Setelah berminggu-minggu berada di sini, Wang Lin akhirnya mencapai puncak setelah mengikuti pergerakan spiral batu-batu kerucut yang terus naik selama dua minggu.
Di sini adalah titik akhir balok batu kerucut tersebut. Sebuah pusaran raksasa tak berujung jelas terlihat melayang di angkasa. Semua balok batu kerucut akhirnya tenggelam ke dalamnya, perlahan menghilang di dalam pusaran.
Wang Lin memandangi pusaran itu dengan diam sejenak. Tangan kanannya membentuk mantra dengan jari-jarinya. Pedang Terbang segera meluncur keluar dari kantong penyimpanannya, melayang diam di depan tubuhnya. Dengan menyebarkan Shen Shi-nya, dia mencetak sebuah tanda pada pedang itu sebelum melemparkannya. Pedang itu langsung menyambar menuju pusaran.
Wang Lin sedikit menutup matanya. Shen Shi yang terpisah itu meluncur dengan cepat bersama pedang, segera mendekati pusaran. Tanpa ragu sedikit pun, tiba-tiba mereka menyusup masuk ke dalamnya.
Pada saat masuk, Pedang Terbang berhenti sejenak, seolah tenggelam ke dalam lumpur. Setelah beberapa saat, baru perlahan melewati dan terbang keluar dari sisi lain. Yang terlihat oleh Wang Lin adalah dunia yang dipenuhi cahaya kristal, lapisan es tebal di permukaan tanah, langit yang agak gelap namun memancarkan cahaya samar yang langsung memantul saat menyinari es.
Angin sepoi-sepoi berhembus, berputar beberapa kali di atas permukaan es sebelum melayang menjauh.
Dari kejauhan, tempat ini tak berujung, namun pada jarak tertentu terdapat menara hitam berdiri. Menara terdekat tingginya hanya sepuluh zhang, namun semakin ke belakang, menara hitam yang muncul semakin tinggi. Dari persepsi Shen Shi Wang Lin, menara terjauh telah melebihi empat puluh zhang.
Deretan menara hitam ini membentuk garis lurus dengan ketinggian yang bertambah secara bertahap, memberikan kesan megah yang luar biasa.
Terutama Menara Hitam ini, seluruh tubuhnya terbuat dari batu gunung hitam. Bahkan cahaya yang dipantulkan lapisan es di tanah, ketika menyentuh tubuh menara, langsung diserap tanpa meninggalkan sedikitpun pantulan.
Pedang Terbang berhenti sebentar di sini, lalu terbang kembali dari pusaran dan mendarat di tangan Wang Lin.
Di luar pusaran raksasa itu, Wang Lin membuka matanya. Ia menarik kembali Shen Shi dari Pedang Terbang, menyimpan pedang itu ke kantong penyimpanan. Setelah terdiam sejenak, ia mengeluarkan otot naga dari dalamnya dan mengguncangnya. Seketika Raja Iblis melesat keluar sambil memandangi Wang Lin dengan wajah bersemangat, "Siapa yang mau dibunuh kali ini? ...Eh... Tempat apa ini?" Ekspresi bersemangat Raja Iblis langsung berubah menjadi tertegun setelah melihat sekeliling.
Tubuhnya berputar cepat mengelilingi area, akhirnya pandangannya tertuju pada pusaran raksasa itu. Ia menatap Wang Lin, menggosokkan tangannya, lalu mencoba bertanya, "Kamu... Jangan-jangan mau menyuruhku masuk ke sini? Tidak bisa, sama sekali tidak boleh!"
Wang Lin tidak berkata sepatah kata pun, jari kanannya menunjuk pusaran, menatap dingin Raja Iblis.
Tempat ini setiap langkah penuh bahaya, tanpa uji coba berulang kali, Wang Lin tidak akan sembarangan memasuki.
Raja Iblis mengerutkan wajah, bersikeras: "Siapa tahu apa isi dalam sana? Tempat terkutuk ini memberiku perasaan aneh. Tidak mau, mutlak tidak mau pergi!"
