Di gerbang ketiga Tanah Dewa Kuno - ruang patahan yang terhubung dengan dunia Nirwana, sebuah titik cahaya putih tiba-tiba muncul di sudut barat daya. Titik ini membesar dengan cepat, akhirnya membentuk celah berbentuk oval tak beraturan seperti sobekan.
Dari celah itu tiba-tiba muncul sepasang tangan bertaring panjang penuh duri tulang. Warna kuku kehitaman dengan kilauan cahaya dingin yang tampak sangat tajam. Kulit tangan itu dipenuhi benjolan nanah, di setiap benjolannya tumbuh duri tulang tipis.
Kedua telapak tangan iblis ini menggapai keluar, mencengkeram tepi celah, lalu merobek dengan keras. Seketika terdengar suara "kreek—", retakan yang sudah cukup besar tiba-tiba membesar lagi, membentuk pecahan raksasa setinggi lebih dari sepuluh zhang. Gas merah-hitam berpusar keluar dari retakan, diikuti sosok raksasa yang melangkah keluar. Punggung sosok ini menonjol jelas seperti bongkok.
Tingginya melebihi sepuluh zhang, tubuhnya dipenuhi nanah seperti kedua tangannya. Beberapa nanah telah pecah mengeluarkan cairan hitam berbau menyengat. Ratusan tulang runcing menjulur dari nanah-nanah itu, membuat hampir seluruh tubuhnya—kecuali area persilangan lengan dan kaki—dipenuhi duri tulang!
Beberapa sobekan kain pakaian yang berantakan tergantung pada duri-duri tulang di tubuhnya, terlihat compang-camping. Melihat ke atas, wajahnya yang garang ternyata memiliki kemiripan tujuh delapan puluh persen dengan Meng Tuozi yang tewas di gerbang pertama, hanya saja postur tubuhnya puluhan kali lebih besar dari Meng Tuozi.
Di atas kepalanya terdapat dua tanduk panjang melengkung berbentuk spiral. Kilatan-kilatan listrik biru berkerlip di antara kedua tanduk itu, membuatnya terlihat berwibawa bak siluman dari neraka kesembilan. Dengan tubuh bungkuknya, setelah keluar dari celah, ia meremas udara dengan tangan kanan. Seketika celah itu menyusut menjadi titik cahaya yang berkedip keras beberapa kali sebelum lenyap tak berbekas.
Makhluk iblis ini mengangkat kepala, memandang ke suatu titik di angkasa sambil bergumam, "Tuan telah memerintahkan, tidak seorang pun diizinkan memasuki gerbang keempat. Semua orang di sini harus mati!" Setelah berkata demikian, tubuhnya baru hendak melesat ke depan ketika tiba-tiba hidungnya mengendus ke arah tenggara. Ia kembali bergumam, "Aneh, mengapa aku merasakan adanya hawa yang sangat menjijikkan di sana? Rasanya ingin segera menyambar dan mencabik-cabik sumber hawa itu hidup-hidup!"
Tiba-tiba muncul seekor hantu pengembara di sampingnya. Hantu itu sekilas memandangi iblis ini lalu mengabaikannya, terus melayang melewatinya. Sang iblis sama sekali tidak menghiraukan hantu tersebut, matanya terpaku ke arah tenggara. Tubuhnya seketika menghilang dalam kilatan, menerjang ganas ke arah sumber kebencian yang dirasakannya.
Mengikuti arah pergerakan monster ini, di ujung spiritual Dunia Jumie, tepat di lokasi Shen Shi Wang Lin berada. Saat ini dia mengamati posisi Gu Di yang terjebak. Cahaya dari pagoda di atas kepala Gu Di, jangkauannya semakin menyempit di bawah serangan gelombang demi gelombang hantu pengembara, dari radius tiga puluh zhang awalnya menyusut drastis menjadi lima belas zhang sekarang.
Setelah berubah wujud menjadi Tun Hun, Wang Lin telah kehilangan semua emosi manusia biasa. Yang tersisa hanyalah ketenangan dan kekejaman tak berujung. Saat hendak memerintahkan hantu pengembara untuk melakukan serangan lagi, tiba-tiba matanya menyapu ke arah barat laut. Melalui hantu pengembara yang dikendalikannya, dia merasakan gelombang Shen Shi dahsyat yang datang dengan cepat dari sana.
Kemudian, melalui metode khusus komunikasi antar hantu pengembara, hantu yang dikendalikannya mengirimkan rekaman visual yang ditangkap ke dalam Shen Shi Wang Lin.
“Ini... ini... Meng Tuozi!” Wang Lin terkejut luar biasa. Meskipun penampilannya telah banyak berubah, ia langsung mengenali sosok iblis ini sebagai Meng Tuozi!
