Benda ini terlihat seperti emas tapi bukan emas, seperti tulang tapi bukan tulang. Wang Lin menjepit satu butir dengan dua jarinya, Shen Shi-nya tiba-tiba bergerak mencoba menyelidikinya. Namun baru menyentuh butiran emas itu, muncul hambatan kuat yang mendorong keluar Shen Shi-nya.
Kekuatan yang muncul tiba-tiba ini segera mendorong Shen Shi Wang Lin menjauh, mencegah penyelidikan lebih lanjut. Wang Lin berpikir sejenak, lalu menjepit lebih kuat. Butiran emas ini tidak sekeras yang dibayangkan, segera pipih di bawah tekanan.
Hanya saja, seberapa keras pun dia mengerahkan tenaga, partikel emas ini hanya semakin pipih, namun tetap tidak hancur. Wang Lin mendapat ide, segera meremas beberapa partikel menjadi satu, membentuk butiran emas sebesar kuku jari kecil.
Dia merenung sejenak, memandangi butiran emas itu. Semakin lama dilihat, semakin mirip warnanya dengan tulang jari di dahi Raja Binatang di gerbang pertama. Jika materialnya benar-benar sama, kacang emas ini pasti juga merupakan tulang makhluk tertentu.
"Jangan-jangan ini tulang Dewa Kuno?" Sebuah pikiran berani muncul di benak Wang Lin. Matanya tertancap pada butiran emas itu, jantungnya berdebar kencang.
Namun tak lama kemudian, Wang Lin mengurungkan niatnya. Menurut penjelasan Duanmu Ji dan yang lain sebelumnya, tubuh Dewa Kuno sangat besar, sehingga tulangnya pasti berukuran raksasa. Dengan demikian, bahkan tulang jarinya pun akan sangat besar, jelas berbeda ukurannya dengan yang ada di dahi Raja Binatang di gerbang pertama.
Setelah merenung sejenak, Wang Lin menyimpan kacang emas itu, menepuk jubahnya, lalu berdiri. Matanya menatap Larangan di depannya sebelum tubuhnya tiba-tiba melesat ke depan.
Larangan dari 500 zhang hingga 300 zhang telah ia pahami sepenuhnya. Ditambah eksplorasi sebelumnya oleh Gu Di, meski tetap waspada, langkahnya kini terasa lebih ringan.
Namun di posisi 300 zhang, Wang Lin berhenti. Dengan penuh kewaspadaan, ia bergerak perlahan. Tak ingin memicu Larangan dan dihajar petir surgawi.
Wang Lin tak terburu-buru. Waktu terus mengalir, dan tiga tahun pun berlalu.
Jarak 300 zhang itu ia tempuh selama tiga tahun penuh. Selama itu, teknik Larangannya berkembang pesat seiring proses pemecahan berkelanjutan.
Ketika Wang Lin berdiri di puncak gunung tiga tahun kemudian, ia tahu bahwa Larangan di tempat ini—jika bukan karena ledakan sebelumnya yang menyebabkan banyak Larangan kehilangan pasokan energi spiritual meski kemampuan supernaturalnya masih utuh—sehingga bahkan jika terpicu tidak bisa diaktifkan. Jika tidak, dengan tingkat kultivasinya saat ini, mustahil baginya mencapai puncak gunung.
Meski demikian, saat ia melangkah dalam radius lima zhang, awan hitam di langit perlahan muncul kembali dengan kilat menyambar-nyambar di dalamnya. Wang Lin memandang dengan tenang sebelum melangkah masuk ke dalam pusaran.
Gerakan Wang Lin sangat stabil, langkah demi langkah tanpa jeda. Sejak tiga tahun lalu saat pertama kali melihat awan hitam ini, ia selalu menduga: Larangan langit ini dipicu oleh apa sebenarnya?
Ia ingat jelas, dahulu saat mengendalikan angin puyuh menuju puncak gunung, tidak ada bola petir yang muncul. Namun saat angin puyuh itu membawa lengan terputus dan berakselerasi kembali, tiba-tiba dihujani bola petir.