Wang Lin menepuk kantong penyimpanannya, beberapa Bendera Jiwa segera beterbangan. Semua ini hasil rampasan. Ia mengambil satu bendera, matanya berkilat sesaat sebelum tangan kanannya mencengkeram ke atas - jiwa Sang Muya segera tercabut.
Kala itu di Laut Xiuno, Wang Lin bertemu Sang Muya yang membunuh saudara senior dan merampas fondasi. Setelah mendapat jawaban yang dibutuhkan, ia menyambar jiwa Sang Muya dan mengurungnya dalam Bendera Jiwa buatan Sang Muya sendiri.
Seberkas sinar putih redup berkedip-kedip di tangan Wang Lin, di dalamnya tampak samar wajah ketakutan Sang Muya. Wang Lin mengibaskan tangan kanannya, sinar itu segera melesat menuju Raja Iblis.
Raja Iblis menjilat bibirnya, matanya memancarkan keserakahan. Tanpa banyak bicara, ia membuka mulut lebar-lebar dan menelannya. Setelah mengusap perutnya, kepalanya menggeleng seperti gendang berputar, "Tidak mau pergi, tetap tidak mau!"
Kilau dingin tiba-tiba menyala di mata Wang Lin. Shen Shi Ekstrem melesat keluar seketika. Raja Iblis menjerit kesakitan, tubuhnya kembali mengeluarkan asap hijau. Setelah merintih beberapa saat, ia segera memohon ampun. Akhirnya dengan enggan terbang menuju pusaran.
Melalui Shen Shi yang tertanam di tubuh Raja Iblis, saat memasuki pusaran, Wang Lin sekali lagi menyaksikan pemandangan di balik pusaran itu. Namun tiba-tiba, raut wajahnya berubah drastis!
Kali ini, di balik pusaran bukanlah dunia gletser, melainkan berubah menjadi lautan api. Benar-benar lautan api yang tak bertepi, warna semburan api semakin menghitam di bagian belakang. Dari kejauhan terlihat hamparan nyala hitam yang menjulang, langit seluruhnya terbakar menjadi merah keunguan. Gelombang panas dengan suhu tinggi terus menerpa wajah.
Selain itu, terdapat berbagai binatang ajaib yang tercipta dari personifikasi api, muncul sekejap di antara semburan api. Di tengah lautan api ini, sama seperti dunia gletser, terdapat menara hitam yang semakin tinggi membentuk garis vertikal, tak terlihat ujungnya dari kejauhan.
Raja Iblis menjerit ketakutan, seolah sangat takut dengan gelombang api ini, segera mundur dari pusaran.
Wang Lin terdiam sejenak, matanya berkilat-kilat menatap pusaran dengan seksama. Ia menunjuk Raja Iblis dengan tangan kanan, membuat makhluk itu langsung merengut dan merintih: "Berikan aku satu jiwa lagi!"
Wang Lin menatapnya, lalu mengeluarkan satu jiwa lagi dari Bendera Jiwa dan melemparkannya. Setelah menelannya, Raja Iblis menunjukkan ekspresi gagah berani seolah hendak mengorbankan diri, lalu kembali menerjang masuk ke pusaran.
Kali ini, dunia di dalam pusaran kembali berubah. Tampak hamparan gurun pasir dengan kaktus-kaktus raksasa menjulang, di kejauhan barisan angin puyuh kelabu bergerak perlahan.
Sama seperti dua dunia sebelumnya, deretan Menara Hitam membentang vertikal ke kejauhan tak berujung.
Sorot mata Wang Lin berkilat. Percobaan-percobaan berikutnya berturut-turut menunjukkan medan pisau tajam, hutan kayu raksasa. Jika digabungkan, jelas ini adalah wilayah Lima Elemen: logam, kayu, air, api, tanah.
Tiba-tiba Wang Lin tersadar. Inilah alasan Duanmu Ji mencari Wang Qingyue. Dengan teknik Lima Elemen Wang Qingyue, kehadirannya akan mempermudah perjalanan baik di gletser, lautan api, gurun pasir, gunung pisau, maupun hutan manapun.
