Dentuman bergemuruh terdengar. Semua Pedang Terbang mengarah ke satu titik, menusuk selaput tersebut bertubi-tubi. Selaput itu bergoyang-goyang, kilauannya berkedip-kedip. Perlahan Energi Pedang menghalangi, membentuk lekukan kecil di permukaan selaput.
mengedipkan matanya, Pedang Terbang berkristal segera melesat dengan dahsyat. Hong! Dengan kecepatan ekstrem, pedang itu menusuk titik cekung tersebut berulang kali. Titik cekung semakin dalam.
Makhluk berbentuk ular ini sepertinya menyadari keanehan. Tubuhnya menggeliat dengan hebat. Wang Lin yang cemas mengibaskan tangannya, ratusan Pedang Terbang kembali menyerang dengan ganas.
Akhirnya dengan suara "Pek!", membran pecah. Aroma amis yang pekat menyembur keluar. Wang Lin menyelinap ke daging dinding, menahan napas. Pil di mulutnya segera berefek, menghalau semua bau amis tersebut.
Setelah angin busuk berlalu, Wang Lin langsung menerobos masuk. Saat itu, tubuh ular di dalam tubuh ular raksasa telah mengerut. Dalam hati Wang Lin muncul perasaan samar bahwa ular raksasa ini pasti tidak akan mati dengan mudah seperti ini. Jika di dalam ular besar masih ada ular kecil, mungkinkah di dalam tubuh ular kecil itu masih ada seekor ular lagi?!
Yang lebih penting, sebelumnya Meng Tuozi pernah mengatakan bahwa makhluk mirip ular ini seharusnya adalah makhluk purba yang setara dengan kultivator tahap kesempurnaan Transformasi Dewa. Perlu diketahui bahwa kesempurnaan Tahap Transformasi Dewa hampir merupakan ahli teratas di negara kultivasi tingkat empat.
Kecuali jika tingkat kultivasi Gu Di dan yang lainnya juga telah mencapai kesempurnaan Transformasi Dewa. Namun menurut perkataan Meng Tuozi sebelumnya, menurut pandangan Wang Lin, dia tidak menganggap bahwa orang-orang ini telah mencapai kesempurnaan Transformasi Dewa, paling tinggi hanya sampai tahap menengah Transformasi Dewa saja.
Dengan demikian, pertarungan ini sama sekali tidak mungkin dimenangkan, hanya bisa kabur masing-masing. Awalnya Wang Lin juga berniat demikian, namun setelah mengamati sejenak, ia menemukan bahwa makhluk ini selain berbadan tebal dan bisa menyemburkan kabut racun, sepertinya tidak memiliki kemampuan supernatural sama sekali. Hal ini membuatnya terkejut.
Ia mengamati orang-orang di sekitarnya, menemukan bahwa meskipun para tetua ini tidak ada yang berbicara, mata mereka samar-samar memancarkan kebingungan.
Di dalam hati Wang Lin muncul dugaan berani: makhluk ini hanya memiliki tubuh fisik makhluk purba, tapi tidak memiliki kemampuan supernatural setara Tahap Transformasi Dewa Kesempurnaan seperti makhluk purba sejati.
Dugaan ini mencapai puncak ekstrem saat kepala ular baru menyembul dari mulut ular raksasa. Berkat keyakinan pada dugaan inilah akhirnya ia berani mengambil sumsum dari mulut makhluk purba!
Di matanya, makhluk purba ini hanya memiliki penampilan luar. Jika berada di dalam tubuhnya, pasti tidak akan ada bahaya. Bahkan di benak Wang Lin muncul pikiran aneh: apakah makhluk purba ini adalah makhluk misterius yang di dalam ular besar terdapat ular kecil, di dalam ular kecil ada ular lagi, terus berlapis hingga ular terkecil yang tersembunyi di balik tak terhitung jumlah ular - barulah itu makhluk purba sejati!
Sedangkan tubuh-tubuh luar ini hanyalah kamuflase untuk menyembunyikan wujud aslinya. Itulah mengapa mereka hanya memiliki tubuh fisik makhluk purba tanpa kemampuan supernaturalnya.