Setelah melakukan penelitian dan menggunakan lingkaran bayangan milik Wang Lin untuk menguji, akhirnya dia sedikit memahami prinsip pemicu Larangan langit, yaitu kecepatan!
Begitu kecepatan melebihi batas tertentu, atau terjadi peningkatan/penurunan yang tiba-tiba, Larangan langit akan terpicu. Semakin dekat dengan puncak gunung, sensitivitas Larangan ini semakin tinggi.
Artinya, jika kecepatan tiba-tiba ditingkatkan di kaki gunung, mungkin tidak akan memicu Larangan langit. Namun jika dilakukan di lereng gunung, Larangan mungkin akan aktif. Sedangkan di puncak gunung, pasti akan mengaktifkan Larangan langit ini.
Dengan pemahaman ini, saat awan hitam muncul, Wang Lin tetap tenang. Langkahnya mantap tanpa percepatan atau perlambatan, menjaga ritme stabil saat melewati lima zhang yang mencemaskan ini, lalu memasuki pusaran.
Gerbang kedua ini menghabiskan waktu tiga belas tahun bagi Wang Lin. Meski durasinya panjang, namun tidak berarti dibandingkan dengan pencapaian yang dia peroleh.
Menggunakan waktu tiga belas tahun, dari yang sederhana ke kompleks, dari yang mudah ke sulit, sedikit demi sedikit mempelajari seni Larangan hingga menguasai sepenuhnya dan mencapai tahap tertentu. Kesempatan seperti ini bagi Wang Lin, meskipun memakan waktu lebih lama lagi, tidak akan pernah dia tinggalkan.
Menurutnya, tujuan dasar Gerbang Kedua ini sepertinya bukan untuk menghalangi langkah penyusup, melainkan sebagai tempat sistematis untuk mempelajari seni Larangan.
Jika tidak, cukup dengan menempatkan Larangan seperti di puncak gunung di kaki gunung, pasti tidak ada yang bisa mendaki.
Terhadap hal ini, Wang Lin sangat bingung, namun kebingungan sehelai ini tidak ada yang bisa memberinya jawaban.
Saat itu, tepat ketika Wang Lin memasuki pusaran, tiba-tiba terjadi perubahan. Cahaya listrik ungu yang berkedip-kedip di dalam pusaran saling menyatu membentuk bola petir raksasa.
Bola petir ini berbeda dengan Larangan di langit, warnanya lebih gelap dan energinya jauh lebih kuat. Saat bola petir ungu ini muncul, Wang Lin tiba-tiba menyadari seluruh gunung Larangan bergetar hebat.
Dari kaki gunung hingga puncak gunung, semua Larangan bawaan di tubuh gunung satu per satu berubah menjadi titik-titik cahaya yang melayang keluar. Setiap titik cahaya mewakili satu Larangan, jumlahnya begitu banyak bagai bintang di langit yang semakin tinggi melayang.
Dengan cepat mereka mengapung di udara. Anehnya, Larangan langit tidak terpicu. Saat titik-titik cahaya mencapai ketinggian tertentu, tiba-tiba mereka berkumpul dengan kecepatan ekstrem di satu titik membentuk bola cahaya raksasa. Seiring penambahan titik cahaya, bola ini semakin membesar hingga mencapai ketinggian yang setara dengan bola petir ungu.
Pada saat ini, semua titik cahaya telah lenyap. Tubuh gunung terlihat gundul tanpa jejak Larangan sama sekali.
Wang Lin terpaku melihat semua yang terjadi di depannya. Tubuhnya, seketika saat bola petir ungu itu muncul, langsung terkunci oleh kekuatan tak terbatas sehingga tak bisa bergerak sedikitpun.
Di saat yang sama, bola petir dan bola cahaya perlahan berkumpul dari dua arah. Saat bertabrakan, bayangan ilusif raksasa tiba-tiba muncul di atas kedua bola energi tersebut.