Tanah Lima Unsur, jika Wang Lin yang memilih, tentu akan memilih gurun pasir. Bagaimanapun, teknik meloloskan diri melalui tanah yang dikuasainya memberikan bantuan besar untuk melewati tempat ini.
Wang Lin merenung sejenak, tubuhnya melayang dan mendarat di atas batu di samping. Mengikuti gerakan batu yang perlahan menuju pusaran, ia melirik Raja Iblis. Raja Iblis menghela nafas dalam hati, lalu patuh masuk lebih dulu.
Tak lama kemudian, saat batu hendak tenggelam ke pusaran, Wang Lin segera mundur dan berpindah ke batu lain. Raja Iblis yang baru keluar dari pusaran langsung memasang wajah memelas, lalu kembali menyelam masuk.
Setelah beberapa kali mengulangi proses ini, tepat saat Raja Iblis masuk untuk keempat kalinya, sorot mata Wang Lin berkilat. Tanpa bicara, tubuhnya segera menerjang masuk.
Di mana pun pandangan memandang, hanya terdapat hamparan pasir kuning kecoklatan tak berujung. Angin gurun yang ganas meraung-raung menerjang. Di cakrawala jauh, ribuan angin puyuh hitam bergerak perlahan. Angin puyuh itu berwibawa megah, menyambung langit di atas dan bumi di bawah, tak terbatas dan bergelombang dahsyat. Ungkapan "menutupi langit dan menutupi bumi" sama sekali bukan hiperbola.
Terbawa angin, butiran pasir yang tersapu itu menghantam tubuh manusia dengan kekuatan yang sangat berat.
Wang Lin menyimpan Raja Iblis, lalu berjongkok menyentuh pasir di bawah kakinya. Setelah menginjak ringan, teknik pelolosan tanah pun diaktifkan. Seketika tubuhnya lenyap dari tempat semula, muncul kembali di lokasi 100 zhang (sekitar 333 meter) jauhnya.
Di seberang 100 zhang tersebut, berdiri menara hitam pertama di wilayah elemen tanah. Begitu Wang Lin masuk ke dalam menara, suara angin melolong di luar langsung menghilang. Segalanya kembali tenang.
Setelah mengamati dengan cermat di dalam menara, Wang Lin menatap dengan serius. Menara Hitam ini memiliki tiga tingkat. Dua tingkat pertama tidak memiliki perabotan apapun, hanya di tingkat ketiga terdapat sebuah meja yang permukaannya tertutup debu tebal. Wang Lin memeriksa sekeliling sebentar, hendak turun tiba-tiba langkahnya terhenti. Matanya berkedip-kedip menatap meja itu.
Dari sudut pandangnya tadi, ia melihat samar-samar ada bagian permukaan meja yang tinggi debunya sedikit berbeda. Ia mendekat dan mengamati dengan seksama, lalu mengibaskan tangan kanannya perlahan. Angin sepoi-sepoi menyapu dan membersihkan lapisan debu di atas meja.
Seketika, deretan karakter kecil yang samar mulai muncul di permukaan meja. Tanpa basa-basi, Wang Lin kembali mengibaskan kedua tangannya beberapa kali. Angin sepoi-sepoi itu berhembus berulang hingga tulisan di meja perlahan menjadi jelas.
Tulisan ini jelas-jelas ditinggalkan oleh pendahulu di atas meja, kemudian debu yang menumpuk selama bertahun-tahun secara bertahap menutupi karakter-karakter tersebut.
"Aku memasuki tempat ini, meninggalkan jejak tulisan ini sebagai bukti!" Tulisan-tulisan ini terpahat dengan kekuatan dan kokohnya, menyemburkan aura yang sulit dijelaskan. Ia menatapnya beberapa saat dalam keheningan, lalu berbalik dan turun, meninggalkan Menara Hitam.
Saat melangkah keluar dari Menara Hitam, desiran angin yang meraung-raung kembali menggema. Pasir beterbangan menutupi langit, mengubah cakrawala menjadi suram dan gelap.
