Memegang perutnya, Wang Lin bergumam: "Jurus Kenaikan Gerbang Neraka, akhirnya aku tahu mengapa jurus ini dinamai demikian!"
Makna "Gerbang Neraka" di sini adalah selama melatih jurus ini, kondisi tubuh harus diubah menjadi keadaan hampir mati. Dengan bentuk yang nyaris memasuki alam baka ini, tubuh menjadi lebih cocok menyerap hawa dingin. Namun jika sedikit saja ceroboh, sungguh bisa terjerumus ke alam kematian.
Jurus Kenaikan Gerbang Neraka ini sebenarnya jarang berani dipraktikkan bahkan di negara cultivation tingkat enam. Situ Nan adalah salah satu dari sedikit yang berhasil menguasainya. Menurut sebutan aliran iblis negara cultivation tingkat enam, jurus ini juga dijuluki sebagai "Seni Iblis".
Yang dimaksud "iblis" di sini adalah karena perubahan anehnya yang sangat banyak. Beberapa perubahan ini sangat menguntungkan praktisi, sementara yang lain dapat menyebabkan kehancuran energi dan kematian.
Demikianlah, Wang Lin menetap di tempat ini. Setiap malam ia melakukan latihan pernafasan untuk menyerap energi Yin. Sekilas sebulan telah berlalu.
Selama sebulan ini, selain melatih Jurus Kenaikan Gerbang Neraka, penemuan penting lainnya Wang Lin adalah bahwa Batu Mutiara misterius ternyata juga dapat mengembunkan embun di sini. Yang mengejutkan, embun ini tidak mengandung energi spiritual melainkan energi Yin.
Sejak saat itu, Wang Lin mulai memiliki pemahaman baru tentang Batu Mutiara.
Maka Wang Lin mulai mengumpulkan embun Yin, terutama pada tengah malam ketika energi Yin mencapai puncak intensitasnya. Embun Yin sangat mudah terbentuk pada saat-saat seperti ini.
Setelah menelan embun energi yin, Wang Lin menyadari meskipun kandungan energi yin dalam embun tersebut melimpah, namun jika dibandingkan dengan embun energi spiritual, kualitasnya jelas berbeda jauh.
Jika menyamakan energi yin dengan energi spiritual sebagai zat setara kualitas, maka efek embun energi yin hanya setara dengan air salju dalam kategori energi spiritual, jauh di bawah embun energi spiritual.
Wang Lin memahami bahwa Jurus Kenaikan Gerbang Neraka pada dasarnya bergantung pada jumlah energi yin yang diserap tubuh - semakin banyak terserap, semakin dahsyat kekuatannya. Oleh karena itu, di siang hari ia berlatih di ruang mimpi menggunakan embun energi yin, sementara malam hari melakukan latihan pernafasan di kamar.
Seiring berjalannya waktu, hawa dingin dalam tubuh Wang Lin bertambah secara bertahap. Setiap kali melakukan latihan pernafasan, energi tersebut menyatu sempurna dengan energi yin di sekitarnya. Pada saat-saat seperti ini, detak jantungnya perlahan melambat hingga hampir tak terasa.
Bahkan beberapa kali, detak jantungnya hampir berhenti sepenuhnya, tetapi akhirnya tetap bertahan.
Pada suatu pagi, Wang Lin terbangun dari meditasinya. Ia menarik napas dalam-dalam dan bergumam, "Energi Yin dingin dalam tubuhku semakin banyak, seharusnya sudah bisa mencoba membuka meridian pertama."
Tiba-tiba, matanya menatap kabut ilusi yang tercipta dari formasi di sekelilingnya dengan pandangan aneh. Tanpa basa-basi, ia mengibaskan lengan bajunya yang lebar, membuat kabut itu langsung menyibak ke kedua sisi dan membuka jalan setapak.
Wang Lin keluar dari formasi, matanya langsung menangkap jejak-jejak panjang di tanah yang membentang jauh ke dalam reruntuhan. Ia ingat kemarin ada beberapa binatang yang mati kehabisan darah sebelum sinar misterius tiba.
Tapi kini, bangkai binatang-binatang itu menghilang tanpa jejak, jelas-jelas telah diseret masuk ke kedalaman reruntuhan.
"Jangan-jangan masih ada orang di dalam reruntuhan ini?" Sebuah rasa dingin seketika menyusup ke dalam hati Wang Lin. Apakah pihak yang menyeret bangkai binatang tadi malam bisa menghindari deteksinya sama sekali?
Sorot mata Wang Lin berkilat dengan kewaspadaan. Ia segera mengamati sekeliling pondoknya, tak menemukan keanehan apa pun. Formasi pertahanan juga tidak menunjukkan tanda-tanda diserang.