Memikirkan ini, hati Wang Lin berdebar. Ia segera mengumpulkan pikirannya dan cepat-cepat menuju sambungan antara kepala dan leher ular. Di tempat ini tidak ada selaput, terlihat setengah tulang putih tersembunyi. Tangan kanannya tanpa ragu menekan tulang itu, menggunakan Seni Tarik Benda untuk menyedot dengan keras. Seketika tubuh ular berguncang hebat dan mulai berguling-guling dengan gila.
Pada saat yang sama, dari kepala ular dalam tubuh ular raksasa itu, tiba-tiba memancarkan cahaya hitam. Kulit ular dengan cepat meleleh. Meng Tuozi yang terlihat panik melompat keluar dalam keadaan compang-camping, terbang menuju kepala ular raksasa dengan kecepatan luar biasa!
Saat melewati persambungan leher dan kepala ular, matanya langsung menangkap sosok Wang Lin. Setelah sedikit ragu, ia berteriak tergesa: "Cepat pergi! Ini adalah ular naga parasit! Di dalam tubuhnya ada 9 ular bertingkat! Yang paling dalam adalah tubuh aslinya yang memiliki kemampuan makhluk purba!"
Sambil berkata demikian, tangan kanannya menepuk daging di sekitarnya. Bagian yang sebelumnya tahan terhadap Pedang Terbang itu langsung menghitam. Makhluk ular itu kesakitan dan membuka mulut lebar-lebar. Meng Tuozi segera menyelinap keluar.
Wang Lin matanya berkilat. Alih-alih pergi, tubuhnya justru menempel erat ke daging dan menyembunyikan diri.
Pada saat itu, dari tubuh ular kering itu tiba-tiba muncul seekor naga sungai merah berukuran lebih kecil. Tubuhnya berkilat-kilat disertai kilat, lalu mengejar Meng Tuozi dengan cepat.
Wang Lin menempel rapat di daging dinding tanpa bergerak. Setelah Meng Tuozi dan naga sungai menjauh, matanya berkilat-kilat. Meng Tuozi jelas punya niat jahat, sengaja memberitahunya saat kabur agar Wang Lin ikut pergi sehingga target pengejaran naga sungai terpecah.
Dalam hati Wang Lin tertawa dingin. Ia tak mau terlibat dengan orang-orang ini. Seandainya Gerbang Ketiga membutuhkannya dan bisa dibuka, masih bisa ditolerir. Tapi ia sadar betul dirinya sama sekali tidak menguasai ilmu kutukan maut. Jika Gerbang Ketiga gagal dibuka, para kultivator iblis ini pasti akan membunuhnya untuk melampiaskan amarah.
Bahkan jika terbuka, dirinya yang sudah tidak memiliki nilai manfaat, meskipun tidak langsung dibunuh, pasti akan menjadi subjek mantra serangan magis yang dikerahkan oleh raja iblis Enam Nafsu. Tatapan mata kosong pemuda itu masih jelas terbayang di benak Wang Lin.
Awalnya Wang Lin berencana mencari kesempatan kabur di dua lapisan pertama. Jika tidak ada kesempatan sama sekali, dia akan membuat kekacauan di Tingkat Ketiga. Saat semua orang kabur bersama, pasti tidak sempat mengawasinya.
Tapi sekarang, Wang Lin mengubah niat. Karena naga sungai merah itu sudah mengejar keluar, saat ini bagian dalam bangkai ular ini seharusnya menjadi tempat paling aman. Matanya berkilat, tangan kanannya menyedot kuat tulang punggung ular. Seketika ular raksasa itu gemetar hebat. Wang Lin merasakan darah naik ke kepala, tubuhnya terhempas tak terkendali ke atas.
Wajahnya muram, energi spiritual di dalam tubuhnya berputar, seketika menstabilkan tubuhnya. Perasaan darah mengalir ke kepala masih berlanjut. Wang Lin menyapu Shen Shi-nya, menjelajah ke luar melalui celah gigi ular raksasa. Setelah melihat jelas, ia seketika terpaku.
Makhluk mirip ular raksasa itu turun dengan kecepatan ekstrem, dalam sekejap telah tenggelam ke dalam kehampaan hitam pekat.