Wang Lin hanya bisa bergerak menggunakan teknik pelolosan tanah dari bawah tanah, tak berani terbang sembarangan. Jika ada Larangan mematikan di udara, kematian pasti menantinya. Setelah merenung sejenak, ia menepuk kantong penyimpanannya dan mengeluarkan Pedang Terbang. Dengan ayunan tangan, pedang itu melesat ke udara. Saat mencapai ketinggian lebih dari 100 zhang, tiba-tiba angin puyuh turun tanpa suara dari langit. Pedang Terbang itu langsung tersedot ke dalam pusarannya, dalam sekejap berubah menjadi debu.
Wang Lin wajahnya tetap tenang, dia sudah memperkirakan sebelumnya. Pedang Terbang itu hanyalah untuk verifikasi. Dia memperkirakan jarak ke menara hitam berikutnya sekitar 100 li, setelah berpikir sejenak, kakinya menghentak tanah dan kembali menyelam ke bawah tanah untuk melanjutkan perjalanan.
Kali ini, Wang Lin jelas merasakan hambatan di bawah gurun pasir yang menghalangi teknik pelolosan tanah. Namun hambatan itu tidak besar, dengan mengalirkan energi spiritual dalam tubuhnya, dia berhasil melewati jarak 100 li dengan aman dalam waktu singkat.
Di menara hitam kedua, Wang Lin menjelajah namun tidak menemukan apapun. Kini dia ragu apakah Gu Di dan yang lain juga melewati wilayah tanah ini. Namun berdasarkan perkataan mereka sebelumnya, terutama tentang Magic Treasure Tirai Es Angin, kemungkinan besar mereka tetap berencana melewati wilayah gletser.
Pada saat ini, di depan Wang Lin beberapa puluh ribu li jauhnya, di dalam menara hitam setinggi 1.000 zhang, Meng Tuozi berdiri dengan wajah muram sambil memandang ke luar. Terlihat angin topan tak terhitung jumlahnya mengelilingi area tersebut, suara rintihan seperti lolongan serigala dan tangisan hantu terdengar samar-samar.
Penampilannya terlihat sangat compang-camping. Bahkan kodok di pundaknya juga terlihat lesu, kepala terkulai lemah mengeluarkan suara gemericik lemah.
Sambil mengelus kodok itu, hatinya dipenuhi kebencian. Beberapa bulan sebelumnya, bersama Raja Iblis Enam Nafsu dan lainnya di dalam koridor, mereka dikejar naga sungai merah itu. Tak satu pun dari mereka mampu melawan makhluk purba itu, bahkan dengan bergabung pun tak berguna. Akhirnya mereka terpaksa melarikan diri masing-masing.
Target semua orang adalah pusaran di ujung koridor. Hanya dengan mencapai sana dan memasuki gerbang pertama, mereka bisa menganggap diri telah lolos dari krisis sementara. Namun naga sungai merah itu terus membuntuti, sehingga rencana awal mereka benar-benar kacau balau.
Awalnya mereka berencana memasuki gerbang pertama bersama-sama, mengandalkan kekuatan kolektif untuk melewatinya. Dengan cara ini, kesulitan gerbang pertama akan jauh berkurang, dan mereka tidak perlu menghabiskan terlalu banyak energi spiritual, menyimpan kekuatan untuk gerbang kedua.
Sayangnya, kekuatan naga sungai merah terlalu hebat. Teknik ilmunya membuat semua orang kewalahan, memaksa mereka melarikan diri dengan cepat. Di pusaran di puncak, tak ada yang berlama-lama - semua langsung menerobos masuk. Ini mengakibatkan setiap orang yang masuk menghadapi lingkungan berbeda.
Yang dimasuki Meng Tuozi adalah wilayah elemen tanah. Saat melihat padang pasir, hatinya langsung ciut. Rencana awal mereka adalah memasuki wilayah elemen air (dunia gletser). Sebelumnya, mereka pernah melewati tempat itu dengan korban jiwa yang tak terhitung. Meski berbahaya, keempat yang selamat sudah berpengalaman dan mempersiapkan Magic Treasure penangkal khusus, yakin bisa melewatinya dengan aman.