Ia mengusap dagunya, diam-diam melesat masuk ke dalam hutan. Tak lama kemudian, ia kembali sambil membawa dua bangkai binatang. Setelah meletakkan bangkai di samping, ia segera kembali ke dalam formasi. Tangan kanannya membentuk mantra, memancarkan sinar putih yang membuat kabut di sekeliling semakin pekat, disertai gemuruh angin dan petir.
Setelah semua ini, Wang Lin masih merasa gelisah. Bayangan kegelisahan terus menyelimuti hatinya. Lama kemudian, ia menenangkan diri, menyebarkan Shen Shi sepenuhnya. Ia meneguk embun yin yang dingin, sambil terus melakukan latihan pernafasan dan menjaga kewaspadaan.
Malam tiba. Malam ini, Wang Lin tidak menyerap energi yin. Ia duduk diam di tempat, memaksimalkan jangkauan Shen Shi-nya. Dalam radius 100 zhang (sekitar 333 meter), gerakan sekecil apapun langsung terekam dalam kesadarannya.
Terutama posisi dua bangkai hewan, Wang Lin memandang dengan sorot mata yang tajam. Ia ingin melihat makhluk apa di dalam reruntuhan yang akan datang ke sini di malam hari.
Waktu berlalu perlahan, tak terasa sudah mendekati tengah malam. Udara dingin yang menusuk mencapai puncaknya. Wang Lin terus menahan napas dan memusatkan perhatian, mengamati sekeliling dengan cermat.
Dalam jangkauan Shen Shi, semuanya sunyi senyap. Dua bangkai hewan itu kini telah direndam udara dingin hingga tertutupi lapisan es. Bahkan hutan di luar reruntuhan pun tak mengeluarkan suara sedikitpun, terlalu sunyi hingga menyeramkan.
Ini bukan pertama kalinya Wang Lin menyebarkan Shen Shi di malam hari. Biasanya bahkan di tengah malam, masih ada suara binatang atau serangga sesekali. Kesunyian seperti ini benar-benar pertama kali terjadi!
Tiba-tiba, ekspresi Wang Lin berubah. Shen Shi-nya menangkap gelombang udara dingin yang mendidih seperti air mendidih dari arah reruntuhan.
Matanya menyala seperti obor, senyum dingin mengembang di sudut bibirnya. Ia memandang dingin dengan tenang.
Di arah reruntuhan, bersama dengan munculnya aura dingin yang bergolak, bayangan aneh yang seperti awan dan kabut segera muncul. Kecepatan lawan terlalu tinggi, dalam persepsi spiritual Wang Lin hanya terlihat siluet hitam melesat sekejap, lalu beberapa bangkai binatang di tanah langsung hilang tak berbekas.
Wang Lin terkejut bukan main. Pada saat lawan muncul tadi, ia sempat melihat penampakan sesosok makhluk humanoid dengan kulit kebiruan di seluruh tubuhnya.
Simbol-simbol aneh memenuhi setiap inci kulit tubuh makhluk itu. Selain itu, terdapat sembilan lembar kertas kuning sepanjang setengah inci yang menempel di beberapa bagian tubuhnya. Penampakan mengerikan yang membuat bulu kuduk merinding ini membuat Wang Lin penasaran sekaligus waspada.
Kini, makhluk aneh itu muncul kembali. Ia berdiri di luar formasi Wang Lin, matanya menunjukkan ekspresi berpikir-dalam.
Makhluk itu mundur beberapa langkah, memandang bingung ke arah kabut formasi sambil menunjukkan keraguan di matanya, akhirnya berputar cepat mengelilingi area sekitarnya.
Wang Lin terus memusatkan perhatian penuh pada lawannya, tidak terburu-buru menyerang. Dia ingin melihat apa sebenarnya kemampuan manusia aneh ini.
Setelah berputar mengelilingi kabut, manusia aneh itu berhenti. Matanya memancarkan rasa penasaran. Tiba-tiba tubuhnya melesat memasuki formasi.
Saat memasuki formasi, kilatan niat membunuh muncul di mata Wang Lin. Tangan kanannya membentuk mantra, melepaskan sinar putih yang menembus ke dalam formasi. Kabut langsung mendidih seperti air mendidih.
Dentuman pecahan batu bergema dari dalam formasi. Satu per satu formasi dihancurkan dengan cepat, sementara warna kabut semakin memudar.
Wang Lin tanpa bicara langsung meludahkan sinar hijau dari mulutnya. Sinar hijau tersebut berkelebat dan melesat secepat putaran roda. Dentuman keras menggema dari dalam kabut, disusul teriakan marah makhluk aneh itu. Gelombang daya dorong dahsyat menyembur dari formasi, menyebar gila-gilaan seperti cincin ke segala arah. Batu-batu tak terhitung terlempar ke udara dan pecah berdebam-debam, berubah menjadi debu beterbangan.
Kabut langsung menghilang. Makhluk aneh itu segera melihat Wang Lin, matanya memancarkan kilau haus darah sambil melangkah mendekat dengan senyuman kejam.
