Orang itu tertegun, menggelengkan kepala dengan getir. Jelas dia mengira Wang Lin tidak mau jujur. Dengan menepuk kantong penyimpanannya, dia melempar sebuah token lalu berbalik sambil berseru: "Sekte Piaomiao melepaskan hak wilayah luar. Kami akan meninggalkan tempat ini saat lembah dibuka." Setelah itu, dia memimpin sekelompok kultivator terbang ke arah barat daya, perlahan menghilang.
Ada yang memulai, beberapa sekte lain yang kehilangan token pun maju satu per satu. Setelah menjelaskan dan membuka kantong penyimpanan semua murid untuk menunjukkan tidak ada token cadangan, tiga sekte akhirnya pergi.
Sekte Hehuan menjadi pemegang token terakhir. Pemimpin murid perempuan itu ragu-ragu, tidak langsung menyerahkan, melainkan memandang ke arah sekte lain yang masih bertahan - Lembah Wufeng.
Pemimpin Lembah Wufeng adalah seorang tua berusia sekitar enam puluh tahun. Matanya berkilau tajam, tingkat kultivasinya sudah mencapai tahap Inti Palsu. Hanya perlu masuk retret beberapa tahun, mungkin bisa mencapai Pembentukan Inti.
Ia menatap Wang Lin dengan tatapan dingin, berkata sambil menyeringai, "Anak kecil, Lao Fu ingin berterima kasih karena telah membantuku mengumpulkan token. Tinggalkan tokennya, kamu bisa enyah sekarang."
Pemimpin murid Sekte Hehuan segera merapikan alisnya, setelah berbisik dengan orang di sebelahnya, lebih dari sepuluh anggota sekte baik pria maupun wanita mulai mundur perlahan.
Wang Lin menyapu pandangannya ke arah mereka, akhirnya mengarahkan tatapan ke orang tua sombong itu. Tanpa bicara, ia menepuk kantong penyimpanannya, sebutir butiran beras berwarna hijau segera melayang di udara.
Ekspresi merendahkan muncul di wajah orang tua itu. Ia yakin Wang Lin yang baru saja membunuh beberapa orang dengan gesit pasti menyembunyikan kekuatan sejati, tapi paling tinggi hanya mencapai puncak Tahap Akhir Pembangunan Fondasi. Dengan tingkat kultivasi yang setara dan ditambah payung angin-api petir Leifeng Huo, salah satu harta berharga Lembah Wufeng yang dipegangnya, ia yakin akan menang mudah.
Saat melihat lawan mengeluarkan titik cahaya kecil yang tidak mencolok, Orang tua itu tersenyum merendahkan, lalu berteriak kepada rekan seperguruannya di belakang: "Kalian mundur, lihat bagaimana Lao Fu menghabisi anak kurang ajar ini."
Setelah berkata demikian, dia membalikkan tangan kanannya. Seketika payung kecil sepanjang tiga inci berputar-putar dan muncul di tangannya. Pada payung itu tergambar pola-pola api emas yang terlihat cukup indah.
Murid-murid Lembah Wufeng lainnya, setelah mendengar perkataan Orang tua tersebut—terutama saat melihat payung itu—segera berubah raut wajah mereka. Mereka spontan mundur beberapa langkah, bahkan ada yang sampai mundur belasan zhang ke belakang sebelum akhirnya terlihat lega.
Wang Lin segera bergerak, menyambar Li Shan yang masih terdiam takjub di sampingnya, lalu cepat mundur ke belakang. Sambil mundur, tangan kanannya menggunakan Seni Tarik Benda untuk mengarahkan kepingan hijau itu menuju posisi Orang tua.
Ekspresi meremehkan muncul di wajah Orang tua. Dia menepuk payung kecil itu, dan dengan suara "shua", payung itu terbuka. Kilauan cahaya emas menyembur keluar seiring terbukanya payung tersebut.
Tiba-tiba angin aneh muncul, berputar mengelilingi payung. Kemudian, api emas yang tergambar di payung seakan hidup, melepaskan diri dari payung. Suasana sekitar langsung terasa panas menyengat.
Pada saat itu juga, butiran hijau menyentuh angin aneh di pinggiran payung. Disusul gelombang api emas yang langsung menyelimuti butiran hijau tersebut.
Wang Lin tetap tenang, langkahnya tak berhenti. Dalam hati ia membisikkan: "Ledakkan!"