Bayangan ilusif ini berukuran sangat besar, seolah menyangga langit dengan kepala dan menginjak bumi dengan kaki. Dua bola cahaya itu perlahan naik dari bawah kakinya, akhirnya berhenti di area mata di kepalanya. Dari kejauhan, kedua bola cahaya itu terlihat seperti mata sang raksasa.
Pada momen ini, meski tubuh raksasa itu masih samar, namun memberikan kesan seolah hidup dan bernyawa.
“Pemaham besar keempat dari Gunung Larungan, namaku Tu Si... Sesuai perjanjian kuno sebelum tubuh asli terlelap, engkau memenuhi syarat gunung larungan ini. Kuberikan gelar Pemaham kepadamu, serta kepingan giok pembuatan Bendera Larungan. Jika bisa memasuki lautan kesadaran tubuh asli, dengan status Pemaham kau berhak mendapatkan sebagian memori larungan tubuh asli..."
Suara yang mengguncang jiwa bergema gemuruh dari tubuh raksasa itu. Sebuah kepingan giok berpendar kilatan listrik ungu muncul dari dalam tubuh raksasa, melayang perlahan ke arah Wang Lin.
Wang Lin menarik napas dalam-dalam, matanya dipenuhi keterkejatan. Dari nada bicara raksasa ini, jelas-jelas merupakan tubuh kedua Dewa Kuno! Namanya Tu Si, ini pasti Dewa Kuno Tu Si!
Sungguh dahsyat kekuatan Dewa Kuno ini. Hanya sebuah tubuh kedua saja sudah membuat Wang Lin merasakan tekanan bak menghadapi murka langit. Bayangkan jika tubuh asli Dewa Kuno Tu Si benar-benar muncul, itu melampaui imajinasi Wang Lin.
Saat itu, kepingan giok melayang di depan Wang Lin. Matanya berkedip-kedip saat meraihnya, tiba-tiba aliran listrik menyembur dari giok itu, langsung menyambar seluruh tubuhnya sebelum akhirnya kembali ke dalam kepingan giok.
Begitu menyentuh kepingan giok ini, Wang Lang segera merasakan tambahan informasi di pikirannya. Ia jelas mengetahui arus listrik ini tidak memiliki daya serang, hanya berfungsi sebagai pengesahan kepemilikan.
Bersamaan dengan pemahamannya yang jelas tentang penjelasan bendera larangan dalam pikirannya, jantungnya mulai berdebar tak terkendali. Namun di saat yang sama, senyum getir pun mengembang di wajahnya.
Bendera larangan ini tidak menjelaskan kegunaan praktisnya. Bahan pembuatannya pun tidak memiliki persyaratan khusus, seolah segala sesuatu di langit dan bumi bisa menjadi bahan pembuatannya.
Hanya ada satu bahan yang mutlak diperlukan: Batu Mojian!
Dalam informasi di pikirannya, terdapat juga deskripsi tentang Batu Mojian. Batu ini tidak berasal dari planet mana pun, melainkan berasal dari tengah angkasa.
Bagi Dewa Kuno, batu ini sangat mudah diperoleh. Cukup dengan menjelajahi angkasa, maka akan ditemukan.
Pada saat yang sama, informasi tersebut juga memberikan peta yang menunjukkan bahwa di lautan kesadaran dalam tubuh Dewa Kuno, terdapat beberapa Batu Mojian. Setiap pemaham akan mendapatkan satu di sana.
Setelah memperoleh Batu Mojian, proses pembuatan Bendera Larangan harus segera dimulai. Metode pembuatannya terlihat sederhana namun sangat kompleks: mengukir 999.999 larangan di atasnya.
Dengan cara ini, sebuah Bendera Larangan dapat dibuat!
Meskipun informasi tidak menyebutkan fungsi Bendera Larangan, mustahil harta magis pemberian Dewa Kuno memiliki kekuatan lemah. Apalagi mengingat proses pembuatan yang tak terbayangkan dan material langka yang digunakan.