Ekspresi Wang Lin tetap tenang. Jari kanannya menyentak ke udara, kilau hijau langsung berkelebat. Pedang Terbang muncul tiba-tiba di belakang makhluk aneh itu, menembus langsung dan keluar dari bagian dada dekat jantung, menyemburkan darah biru.
Begitu darah itu muncul, langsung membeku menjadi kristal es dan jatuh ke tanah.
Makhluk aneh itu menjerit kesakitan, segera mundur beberapa langkah dengan wajah yang dipenuhi ketakutan.
Wang Lin merasa gelisah di dalam hati. Meski diserang Pedang Terbang, musuh masih bisa bergerak. Tanpa bicara, matanya berkilat dingin. Ditepuknya kantong penyimpanan, segera sebuah sarung pedang kuno melesat keluar.
Pedang kecil hijau menyambar masuk ke dalam sarung pedang. Saat mencapai posisi dua perlima, tiba-tiba warnanya berubah cepat dari hijau ke biru, lalu biru ke hitam. Tiba-tiba pedang itu melesat keluar dari sarungnya dan menghujam ke arah makhluk aneh.
Makhluk aneh itu terlihat semakin panik melihat Pedang Terbang. Saat hendak menghindar, Pedang Hitam telah menembus dadanya. Kilatan cahaya hitam menyertai rentetan ledakan bergemuruh, tubuh makhluk itu terlempar seperti layang-layang yang putus talinya.
Pedang Terbang yang dilumuri darah makhluk itu menempel erat di tubuhnya. Tak peduli seberapa keras Wang Lin berusaha mengendalikannya, pedang itu tak bergerak. Bahkan kemampuan teleportasinya pun tak berfungsi.
Terkejut, kilauan pembunuhan di mata Wang Lin semakin menguat. Saat Pedang Terbang menembus lawan, dia mengamati dengan tajam bahwa semua simbol aneh di tubuh lawan serentak berkedip, jelas menggunakan semacam teknik rahasia untuk melawan serangannya.
Tanpa bicara, dia menepuk kantong penyimpanan dan mengeluarkan Kertas Jimat dari Zhang Hu, lalu cepat mengejar. Tiba-tiba pupil Wang Lin menyempit: tubuh monster itu memutar dengan sudut mustahil di udara, mendarat dengan satu lutut. Luka sebesar mangkuk muncul di dadanya, darah biru mengalir deras.
Semua simbol di luar tubuhnya berkedip cepat. Seiring kedipan simbol, luka lawan menyembuh dengan kecepatan luar biasa.
Wang Lin bahkan tidak berkedip. Dia menyemburkan energi spiritual dan mengaktifkan Kertas Jimat yang langsung terbakar sendiri, berubah menjadi sinar hitam berpanas menyengat yang dalam sekejap kembali menembus titik luka di dada lawan.
Monster itu menjerit keras, tubuhnya tertembus sampai tembus.
"Masih belum mati!" Wang Lin merasa hati semakin berat, lawan yang menerima luka parah mematikan seperti ini ternyata masih belum mati! Namun yang sedikit menenangkannya adalah, setelah serangan kertas jimat, pedang terbang yang menempel di tubuh lawan akhirnya berhasil keluar dengan kilatan cahaya hitam, berputar kembali.
Mata monster itu memancarkan pergulatan batin, tiba-tiba merobek salah satu dari sembilan kertas kuning yang menempel di tubuhnya. Saat kertas kuning terkelupas, gas berwarna hijau seketika membanjir keluar dari setiap bagian tubuhnya, menyelimuti seluruh badan.
Wang Lin wajahnya suram, tanpa ragu-ragu langsung menunjuk sarung pedang. Pedang terbang segera kembali ke sarungnya, tenggelam hingga posisi tiga perlima! Warna pedang dengan cepat berubah dari hitam menjadi merah.
Posisi tiga perlima sarung pedang, ini sudah batas maksimal Wang Lin saat ini. Menurut analisisnya, dengan kekuatan tahap awal Pembangunan Fondasi yang dimilikinya, menggunakan pedang terbang yang tenggelam tiga perlima sarung, bahkan menghadapi tahap menengah Pembangunan Fondasi pun masih bisa dihadapi.
Pada saat itu, gas biru di luar tubuh makhluk aneh itu menyusut dengan cepat dan menyatu ke dalam tubuhnya. Ketika muncul kembali di depan Wang Lin, dada terlihat mulus tanpa jejak luka sama sekali.
Matanya menatap Wang Lin dengan kebencian, namun terlihat jelas ada rasa segan yang mendalam. Tatapannya bahkan menunjukkan ketakutan saat melihat Pedang Terbang.
"Siapa kau?!" Wang Lin tidak terburu-buru menyerang. Di tubuh lawannya terdapat sembilan kertas kuning, dengan merobek satu saja bisa menyembuhkan kondisi sekarat. Pertarungan ini jelas takkan berakhir cepat.