Tapi sekarang, di wilayah elemen tanah ini, Meng Tuozi belum pernah mengalaminya sebelumnya. Akibatnya, dia terpaksa melanjutkan perjalanan dengan nekat. Seribu li pertama masih relatif aman, namun setelah melewati sepuluh ribu li, badai hitam datang menyerbu dari segala penjuru. Terutama terdapat makhluk aneh dalam badai yang menggunakan serangan suara, sulit diantisipasi.
Awalnya jumlah makhluk ini tidak banyak, sehingga setiap bertemu Meng Tuozi langsung menggunakan ilmu racun untuk membunuh satu per satu. Tapi dia tidak menyangka semakin banyak dibunuh, makhluk-makhluk itu justru semakin bertambah banyak. Dalam pertempuran besar sebelumnya, tidak kurang dari puluhan ribu makhluk mengaum bersamaan.
Namun Meng TuoziTahap Transformasi Dewa tingkat kultivasi, dan ahli dalam serangan racun. Meski serangan gelombang suara makhluk ini membuatnya agak waspada, akhirnya semua makhluk berhasil dibunuh. Hanya saja belum jauh melangkah, segera muncul lebih dari 100.000 makhluk baru.
Membunuh 100.000, muncul 100 lagi. Membunuh 1 juta, muncul 10 juta lagi. Berjejal tak bertepi, di dalam setiap pusaran angin terdapat makhluk tak terhitung jumlahnya. Pusaran angin ini sebenarnya terbentuk dari kumpulan makhluk-makhluk yang terbang bersama, kepakan sayap mereka menciptakan angin.
Terus-menerus membunuh seperti ini, ia sendiri tak tahu sudah berapa banyak yang dibunuh. Akhirnya energi spiritual dalam tubuhnya kacau-balau, kehabisan tenaga, baru bisa membuka celah dan lolos dari kepungan makhluk-makhluk itu, bersembunyi di menara hitam tak berani keluar.
Meski memiliki tingkat kultivasi Tahap Transformasi Dewa dan menguasai seni racun, tangannya mulai lelah karena jumlah mereka yang tak terkira. Ia bahkan khawatir, apakah setelah membunuh makhluk-makhluk di luar ini, akan datang lagi sepuluh kali lipat jumlahnya.
Terutama di wilayah elemen tanah yang tak berujung ini, pusaran angin tak terhitung jumlahnya. Bukan sepuluh kali lipat, bahkan seratus, seribu, atau sepuluh ribu kali lipat jumlah pun sangat mungkin terjadi. Meng Tuozi tak bisa menahan getaran dingin di hatinya.
Makhluk-makhluk ini secara individu tidak terlalu kuat, tetapi jika jumlah mereka melebihi ratusan juta atau milyar, dan melakukan serangan gelombang suara secara bersamaan, meskipun dia berada di Tahap Transformasi Dewa, Shen Shi-nya akan langsung hancur seketika, bahkan tubuhnya bisa remuk berkeping-keping.
Wang Lin semakin berjalan semakin bingung. Dia telah berjalan tidak kurang dari ribuan li, namun selain sesekali ada angin puyuh yang melintas, tidak menemui bahaya apapun. Hanya saja hambatan di bawah tanah semakin meningkat, memaksanya memperlambat kecepatan. Sebagian besar energi spiritual dalam tubuhnya digunakan untuk melawan hambatan tersebut.
Pada suatu hari, Wang Lin muncul di luar Menara Hitam. Menara setinggi 100 zhang (sekitar 333 meter) ini menjulang menembus awan. Begitu Wang Lin memasuki lantai pertama menara, tiba-tiba ekspresinya berubah. Matanya tertuju pada jejak-jejak samar di lantai yang tertutup debu tebal, seolah ada yang baru saja menggesek debu tersebut.
Wang Lin perlahan mendekat, menunduk memperhatikan sejenak. Matanya berkedip-kedip, tubuhnya segera menyisir Menara Hitam dengan hati-hati dari bawah ke atas. Di lantai tertinggi, dia melihat debu di lantai yang terinjak-injak hingga berantakan.