Di tengah angin aneh dan api emas, cahaya hijau menyala sekejap, lalu meledak menjadi gelombang cincin biru tua yang menyebar ganas bagai ombak pasang.
Pemandangan ini bagaikan ribuan kuda berlarian. Hanya dalam sekejap mata, gelombang kejut berbentuk cincin telah menyebar sejauh lebih dari 300 zhang.
Angin, yang seharusnya tak berbentuk, kini di bawah kekuatan Ekstrem ini berubah menjadi serpihan-serpihan Kristal es biru yang berjatuhan dari langit. Disusul api emas yang bahkan belum sempat padam telah membeku. Jika diamati, api emas dalam kristal biru itu seolah masih terus menyala.
Sementara Magic Treasure Tianlei Fenghuo San (Payung Angin-Api Petir Langit) milik Lembah Wufeng langsung membeku dalam keadaan setengah terbuka, diselimuti lapisan Kristal es biru.
Orang tua ber-tingkat kultivasi Pseudo-Core dari Lembah Wufeng bahkan tak sempat bereaksi. Ekspresi sombong dan meremehkan masih membeku di wajahnya yang telah berubah menjadi patung es bercahaya biru.
Di belakangnya, 17 murid Lembah Wufeng termasuk yang paling jauh melarikan diri sekalipun, tak luput dari malapetaka ini. Satu per satu tubuh mereka membeku menjadi patung kristal.
Dalam radius 300 zhang, tak ada satu pun makhluk hidup yang tersisa. Semua entitas bernyawa telah musnah. Area ini menjadi zona larangan kehidupan.
Li Shan otaknya kosong, memandang dengan bengong pemandangan di depan matanya. Jiwanya terguncang hingga ke puncak, mulutnya terbuka lama tak mengeluarkan sepatah kata. Namun sorot matanya terhadap Wang Lin mulai dipenuhi rasa hormat.
Sekte Hehuan mundur tepat waktu sehingga terhindar dari bencana. Namun di kejauhan 500 zhang (sekitar 1.665 kilometer), mereka membeku ketakutan tak berani bergerak sedikitpun karena tatapan dingin Wang Lin mengarah pada mereka.
Murid-murid Lembah Wufeng di depan mata mereka secara misterius berubah menjadi kristal es yang iblis. Adegan penuh daya pukau visual ini membuat ketua rombongan perempuan Sekte Hehuan yang memandang belasan patung es dengan pose berbeda itu wajahnya pucat pasi. Dengan gemetar ia mengeluarkan token kualifikasi dan meletakkannya hati-hati di tanah. Tiba-tiba Wang Lin bersuara berat: "Token ini total ada berapa keping?"
Gadis itu menggigil, menahan rasa takutnya sambil terbata-bata menjawab: "Total... tujuh keping."
Wang Lin tetap tenang, dalam hati menghitung. Saat ini di tangannya, termasuk token dari Sekte Hehuan, total ada empat token. Masih kurang tiga lagi untuk lengkap.
Sebelum datang ke Lembah Jueming, Ye Zizai pernah mengatakan bahwa kompetisi perebutan kualifikasi di Lembah Jueming adalah merebut token lawan. Berdasarkan analisis ini, ditambah penjelasan singkat Situ Nan saat baru bangun sebelumnya tentang cara memasuki Medan Perang Luar Wilayah, Wang Lin mulai mendapat jawaban samar. Ia menatap murid perempuan itu tiba-tiba bertanya:
"Ada berapa kuota untuk masuk Medan Perang Luar Wilayah?"
Perempuan itu tertegun, ragu sejenak. Namun saat melihat kilatan dingin di mata Wang Lin, seluruh tubuhnya gemetar. Ia buru-buru menjawab: "Tiga! Hanya ada tiga kuota!" Takut penjelasannya kurang detail dan memancing niat membunuh lawan, ia tergesa menambahkan: "Total ada tujuh token, tapi saat portal Medan Perang Luar Wilayah terbuka, jika lebih dari tiga token tidak dihancurkan, maka hak Negara Zhao untuk masuk medan perang akan dibatalkan."
Wang Lin meliriknya, murid perempuan itu langsung gemetar ketakutan dan buru-buru berkata: "Rekan Tao, aku... dari tiga token sisanya, aku tahu lokasi salah satunya. Jika kau melepaskanku, akan kujelaskan semuanya."