Jika dikatakan harta ini tidak kuat, Wang Lin sama sekali tidak akan percaya. Jelas bahwa memperoleh kepingan giok dan status sebagai pemaham adalah hadiah terbesar di tahap ini. Seandainya Raja Iblis Enam Nafsu dan Gu Di mengetahui hal ini, pasti mereka tidak akan mencari jalan pintas terburu-buru, melainkan memilih memahami secara bertahap untuk meraih gelar pemaham.
“Di atasku, masih ada tiga orang yang juga memperoleh identitas Pemaham……” Wang Lin bergumam pelan. Hatinya tiba-tiba tersentak, jika penyelesaian total gerbang kedua dapat memperoleh identitas Pemaham dan kepingan giok, bukankah itu berarti sebenarnya di gerbang pertama, jika memenuhi persyaratan tertentu, juga bisa mendapatkan harta karun?
Setelah merenung sejenak, Wang Lin teringat kalimat yang pernah dilihatnya di prasasti Jalan Tak Kembali. Orang misterius itu pernah dengan santai menyebutkan bahwa ia berhasil menaklukkan Raja Pertama!
Mungkin, inilah syarat untuk mendapatkan harta karun di gerbang pertama. Memikirkan hal ini, Wang Lin tak bisa menahan senyum pahit. Ia jelas tak memiliki kemampuan untuk melakukannya.
Saat itu, tubuh raksasa itu bergetar perlahan lalu menghilang. Dua bola cahaya pun terpisah dan menyebar. Dengan gemuruh, bola-bola cahaya itu pecah menjadi titik-titik cahaya yang jatuh kembali ke tubuh gunung. Pada detik itu, setiap titik cahaya segera berubah menjadi Larangan. Perlahan-lahan, gunung Larangan ini kembali pulih seperti semula.
Adapun bola petir ungu itu melayang kembali ke pusaran di puncak gunung. Segera setelahnya, gaya tarik dari pusaran itu muncul, membuat tubuh Wang Lin perlahan tenggelam ke dalamnya.
Ketika Wang Lin muncul kembali dari pusaran, ia berada di tempat seperti negeri dongeng dengan hamparan rumput harum dan energi spiritual yang pekat menyergap dari segala penjuru.
Tak jauh dari sana terdapat danau berbentuk lingkaran. Di tengah danau berdiri pagoda tiga tingkat yang memancarkan cahaya pelangi.
Begitu muncul, Shen Shi Wang Lin langsung menyebar. Setelah lama, barulah ia berjalan hati-hati ke depan. Bersamaan itu, ia menepuk kantong penyimpanannya sehingga pedang racun hitam segera melesat dan berputar-putar mengelilingi tubuhnya.
Dia tahu Raja Iblis Enam Nafsu dan Gu Di membencinya hingga ke tulang sumsum. Meski keduanya telah melewati gerbang kedua tiga tahun lalu, tidak menutup kemungkinan mereka menunggunya di sini. Wang Lin berpikir, jika dirinya yang mengalami kerugian sebesar itu, pasti akan menunggu di tempat ini sampai orang yang membuatnya menderita muncul untuk dieksekusi!
Sepanjang perjalanan, mata Wang Lin berkilauan seperti bisa menembus semua ilusi. Mata spiritualnya yang mampu melihat melalui larangan menyapu seluruh area dengan cermat. Namun setelah pemeriksaan detail, tidak ditemukan keanehan apapun. Ia merenung sejenak sebelum mengalihkan pandangan ke pagoda.
Pagoda itu sama sekali tidak memiliki larangan perlindungan. Tubuhnya melesat maju, berhenti sejenak di tepi danau. Kemudian ia menepuk kantong penyimpanannya, mengeluarkan Raja Iblis Xu Liguo.
Selama ini, iblis itu merasa sangat tertekan. Begitu muncul, wajahnya langsung menunjukkan ekspresi girang. Namun saat melihat Wang Lin, raut mukanya membeku dengan ekspresi tak percaya.