Sekitar setengah shichen kemudian, kecepatan turun mulai melambat. Akhirnya tubuh ular bergetar, dari luar terdengar gemuruh berat yang teredam. Lama kemudian, semuanya kembali sunyi.
Wang Lin menarik napas dalam, tanpa bicara terus menyerap sumsum tulang. Kini ular raksasa tak lagi bergerak, tak ada keanehan sama sekali. Perlahan, setetes cairan keemasan mengambang keluar dari tulang belakang, aroma harum segera menyergap. Dengan ekspresi serius, Wang Lin menepuk kantong penyimpanannya, mengeluarkan sebuah botol giok.
Setelah dengan hati-hati memasukkan cairan emas ke dalam botol giok, Wang Lin menarik napas dalam-dalam. Setelah menyimpannya ke kantong penyimpanan, ia segera terbang menuju mulut ular raksasa. Dari celah gigi-gigi tajam ular besar itu, Wang Lin melesat keluar.
Di hadapannya gelap gulita tanpa setitik cahaya. Wang Lin mengubah gerakan mantra dengan kedua tangan, berseru rendah: "Pergi!" Seketika bola api seukuran kepala muncul tanpa suara di depannya, melayang maju.
Dengan bantuan cahaya api, Wang Lin mengamati sekeliling. Perlahan-lahan, ekspresinya menjadi aneh.
Secara akurat, tempat ini juga merupakan batu yang mengambang di daerah kehampaan. Hanya saja ukuran batu ini ratusan kali lebih besar dibandingkan lokasi sebelumnya.
Makhluk mirip ular raksasa itu kini meletakkan kepalanya di atas batu, tubuhnya menjulur ke bawah entah sampai mana. Makhluk ini menutup mata rapat-rapat tanpa menunjukkan nafas kehidupan.
Wang Lin mengamati dengan seksama beberapa saat, menganalisis bahwa makhluk mirip ular ini pasti karena naga sungai merah meninggalkan tubuhnya, mirip seperti kultivator yang mengeluarkan Bayi Yuan Ying, sehingga sementara kehilangan vitalitas, lalu terjatuh dari atas.
Ini juga menjelaskan mengapa saat dia mengambil cairan sumsum tulang sebelumnya, makhluk ini tidak menunjukkan gerakan aneh sama sekali.
Wang Lin memandang ular raksasa itu, matanya berkilat beberapa saat sebelum akhirnya menghela napas dan melepaskan niat dalam hatinya. Ular raksasa yang sekarang terbaring di sini bagaikan gunung harta diletakkan di depan mata. Belum lagi, hanya pil otak dan kulit ularnya saja sudah tak ternilai harganya. Namun Wang Lin tidak terbius oleh hal-hal ini. Belum lagi apakah dia bisa menembus daging di luar pil otak, atau mencabut kulit pelindung makhluk ini. Hanya dengan naga sungai merah yang telah meninggalkan tubuh itu saja, sangat mungkin kapan saja kembali. Begitu bertemu Wang Lin, bahkan jika memiliki seratus nyawa sekalipun, Wang Lin akan mati seketika.
Wang Lin melihat sekali lagi, lalu mengeluarkan pil penangkal racun pemberian Meng Tuozi dari mulutnya. Pil itu telah menyusut setengah, namun Wang Lin tetap menyimpannya dengan hati-hati di kantong penyimpanan. Tanpa basa-basi, ia mematikan bola api dan melompat ke angkasa. Dalam kegelapan kehampaan ini, cahaya api terlalu mencolok. Demi keamanan, Wang Lin terpaksa terbang dalam gelap.
Perlahan-lahan, matanya mulai menyesuaikan dengan kegelapan. Pemandangan di sekitarnya tidak semuanya terlihat jelas, setidaknya beberapa kontur dapat dikenali.
Selain ukuran batu yang ratusan kali lebih besar, tempat ini tidak jauh berbeda dengan area di atas. Hanya saja, pergerakan batu-batu di sini lebih cepat. Ditambah lagi, perasaan krisis terus-menerus datang dari segala penjuru.
