliling di reruntuhan sambil mengamati. Perlahan, raut wajahnya menjadi aneh. Setelah memeriksa beberapa tempat, dia menemukan keanehan.
Di beberapa bangunan yang relatif utuh di dalam reruntuhan, dia melihat perabot keramik yang masih terjaga di lantai. Beberapa di antaranya bahkan masih menyisakan zat hitam.
Langit semakin kelam. Wang Lin tidak berani tinggal di tempat ini hingga larut malam. Dia segera melesat ke hutan. Saat kegelapan sepenuhnya menyelimuti, dia berdiri di luar reruntuhan, menatapnya dengan sorot mata berkilau.