Di matanya, rambut bintang pembawa malapetaka itu seluruhnya berubah menjadi putih, sorot mata yang seakan bisa menembus hati membuat Raja Iblis Xu Liguo langsung ketakutan begitu melihatnya. Dalam hati ia mengeluh: "Bintang sial ini kenapa semakin kuat... Dengan begini, kapan gue bisa lolos dari cengkeramannya... Sekalipun nekat memberontak, tetap tidak ada harapan..."
Sebelumnya hanya ketika Shen Shi Ekstrem Wang Lin digunakan, Raja Iblis Xu Liguo baru merasakan hal seperti ini. Tapi sekarang, tanpa aktivasi Shen Shi pun ia sudah merasa takut. Ini membuktikan bahwa dalam 13 tahun terakhir, penguasaan Wang Lin atas Larangan telah mencapai tahap "kulit berkilauan permata".
Wang Lin mengarahkan jari kanannya ke permukaan danau. Raja Iblis Xu Liguo yang hendak menawar langsung terdiam melihat sorot mata itu. Ia terpaksa patuh terbang ke danau, meski dalam hati mengumpat habis-habisan dengan berbagai kutukan.
“Gue sudah ingat, nanti loe tunggu! Setelah gue banyak nyerap jiwa, ngumpulin anak buah kuat-kuat, ningkatin tingkat kultivasi, pasti gue bakal tembak loe!” Raja Iblis Xu Liguo mengutuk dalam hati, merasa lega setelah meluapkan kekesalan. Dia segera menyelam ke danau untuk menyelidiki.
Wang Lin menggunakan Shen Shi yang tertanam di tubuh Xu Liguo, seolah-olah berada di dalam danau. Setelah memastikan tak ada keanehan, dia melompat keluar dan terbang menuju pagoda di tengah danau.
Xu Liguo yang muncul dari danau kembali menggerutu dalam hati, tapi tubuhnya tak bisa menolak untuk mengikuti.
Di depan pagoda, Wang Lin menyuruh Xu Liguo membuka jalan. Setelah memastikan keamanan dalam menara, barulah dia masuk. Menara bertingkat tiga ini memiliki 9 kotak kosong di lantai pertama.
Wang Lin melihat ini, tiba-tiba hatinya mendapat pencerahan. Tempat ini jelas merupakan area hadiah bagi mereka yang berhasil melewati dua gerbang. Hanya saja selama bertahun-tahun yang tak terhitung, para penerobos telah mengambil semua hadiah di sini, sehingga menyisakan rak-rak kosong seperti ini.
Setelah naik ke lantai dua, keyakinan Wang Lin terhadap pemikirannya semakin kuat. Di lantai kedua ini terdapat empat rak yang terletak di empat penjuru mata angin: timur, selatan, barat, dan utara. Rak-rak itu pun tetap kosong tak berisi.
Di lantai ketiga, Wang Lin melihat pusaran yang menjadi jalan keluar dari tempat ini. Selain pusaran tersebut, hanya ada satu rak di lantai ketiga yang juga sama sekali tidak berisi barang apapun.
Wang Lin tidak menunjukkan kekecewaan. Ia merenung sejenak, lalu teringat pesan tulisan tangan dari orang yang sama yang pernah ia lihat di gerbang pertama dan Jalan Tak Kembali. Meski di gerbang kedua ia tidak menemukan pesan orang tersebut, Wang Lin memiliki firasat bahwa orang ini kemungkinan besar adalah salah satu dari tiga pencerah sebelumnya yang mendahuluinya.
Setelah diam sejenak, Wang Lin segera mencari di seluruh menara tiga tingkat ini. Akhirnya di sebelah kotak kosong di tingkat kedua, ia melihat deretan tulisan kecil yang serupa.
"Aku memasuki menara harta ini, hanya benda di kotak ini yang masih layak dipandang. Terhadap Tanah Dewa Kuno ini, agak kecewa."
Perkataan ini mengandung kesombongan yang luar biasa. Setelah membacanya, mata Wang Lin berkilauan. Ia merenung sebentar lalu bangkit menuju tingkat ketiga.