Wang Lin melangkah dengan sangat hati-hati, memperlambat kecepatannya. Seringkali setiap beberapa zhang ia berjalan, harus mengamati sekeliling lama sebelum bergerak. Saat ini, baru saja mendarat di sebuah batu, tiba-tiba tubuhnya kaku. Di depannya, sebuah bayangan hitam melesat cepat.
Wang Lin menahan napas, tubuhnya tak bergerak sama sekali, matanya menatap tajam ke depan. Perlahan, ia mulai melihat beberapa kontur. Di pusat batu tersebut, terdapat gumpalan bayangan hitam berukuran sekitar 100 zhang. Dari tubuhnya, menjulur ratusan tentakel yang sangat panjang dan bergoyang tak beraturan.
Bayangan hitam yang tadi melintas itu ternyata salah satu dari tentakel tersebut.
Setelah melihat jelas, Wang Lin perlahan mundur beberapa zhang. Makhluk aneh yang bisa bertahan di tempat ini pasti memiliki kekuatan luar biasa, bukan sesuatu yang bisa ia hadapi. Saat telah mencapai tepi batu, matanya tetap mengawasi makhluk itu. Tiba-tiba tubuhnya melesat ke belakang, melayang ringan dan cepat menjauh.
Baru setelah menjauh ratusan zhang, Wang Lin menarik napas dalam. Ia menatap kehamparan kehampaan tak berujung di atasnya, senyum getir merekah. Hanya dengan kembali ke batu-batu tempat ia pertama kali datang, ia bisa menemukan cincin cahaya keluar dari sini.
Wang Lin terdiam sejenak, Shen Shi-nya tidak berani disebarkan terlalu jauh. Jika tidak, dikhawatirkan akan memancing makhluk-makhluk kuat yang bisa membahayakan dirinya. Perlahan ia mulai terbang ke atas. Saat melihat bayangan hitam besar di atasnya, ia segera menghentikan gerakan. Setelah mengamati dengan cermat beberapa lama dan memastikan itu adalah batu berbentuk kerucut, barulah ia perlahan mendekat.
Tiba-tiba, cahaya merah muncul dari atas dengan suara desiran aneh, melesat cepat ke bawah. Wang Lin segera bergerak menghindar, menempel rapat di dinding batu kerucut bagian bawah, membeku tak bergerak.
Cahaya merah itu melesat melewati sisi batu dan menghilang ke bawah. Bulu kuduk Wang Lin merinding. Dari sekilas pandang tadi, ia melihat bayangan merah itu jelas-jelas adalah naga sungai yang sebelumnya terbang keluar dari tubuh makhluk ular dan mengejar Meng Tuozi.
Kini naga sungai itu kembali terbang, tidak diketahui apakah Meng Tuozi dan yang lain masih hidup atau sudah mati. Wang Lin tersenyum dingin, tubuhnya meninggalkan dinding batu, perlahan terbang ke atas. Setelah menaiki batu, ia segera mengamati sekeliling dengan penuh kewaspadaan.
Ini adalah batu yang tidak dihuni makhluk hidup. Setelah mengamati dengan seksama sekian lama, Wang Lin menghela napas lega. Ia duduk bersila di atasnya, meminum seteguk cairan energi spiritual, sambil terus mengawasi bagian bawah dengan waspada.
Begitu naga merah itu kembali ke tubuhnya, pasti akan mendeteksi keanehan. Wang Lin terdiam sejenak, tubuhnya segera menyusup ke dalam batu. Tangan kanannya menepuk dahi, Mutiara Langit Terbalik langsung muncul. Matanya berkilat-kilat, segera memasuki ruang Tianni.
Tak lama setelahnya, dari kedalaman bawah terdengar raungan penuh amarah. Naga sungai merah segera melesat keluar seperti kilat, menerjang dan menghancurkan beberapa batu berukuran ratusan zhang. Matanya memancarkan kilau dingin yang mengerikan, tubuhnya langsung menghilang sambil mencari di sekitarnya.
Naga ini telah memiliki kecerdasan tertentu. Mengetahui pencuri sumsum kemungkinan belum pergi jauh, matanya yang penuh kebuasan terus menjelajah ke segala arah. Setelah lama tak menemukan apapun, naga itu kembali mengaum gila-gilaan sebelum akhirnya merangkak di atas sebuah batu dengan penuh kekecewaan, perlahan tenang.