Wang Lin menarik napas dalam-dalam. Kini dia yakin, pasti ada orang yang masuk melalui Tanah Unsur Tanah sebelum dirinya. Jejak debu menunjukkan orang itu belum lama pergi.
Wang Lin berdiri di puncak menara, memandang keluar melalui jendela. Dari sini, dia bisa melihat jelas ke arah yang sangat jauh. Namun yang terlihat hanyalah badai hitam pekat berjejal di cakrawala.
Setelah berpikir sejenak, Wang Lin segera memperlambat kecepatannya. Dengan tenang ia melanjutkan pelariannya ke depan secara perlahan. Berdasarkan analisisnya, siapapun orang yang berada di depannya tidak akan membuat perbedaan baginya. Jika bertemu, pasti akan dikendalikan oleh orang tersebut. Namun jika bisa mengatur jarak yang tepat, ia bisa memanfaatkan kekuatan lawan untuk melewati Area Tanah ini dengan aman.
Dengan pemikiran tersebut, Wang Lin terus melarikan diri tanpa terburu-buru. Dengan cara ini, setelah tiga hari akhirnya ia mencapai jarak sepuluh ribu li. Setiap melewati menara hitam, ia selalu mengirim Raja Iblis terlebih dahulu untuk menyelidiki, dan baru memasuki menara setelah memastikan keamanannya.
Waktu terus berlalu. Setelah dua minggu, tinggi menara hitam telah mencapai 800 zhang. Setelah menyelidiki dengan hati-hati di dalamnya, Wang Lin berdiri di lantai tertinggi dan memandang ke luar.
Sepanjang perjalanan ini, dia telah terbiasa bahwa setiap kali tiba di sebuah menara, dia akan berdiri di lantai teratas dan memandang ke depan. Tiba-tiba, pupil matanya menyempit. Di sepanjang pandangannya, semua angin puyuh besar kecil terlihat bergerak cepat ke depan, seolah dipanggil oleh sesuatu, arahnya seragam.
Sorot mata Wang Lin berkilat. Setelah mengamati sejenak, dia turun dari Menara Hitam. Di luar menara, tubuhnya merosot masuk ke bawah tanah dan melanjutkan pelolosan ke depan.
Hambatan di bawah tanah semakin besar. Kini Wang Lin harus menggunakan 80% energi spiritualnya untuk melawan, agar teknik pelolosan tanah bisa perlahan diaktifkan. Di tengah pelolosan, tubuh Wang Lin tiba-tiba berhenti. Shen Shi-nya mendeteksi pasir di depan yang memancarkan cahaya hitam samar, aroma menyengat perlahan tercium. Tanpa banyak bicara, Wang Lin menepuk kantong penyimpanannya dan mengeluarkan pil penangkal racun pemberian Meng Tuozi dulu, langsung dikulum di mulut. Kemudian tubuhnya melompat keluar dari bawah tanah.
Ini pertama kalinya dia menampakkan diri sebelum mencapai Menara Hitam.
Begitu keluar dari bawah tanah gurun, raungan angin langsung meningkat berkali-kata lipat. Gelombang sisa angin puyuh menerpa tubuh hingga terasa perih. Namun saat ini Wang Lin sudah tak peduli. Ia memicingkan mata, tangan kanan membentuk mantra dengan jari-jarinya, dan berseru cepat: "Pergi!"
Seketika angin aneh muncul dari udara, menerobos sisa-sisa angin puyuh. Dengan cepat angin itu menjelajahi gurun sekeliling. Perlahan-lahan, pasir seolah digerakkan oleh tangan tak kasatmata, berlapis-lapis terangkat hingga menyingkap ribuan bangkai binatang hitam pekat yang terkubur.
Makhluk-makhluk ini tubuhnya hanya sebesar kepalan tangan, memiliki sepasang sayap tipis. Mulutnya runcing dengan wajah garang.
Wang Lin menyebarkan Shen Shi-nya ke dalam tanah. Setelah memeriksa, wajahnya langsung berubah muram. Kerangka mayat makhluk di tempat ini tidak kurang dari 10.000 ekor, semuanya berwarna hitam pekat dan mati keracunan parah.