Wang Lin menarik kembali Shen Shi-nya, menghentikan serangan hantu pengembara, lalu mengirimkan pikiran spiritual ke arah Gu Di.
"Serahkan barang warisan di tempat ini..."
Gu Di tertegun. Bahkan seribu tahun lalu saat pertama kali datang ke sini, ia tak pernah mendengar makhluk aneh ini bisa berkomunikasi via pikiran spiritual. Namun ia segera merespons dengan Shen Shi: "Se... Senior, Gu... Gu mou tidak tahu maksud Senior tentang barang warisan apa?"
Suara Gu Di mengandung rasa pahit. Sejak mencapai Tahap Transformasi Dewa, sudah lama ia tidak memanggil siapapun sebagai "senior". Dua patah kata itu terasa asing di mulutnya.
Tiba-tiba matanya berbinar, "Apakah Senior maksud benda warisan untuk memasuki Tanah Dewa Kuno ini? Jika benar, Anda salah alamat! Benda itu berada di tangan seseorang bernama Raja Iblis Enam Nafsu!"
Wang Lin terdiam sejenak. Gelombang Shen Shi yang dahsyat di kejauhan semakin mendekat. Melalui hantu pengembara di sepanjang jalan, dia dengan jelas memantau posisi lawannya. Sambil berbicara dengan Gu Di, dia juga mengendalikan hantu-hantu itu untuk menghalang dan menyerang.
Namun tubuh lawan itu sangat iblis. Seberapapun hantu pengembara menerjang, tak ada satupun yang bisa melukainya. Hal ini membuat Wang Lin kembali terkejut.
Mengenai pernyataan Gu Di bahwa benda warisan itu tidak ada padanya, melainkan berada di tangan Raja Iblis Enam Nafsu, Wang Lin sama sekali tidak mempercayainya. Bahkan jika perkataannya benar, dengan sifat licik Gu Di dan kawan-kawannya, mustahil mereka masuk ke Tanah Dewa Kuno ini tanpa persiapan. Jika tidak, bukankah setelah masuk mereka akan sepenuhnya dikendalikan oleh Raja Iblis Enam Nafsu yang memegang kunci masuk dan keluar tempat ini?
Mengenai masalah warisan, Wang Lin pertama kali mendengar tentang ini dari Duanmu Ji dan yang lainnya. Saat itu penjelasan mereka tidak jelas, namun setelah menganalisis dalam hati, Wang Lin akhirnya mencapai kesimpulan ini.
Keberanian Gu Di untuk berkonfrontasi dengan Raja Iblis Enam Nafsu di gerbang kedua pasti menyimpan rahasia yang tidak diketahui Wang Lin. Gelombang Shen Shi Wang Lin bergetar, seketika hantu-hantu pengembara di sekeliling kembali melancarkan serangan.
Gu Di menggertakkan gigi dan mengirim pesan melalui suara: "Lao Fu memang tidak memiliki warisan yang utuh, tapi saat pertama kali memasuki tempat ini, aku mendapat serpihan warisan. Serpihan ini merekam gerakan mantra yang memiliki fungsi teleportasi. Namun harus digunakan di pusaran pintu keluar setiap gerbang untuk bisa tertransmigrasi keluar dari Tanah Dewa Kuno ini. Jika tidak, Lao Fu tidak akan terjebak di sini sampai sekarang. Adapun serpihan itu, setelah menghafal sempalan tangan, sudah Lao Fu hancurkan."
Perkataan Gu Di ini benar. Seribu tahun yang lalu ketika memasuki tempat ini, sebagai salah satu ahli sejati pada masa itu, dia jelas melihat benda warisan tersebut, bahkan memperoleh sempalan tangan itu. Inilah alasan mengapa dia bisa melarikan diri kala itu dan berani kembali ke sini sekarang.
Tidak banyak kultivator yang mendapatkan sempalan tangan ini pada masa itu. Alasan mengapa tidak ada orang lain yang bisa kabur adalah karena batasan sempalan tangan ini - harus digunakan di pusaran setiap gerbang.
Dengan demikian, mereka yang berhasil melewati dua gerbang pertama sama sekali tidak berniat menyerah di tengah jalan. Setelah melewatkan pusaran di gerbang kedua dan memasuki gerbang ketiga ini, wilayahnya terlalu luas sehingga mencari pintu keluar ibarat mencari jarum di tumpukan jerami. Ditambah kekhawatiran akan menarik perhatian makhluk Tubuh Shen Shi yang aneh, mereka tidak berani menyebarkan Shen Shi terlalu jauh. Dengan keadaan seperti ini, mencari pintu keluar menjadi semakin sulit.
Sempalan tangan ini harus digunakan di pintu keluar. Jika digunakan pada pusaran pintu masuk, tidak akan ada efeknya. Sebelumnya di gerbang kedua, karena waktu mendesak, Gu Di tidak sempat menggunakan sempalan tangan ini di pusaran untuk kabur, terpaksa memasuki gerbang ketiga.