Namun tak lama kemudian, tubuhnya tiba-tiba melesat lagi menuju bayangan hitam dengan banyak tentakel yang pernah dilihat Wang Lin di sebuah batu sebelumnya.
Saat naga itu mendekat, semua tentakel langsung bergetar cepat, saling melilit membentuk kerucut, tanpa rasa takut menghadapi naga sungai merah.
Dentuman dahsyat yang beruntun terus bergema dari bawah, bersamaan dengan berbagai cahaya yang terus berkedip-kedip. Gelombang energi spiritual yang masif seperti angin topan menyapu ke segala arah, menghancurkan batu-batu besar satu per satu. Bahkan batu tempat Wang Lin berdiri pun terkena imbasnya, ukurannya hampir hancur separuh.
Pertempuran besar ini berlangsung sekitar satu hari sebelum akhirnya mereda. Bayangan hitam yang menjadi sasaran kemarahan naga sungai akhirnya mundur kalah. Sementara naga sungai sendiri juga terluka parah, setelah beberapa kali mengaum keras, akhirnya tenang kembali.
Sepuluh hari kemudian, Wang Lin keluar dari ruang Tianni. Dengan gerakan cepat, ia muncul di atas batu. Begitu muncul, ia segera menyebarkan Shen Shi-nya, mengamati sekeliling dengan waspada.
Batu-batu di sekitarnya jelas berkurang jumlahnya, sebaliknya puing-puing kecil justru bertambah banyak. Setelah lama mengamati, Wang Lin akhirnya menghela nafas lega. Setelah berpikir sejenak, tubuhnya segera melesat terbang ke atas.
Setelah melewati beberapa batu secara berturut-turut, tubuh Wang Lin tiba-tiba berhenti. Matanya menatap tajam ke depan. Sesaat sebelumnya, dia melihat serpihan batu tiba-tiba menghilang di suatu lokasi di depannya.
Ekspresi Wang Lin menjadi serius. Perlahan dia mundur sambil mengangkat tangan kanannya. Beberapa serpihan batu di sekitarnya segera terbang mendekat. Wang Lin menunjuk ke depan dan berbisik, "Pergi!"
Serpihan-serpihan batu itu segera melesat ke depan. Kali ini Wang Lin mengawasi dengan saksama. Batu-batu itu tiba-tiba lenyap tak lama setelah terbang beberapa meter.
Wang Lin menarik napas dalam. Dia melihat jelas bahwa di lokasi lenyapnya serpihan batu tadi, tiba-tiba terbuka celah hitam. Karena kecepatannya yang luar biasa dan penglihatan yang terbatas, sekilas terlihat seperti serpihan batu itu tiba-tiba hilang setengah bagian.
Wang Lin diam mematung. Tatapannya masih tertancap ke depan. Dengan menepuk kantong penyimpanannya, sebilah pedang terbang melintang di depan dada. Jari kanannya menyentuh bilah pedang, dan senjata itu segera meluncur ke depan.
"Hancur!" Serpihan batu menghilang seketika. Tiba-tiba, celah hitam itu muncul lagi. Saat hendak menelan pedang terbang, Wang Lin segera membentuk mantra dengan jari-jari tangan kanannya dan berseru lirih: "Hancur!"
Pedang terbang berhamburan berkeping-keping. Saat celah hitam mulai menutup, serpihan melesat ke segala arah. Wang Lin memfokuskan pandangannya, tangan kanannya mengarahkan gerakan. Salah satu serpihan tiba-tiba berbelok arah dan kembali ke genggamannya.
Wang Lin mengamati beberapa tetes cairan hitam yang menempel pada serpihan pedang. Di sekitar cairan itu, logam pedang tampak terkikis dan berkarat.
"Bukan celah dimensi!" Wang Lang segera memastikan. Alasan dia melakukan berbagai uji coba dengan hati-hati adalah kekhawatiran akan adanya celah dimensi di sini. Jika benar ada, tingkat bahaya lokasi ini akan naik beberapa tingkat.