Di tingkat ketiga, alih-alih langsung memasuki gerbang ketiga melalui pusaran, ia duduk bersila melakukan latihan pernafasan. Setelah energi spiritual dalam tubuh mencapai puncak, ia merapikan Magic Treasure dalam kantong penyimpanan. Baru kemudian menarik napas dalam dan memanggil Raja Iblis Xu Liguo, jari kanannya menunjuk pusaran.
Xu Liguo dengan wajah masam terus-menerus mengutuk dalam hati, namun tubuhnya segera menyelam masuk. Namun saat menyentuh pusaran itu, ia menjerit kesakitan sementara tubuhnya mengeluarkan asap hijau. Ia segera mundur dengan wajah penuh ketakutan.
Wang Lin mengedipkan matanya, memanggil seekor binatang kecil dan melemparkannya ke pusaran. Kali ini, binatang kecil itu langsung menyatu tanpa hambatan. Namun, saat binatang itu masuk, hubungan halus melalui Raja Iblis kedua yang terjalin dengan Wang Lin langsung terputus.
Ekspresi Wang Lin langsung muram. Ia merenung sejenak. Pusaran ini pasti merupakan gerbang ketiga yang membuat Raja Iblis Enam Nafsu dan lainnya berhenti serta kabur panik seribu tahun lalu.
Menurut penjelasan Duanmu Ji sebelumnya, gerbang ketiga ini harus dilewati menggunakan ilmu kutukan maut yang terkenal dengan serangan Shen Shi. Meski penjelasannya samar, Wang Lin telah menangkap beberapa petunjuk.
Dari percobaan ini, raja iblis yang biasanya tak terkalahkan gagal masuk. Bahkan pusaran itu sendiri telah merusak Jiwa Yuan Shen-nya. Selain itu, binatang kecil hidup langsung hilang dan hubungan terputus saat masuk.
"Dilihat dari sini, gerbang ketiga ini pasti penuh bahaya tak terduga." Wang Lin merenung lama, matanya berkilauan. Ia berdiri di tepi pusaran, perlahan mengulurkan tangan kanannya ke dalam.
Sensasi dingin seketika menyapu tangannya. Tak seperti bahaya yang dihadapi Raja Iblis Xu Liguo, kilau dingin melintas di mata Wang Lin. Tanpa basa-basi, ia melompat masuk.
Begitu keluar dari pusaran, Wang Lin langsung terpaku. Lautan kesadarannya bergelora dahsyat, kilat merah melesat keluar untuk pertama kalinya di luar kendalinya, berkedip-kedip liar di kedua matanya.
"Ini... Ini adalah Dunia Jiemie!" teriak Wang Lin terkejut.
Di hadapannya terbentang dimensi kehampaan tak berujung, sesekali diselingi batu-batu raksasa berwujud aneh yang melayang perlahan. Gelombang Shen Shi yang samar-samar terpancar di sekelilingnya.
Wang Lin tersenyum dingin di sudut mulutnya. Jika gerbang pertama di tempat ini ia lewati dengan mengandalkan keberuntungan, gerbang kedua dengan keteguhan hati, maka untuk gerbang ketiga ini, Wang Lin kini bisa menyatakan dengan pasti bahwa ia akan melenggang tanpa kesulitan sedikit pun di gerbang ketiga!
Ia menepuk kantong penyimpanannya. Raja Iblis Xu Liguo dan Raja Iblis kedua segera muncul. Kedua iblis itu menatap sekeliling dengan bengong, perlahan tampak tersadar, kekakuan di mata mereka berangsur digantikan kegembiraan liar. Di tempat ini, kedua iblis itu langsung merasakan sensasi ikan hidup masuk ke air, sangat nyaman.
Setelah melepas kedua iblis, kilau dingin berkedip di mata Wang Lin. Tangannya bergerak tiba-tiba mencengkeram ke udara. Seketika jeritan memilukan terdengar dari kehampaan, disusul seuntai asap yang tiba-tiba menyembur dari sana. Di udara, asap itu berubah menjadi makhluk ilusi bertanduk ganda - ini tak lain adalah hantu pengembara.