"Asalkan kamu membawaku ke gerbang ketiga, aku akan menukarnya dengan sempalan tangan ini!" Mata Gu Ding tenang, namun hatinya bergejolak. Ia tidak tahu tujuan sebenarnya lawannya menginginkan benda warisan ini. Tapi jika tidak memberi jawaban sekarang, hantu pengembara di sekeliling pasti akan menyerang lagi. Saat itu, hanya kematian yang menantinya.
Wang Lin tidak bicara lagi. Dengan menggerakkan Shen Shi-nya, hantu-hantu pengembara di sekitarnya kembali menyerang gila-gilaan. Dalam hati, Wang Lin menghitung waktu. Melalui persepsi antar hantu, ia merasakan jarak Meng Tuozi sudah semakin dekat. Kira-kira waktu dua batang dupa, akan tiba di sini.
Serangan hantu pengembara semakin ganas di bawah dorongan Wang Lin. Untuk mempercepat waktu, Wang Lin juga menyebarkan Shen Shi-nya, memanggil semua hantu pengembara dari wilayah yang lebih jauh untuk bergabung dalam serangan.
Wajah Gu Di pucat pasi. Dalam hati dia menduga jawabannya sebelumnya jelas bukan yang diharapkan lawan. Dengan menggigit gigi, dia menelan beberapa pil lagi untuk mempertahankan cahaya menara tetap menyala.
Tapi serangan hantu pengembara seperti tak ada awal dan akhir. Saat Gu Di mulai putus asa, dia kembali memancarkan pikiran spiritual.
"Aku akan berikan mantra pembuka itu, hentikan serangan makhluk aneh ini..." Ucapnya tergesa sembari mengeluarkan kepingan giok, ditempelkan ke dahulu sejenak lalu digenggam, matanya cemas mengamati sekeliling.
Waktu telah berlalu sebatang dupa. Wang Lin menggerakkan Shen Shi-nya, membuat hantu pengembara langsung berpencar. Gu Di menghela napas lega, setelah ragu sejenak akhirnya melemparkan kepingan giok itu keluar dari lingkaran cahaya menara.
Setelah kepingan giok ini melesat keluar, segera dibungkus oleh Shen Shi Wang Lin. Ia menyapu masuk ke dalamnya dan menemukan rekaman sempalan tangan yang sangat detail.
Setelah melemparkan sempalan tangan, Gu Di segera menjadi tegang. Ia khawatir lawannya akan menarik kepingan giok namun tetap tidak melepaskannya.
Wang Lin terdiam sejenak. Tiba-tiba hantu pengembara di sekelilingnya bergerak kembali, gemuruh menyerbu dan melancarkan serangan. Gu Di tersenyum getir dengan wajah penuh dendam, dengan gila mengandalkan energi spiritualnya untuk mempertahankan cahaya menara.
Namun hantu pengembara jumlahnya terlalu banyak. Tak lama kemudian, cahaya menara bergetar dan akhirnya dengan suara "beng!", pagoda itu tak sanggup menahan serangan hantu pengembara. Retakan muncul di tengahnya, hancur menjadi dua bagian.
Pada detik itu, tubuh Gu Di tiba-tiba bergerak dan menghilang dari tempatnya. Sayangnya, di jarak sepuluh zhang, Gu Di mengerang kesakitan dan muncul kembali. Ribuan hantu pengembara menerkam tubuhnya, melakukan penyerapan dengan kecepatan luar biasa.
Saat itu, sebuah hantu pengembara keluar dari tubuh Gu Di sambil membawa kantong penyimpanan, terbang menuju Wang Lin. Wang Lin langsung menyambutnya dan segera pergi.
Kali ini, dia tidak mencari kultivator lain, melainkan langsung menuju tempat persembunyian tubuh fisiknya dengan kecepatan penuh.
Di ruang hampa, tubuh Gu Di menyusut dengan cepat. Matanya terbuka lebar, wajahnya pucat pasi. Di dalam tubuhnya, Bayi Yuan Ying-nya terus-menerus mengeluarkan api bayi untuk menghalangi hantu-hantu pengembara yang menyerapnya. Namun upaya ini hanya bisa menahan sementara, tak mampu mengusir mereka.
Bahkan andai Magic Treasure hidupnya tidak rusak, atau tingkat kultivasinya masih di tahap Transformasi Dewa menengah, tetap saja dia takkan bisa menahan serbuan hantu pengembara yang begitu banyak ini.