Bagaimanapun, Wang Lin saat ini bukan Tun Hun yang tak berwujud, melainkan memiliki tubuh fisik. Di bawah tekanan sobekan celah dimensi, segala makhluk akan binasa.
Wang Lin menghela napas lega, kedua tangannya membentangkan dan tiba-tiba menghentakkan. Seketika semua batu hancur di sekitarnya berkumpul membentuk sabuk batu hancur melingkar di sekitar tubuhnya.
Dia terbang menyamping cukup jauh sebelum akhirnya melanjutkan penerbangan ke depan. Sepanjang perjalanan, setiap ada batu hancur yang menghilang, dia segera mengubah arah. Secara bertahap, setelah berkali-kali mengamati, Wang Lin akhirnya menyimpulkan bahwa fenomena penyerapan batu hancur yang mirip celah dimensi itu sebenarnya adalah makhluk aneh berwujud tak kasat mata.
Struktur tubuh makhluk ini sangat aneh, meskipun menggunakan Shen Shi sekalipun, tetap tidak bisa mendeteksi petunjuk apapun. Hanya berbekal pengalamannya sebagai Tun Hun selama ribuan tahun di ruang dimensi luar yang memahami seluk-beluk celah dimensi, Wang Lin baru bisa menganalisis jawaban ini.
Sepanjang perjalanan, Wang Lin sangat berhati-hati. Tempat ini setiap langkah penuh bahaya, sedikit kecerobohan akan berujung maut. Terutama bagi kultivator Tahap Inti Pelana sepertinya, kondisi ini tak kalah berbahayanya dengan sarang naga dan gua harimau. Satu kesalahan kecil saja akan berakhir dengan kematian.
Selama waktu yang cukup lama, Wang Lin menghitung dalam hati bahwa dirinya hanya berhasil menempuh kurang dari seribu li. Jarak seribu li ini, jika dalam keadaan normal, bisa dia tempuh dalam waktu singkat dengan kecepatan tinggi. Namun sekarang, dia membutuhkan beberapa hari untuk melaluinya.
Berapa hari tepatnya, Wang Lin sudah tidak bisa menghitung lagi. Seluruh energinya tercurah untuk tetap waspada setiap saat.
Waktu berlalu perlahan. Wang Lin sendiri tidak tahu sudah berapa lama dia terbang di tempat ini. Kewaspadaan dan kehati-hatian yang terus-menerus membuatnya berhasil melewati berbagai krisis yang nyaris merenggut nyawanya.
Suatu hari, Wang Lin beristirahat sebentar di sebuah batu. Energi spiritual dalam tubuhnya tidak banyak berkurang, namun jiwanya sudah sangat kelelahan. Ini masih beruntung karena kebiasaan Wang Lin yang selalu berhati-hati sebelum memasuki tempat ini. Jika tidak, orang lain mungkin sudah lama kehabisan tenaga dan tewas di sini.
Setelah beristirahat sejenak, Wang Lin menarik napas dalam-dalam dan berdiri. Tangannya menoreh beberapa gerakan di udara, seketika Pedang Terbang berkristal berkilauan keluar, berputar gila-gilaan mengelilingi batu. Perlahan, potongan-potongan batu besar terkelupas di bagian luar dan beterbangan ke sekeliling.
Wang Lin merentangkan kedua tangannya, dan serpihan batu itu segera berkumpul. Selama beberapa hari terakhir, Wang Lin selalu menggunakan serpihan batu sebagai pembuka jalan. Setiap kali persediaan serpihan habis, dia akan mengambil bahan setempat dengan memotong beberapa bagian dari batu.
Setelah serpihan-serpihan itu membentuk formasi cincin, tubuh Wang Lin segera melompat ke depan dan mulai terbang perlahan.
Perlahan-lahan, saat terbang menjauh beberapa jarak, alis Wang Lin segera berkerut. Tubuhnya berhenti di udara sementara matanya mengamati sekeliling dengan sorotan tajam. Tingkat kegelapan di tempat ini telah berkurang cukup banyak - semakin ke atas, semakin terlihat kilau samar yang datang dari segala penjuru.