"Aslinya bersembunyi di dalam kehampaan, ingin menyergap Wang Lin diam-diam, tapi tak disangka justru dicabut paksa dari dimensi kosong oleh Wang Lin."
Hantu pengembara itu segera menunjukkan ekspresi panik dan ketakutan. Wang Lin bahkan tak meliriknya. Shen Shi Ekstrem melesat keluar, berubah menjadi mulut raksasa yang langsung menelannya bulat-bulat.
Wang Lin menutup mata. Sudah lama ia tidak merasakan kenikmatan menelan hantu pengembara. Sensasi yang sangat indah ini membuatnya jelas merasakan Shen Shi-nya langsung bertambah kuat.
"Hantu pengembara memang suplemen terbaik untuk meningkatkan Shen Shi! Demi makhluk-makhluk di tempat ini, petualangan kali ini sudah sepadan!" Kilau dingin melintas di mata Wang Lin saat tubuhnya melayang maju.
Adegan penyerapan hantu pengembara tadi membuat Xu Liguo dan Raja Iblis kedua begitu ketakutan. Di antara dua iblis ini, terutama Xu Liguo yang biasa menyerap makhluk lain, tak pernah merasakan hal semengerikan ini. Meski pernah melihat Wang Lin menyerap jiwa yang terkontaminasi air liurnya, paling-paling hanya merasa makanannya direbut orang.
Saat hantu pengembara itu ditarik keluar, Xu Liguo langsung menangkap kesan kuat bahwa hantu itu sangat mirip dengannya. Bahkan ia merasakan getaran leluhur seolah bertemu senior tertinggi. Perasaan kekerabatan yang begitu intens membuatnya mengira sang Bintang Pembawa Malapetaka akan merekrut anak buah baru. Ia bahkan ingin menyapa calon "rekan" barunya itu.
Sayangnya, perasaan akrab itu seketika berubah menjadi ketakutan setelah menyaksikan senior leluhur ditelan hidup-hidup oleh Wang Lin. Baru sekarang Xu Liguo menyadari bahwa sang bintang pembawa malapetaka yang selama ini hendak ditembaknya, bukan hanya bisa menelan jiwa biasa, bahkan makhluk seperti dirinya pun bisa diserap.
Sejak itu, Xu Liguo mulai ketakutan.
Terutama teriakan mencekam sebelum hantu pengembara ditelan dan ekspresi nikmat Wang Lin, hampir membuat Jiwa Yuan Shen-nya goyah dan nyaris jiwa lenyap. Mengingat ulahnya dulu yang berani menawar-nawar dengan sang bintang pembawa malapetaka, tubuhnya gemetar ketakutan.
Ia kini merasa selama ini bagai menggarami lautan. Hukuman Shen Shi yang pernah diterimanya dulu, yang dianggapnya sebagai siksaan paling kejam, ternyata tidak ada artinya dibandingkan dengan nasib ditelan hidup-hidup.
Xu Liguo segera memutuskan untuk tidak pernah memprovokasi si bintang pembawa malapetaka itu lagi di masa depan. Jika tidak, jika suatu saat tanpa sengaja benar-benar membuatnya marah, mungkin dia bisa menelannya dalam sekali lahap, memastikan kematian total tanpa menyisakan sedikit pun ampas.
Mengenai Raja Iblis kedua, meskipun tubuh aslinya adalah binatang, setelah berevolusi menjadi iblis dengan karakteristik hantu pengembara, kecerdasannya juga semakin berkembang. Saat ini hatinya dipenuhi ketakutan dan kegelisahan.
Intuisinya jauh lebih tajam dibanding Xu Liguo. Saat Wang Lin memasuki area ini dan menunjukkan kemampuan Shen Shi-nya dengan menyerap sesamanya, tiba-tiba ia merasakan bahwa di tempat ini, sang musuh adalah bagaikan Raja yang berkuasa!