Wang Lang segera tahu: orang yang memasuki wilayah elemen tanah ini bersamanya tak lain adalah Meng Tuozi.
Mengingat Meng Tuozi, senyum dingin mengembang di sudut mulut Wang Lin. Namun di saat yang sama, hatinya waspada. Ia menghentakkan kaki dan menyelam ke bawah tanah, melesat menuju menara hitam di kejauhan.
Beberapa shichen kemudian, Shen Shi Wang Lin mendeteksi menara hitam. Namun di depan menara itu, terdapat angin topan kecil yang bergerak perlahan sambil meraung keras.
Wang Lin terdiam sejenak, lalu mundur beberapa zhang. Ia berniat menghindar dan menuju menara hitam berikutnya. Tiba-tiba, angin topan itu bergerak mengikuti, berputar mendekati posisinya. Pasir berhamburan terangkat, tersedot ke dalam pusaran sebelum terlontar kembali. Sebagian menghantam menara hitam, menimbulkan suara gemeretak beruntun.
Wang Lin tertawa dingin dalam hati, Shen Shi-nya menyapu sekeliling dan hanya menemukan satu angin puyuh di sekitar. Tanpa basa-basi, Shen Shi Ekstrem langsung melesat dari matanya memasuki pusaran angin itu. Pada detik itu juga, ia segera merasakan lebih dari seribu Shen Shi berada dalam angin puyuh kecil tersebut.
Setiap Shen Shi setara dengan kultivator Tahap Inti Pelana. Selama tidak melebihi Bayi Yuan Ying, mereka tidak menjadi ancaman bagi Wang Lin. Saat Shen Shi-nya menyapu, sekitar seratus Shen Shi langsung hancur. Namun tiba-tiba, sembilan ratus lebih Shen Shi yang tersisa menyatu dengan cara mistis membentuk pedang Shen Shi yang menusuk keras ke arah Shen Shi Wang Lin.
Bersamaan dengan itu, angin puyuh kecil itu tiba-tiba berhenti sejenak. Saat putarannya hilang, terlihatlah ribuan binatang kecil yang berjejal rapat di dalamnya.
Binatang-binatang kecil ini identik dengan yang dilihat Wang Lin sebelumnya, tubuh mereka berhimpitan rapat, sayap mengepak cepat, suara melengking keluar dari mulut runcing mereka.
Suara ini langsung terkumpul bersamaan dengan munculnya pedang Shen Shi, membentuk gelombang suara tajam yang menusuk bersama pedang Shen Shi ke arah Shen Shi Wang Lin.
Wang Lin mengerutkan kening, segera menarik kembali Shen Shi-nya. Ditepuknya kantong penyimpanan, Raja Iblis langsung melesat keluar. Matanya berbinar melihat pedang Shen Shi itu, bahkan tanpa menunggu perintah, langsung menyambar penuh semangat.
Saat Raja Iblis meluncur, serangan pedang Shen Shi dan gelombang suara datang beruntun. Dengan sorak gembira, tubuh Raja Iblis tiba-tiba berubah menjadi asap hitam yang menyebar seperti awan, dalam sekejap membungkus Shen Shi kumpulan binatang kecil itu. Adapun serangan gelombang suara, bagi Raja Iblis yang tak berwujud, sama sekali tak berpengaruh, langsung menembus begitu saja.
Pada saat yang sama, Wang Lin membuka mulut dan mengeluarkan cahaya kristal. Pedang Terbang berkelap-kelip menusuk ke arah kawanan binatang kecil itu. Saat pedang masuk ke kerumunan, binatang-binatang kecil itu berhamburan menyebar memenuhi langit.
Secepat kilat, melihat binatang-binatang itu menyebar, Wang Lin segera menepuk kantong penyimpanannya. Ratusan pedang terbang langsung melesat keluar. Dengan sapuan Shen Shi-nya, dibantu kekuatan Shen Shi Ekstrem, semua pedang dikendalikan serentak bagai hujan meteor, dilepaskan dengan cepat.