Tentang asal muasal cahaya ini, Wang Lin tidak sempat memikirkannya. Sekarang dia fokus mengamati sekeliling dengan perasaan tidak enak yang mulai menggelayuti hatinya.
Matanya saat ini telah sepenuhnya menyesuaikan dengan kegelapan, ditambah dengan sedikit kilauan di tempat ini, sehingga pada dasarnya bisa melihat dengan jelas. Dia memperkirakan secara kasar, dari sini ke atas, dalam radius sekitar sepuluh ribu li, hanya ada satu pecahan batu yang melayang.
Semua ini sangat tidak sesuai dengan logika umum. Berdasarkan pengalaman Wang Lin, pecahan batu biasanya muncul setiap beberapa li. Bahkan jika batu pecah, akan ada sisa serpihan dan debu. Tapi di sini sama sekali tidak ada.
Hanya ada dua penjelasan: Pertama, baru saja terjadi pertempuran besar yang dahsyat di sini, menyebabkan angin topan yang menyapu semua batu kecuali satu itu hingga terhempas jauh, sehingga tercipta pemandangan seperti ini.
Kedua, di sini terdapat banyak makhluk mirip celah dimensi yang telah melakukan penyerapan bertahun-tahun, hingga semua batu habis ditelan sampai tak tersisa.
Wang Lin memiliki dasar untuk ini. Sebelumnya, ia telah menyaksikan langsung sebuah batu berbentuk kerucut raksasa yang tiba-tiba dimakan habis oleh mulut besar yang muncul, hanya dalam waktu sebatang dupa, batu kerucut sebesar 70-80 zhang itu lenyap tanpa bekas.
Wang Lin ragu-ragu sejenak. Jika benar kondisi di sini seperti ini, maka ia harus mencari jalan memutar. Jika tidak, begitu masuk, bahaya akan segera mengancam.
Setelah merenung sejenak, jari kanan Wang Lin menyentuh pecahan batu di depannya. Pecahan batu itu perlahan melayang ke depan, memasuki area tersebut dan terus melayang hingga jarak ekstrem tanpa menghilang. Wang Lin merenung sebentar, lalu jemarinya menari-nari di sekelilingnya. Segera semua pecahan batu di sekitarnya berbaris rapi dan terdorong maju.
Wang Lin tidak terburu-buru. Ia diam berdiri di tempat, memandangi pecahan-pecahan batu itu bergerak perlahan. Setelah waktu yang lama, pecahan-pecahan itu tiba di dekat satu-satunya batu raksasa dalam radius sepuluh ribu li.
Di sekitar sana, sebuah batu pecah tiba-tiba lenyap. Pupil mata Wang Lin menyempit tajam, matanya menatap erat. Beberapa saat kemudian, satu lagi batu pecah menghilang. Tak lama kemudian, batu-batu terus menerus lenyap. Akhirnya, tepat saat melewati batu raksasa itu, semua batu pecah lenyap tanpa sisa.
Sorot mata Wang Lin berkilat, mengingat titik-titik tersebut. Berdasarkan pengalaman selama ini, Wang Lin tahu makhluk mirip celah dimensi itu tidak bisa bergerak, seolah terpaku di posisi tertentu.
Namun tidak menutup kemungkinan mereka bisa berpindah. Setelah lama berdiam diri, Wang Lin akhirnya membatalkan niat masuk. Tempat ini terlalu iblis. Ia lebih memilih menghabiskan waktu berputar mengitari daripada mengambil risiko masuk, mengingat konsekuensi kegagalan yang tak mampu ia tanggung.
Setelah bulat tekadnya, tubuh Wang Lin mundur. Dengan Pedang Terbang berkristal, ia mengukir banyak batu pecah dan mengatur lingkaran di sekeliling tubuhnya, lalu terbang menghindar ke samping.
Perlahan-lahan, wajah Wang Lin semakin muram. Ia telah terbang sangat jauh, namun wilayah kosong ini seolah tak berujung, sama sekali tidak memiliki batas.
Jika diibaratkan wilayah kosong ini sebagai pita putih, maka ia seolah melintang membelah dimensi kehampaan. Setelah beberapa hari terbang, Wang Lin terpaksa mengurungkan niat untuk memutarinya.