Tidak lama setelah Wang Lin pergi, iblis yang sangat mirip dengan Meng Tuozi itu mengubah seluruh tubuhnya hampir seperti meteor, dengan cepat tiba di tempat ini. Matanya langsung menatap Gu Di, alisnya berkerut halus. Aura yang membuatnya jijik tidak ada di sini. Saat hendak mengejar, tiba-tiba tubuhnya berhenti, memandangi Gu Di dengan sorot mata yang berkilat.
Tangannya yang besar mencengkeram tubuh kering Gu Di. Dengan guncangan keras, semua hantu pengembara yang menyerap Bayi Yuan Ying langsung terlempar keluar dari tubuh Gu Di oleh kekuatan dahsyat.
Setelah semua hantu pengembara terlempar, tangan kanannya merobek udara kosong, sebuah celah dimensi segera muncul. Iblis ini menyunggingkan senyum dingin di sudut bibirnya, lalu melemparkan Gu Di ke dalamnya.
Pada saat celah dimensi muncul, dapat terlihat jelas bahwa di dalamnya adalah dunia berwarna merah darah. Tanah di sana seluruhnya tertutup oleh lumpur kental kemerahan, langitnya juga berwarna merah gelap, seperti sehelai kain biru yang basah oleh aliran darah.
Di dalam lumpur darah di tanah, duduk bersila rapat-rapat tak terhitung banyaknya kultivator. Penampilan fisik mereka sangat mirip dengan iblis yang menyerupai Meng Tuozi, semuanya memiliki tanduk di atas kepala dengan jumlah bervariasi dari satu hingga empat.
Di sekitar wilayah berdarah ini berdiri tugu-tugu batu. Di atas setiap tugu duduk bersila seorang kultivator. Melihat sekeliling, tugu batu di tempat ini sangat banyak dengan ukuran berbeda. Yang paling mencolok adalah tugu raksasa di kejauhan yang hampir menyentuh langit, di puncaknya duduk seorang kultivator berambut merah. Ia menunduk, wajahnya tak jelas terlihat, namun aura kesombongan dan pandangan meremehkan secara perlahan memancar darinya.
Setelah Gu Di dilempar ke sana, Bayi Yuan Ying di dalam tubuhnya yang belum sepenuhnya diserap oleh hantu pengembara segera mengambil alih kendali tubuh fisik. Saat membuka matanya, wajahnya langsung berubah pucat.
"Raja Iblis Api Merah... Nan Kuang Wu Bai... San Ren Setan... Kalian... Kalian tidak mati?" Gu Di terkejut. Di antara kerumunan iblis yang padat itu, ia segera mengenali beberapa orang yang dulu bersama-sama masuk ke wilayah Dewa Kuno ribuan tahun lalu, namun tewas di tempat ini.
Misalnya Raja Iblis Api Merah yang tewas di gunung Larangan gerbang kedua. Gu Di menyaksikan langsung tubuhnya dihajar kilat ungu hingga berubah menjadi debu, bahkan Bayi Yuan Ying-nya pun tak sempat melarikan diri.
Ada pula Nan Kuang Wu Bai yang tewas di gerbang ketiga. Diserbu ribuan makhluk secara bersamaan, hanya dalam waktu setengah batang dupa, nyawanya langsung melayang.
"Adapun Penyepuh Iblis Langit itu, yang tak lain adalah guru dari Raja Iblis Enam Nafsu, Gu Di kala itu terus mengikuti langkahnya dari belakang. Dengan mata kepalanya sendiri ia menyaksikan sang penyepuh tiba-tiba diserang oleh Shen Shi yang sangat aneh saat hendak membuka koridor dengan benda warisan untuk kabur. Tanpa perlawanan sedikit pun, ia pun tewas seketika.
Tiba-tiba Gu Di merasakan kedinginan di hatinya ketika melihat orang-orang yang seharusnya sudah mati itu muncul di sini. Seketika ia menoleh dan melihat siluet siluman yang mirip Meng Tuozi dari celah dimensi yang sedang menyempit.
"Meng Tuozi!" Pupil mata Gu Di menyempit. Saat celah dimensi itu menutup sepenuhnya, kewaspadaannya memuncak. Dari pandangannya, jelas bahwa semua kultivator di tempat ini adalah mereka yang tewas di Tanah Dewa Kuno selama ribuan tahun.
"Selamat datang di Lautan Darah Dewa Iblis..." Suara parau bergema perlahan dari balik lautan merah darah itu.
Adapun Wang Lin, kecepatan Shen Shi-nya luar biasa. Tak lama kemudian dia telah melintasi gerbang ketiga ini. Namun di tengah perjalanan, tiba-tiba dia berhenti. Melalui persepsi hantu pengembara, dia segera mendeteksi perubahan aneh di sekitar Gu Di. Terlihat jelas bagaimana Meng Tuozi membuka celah dimensi dan melempar Gu Di ke dalamnya. Bahkan cahaya merah yang menyembur dari celah itu berhasil dia amati secara detail melalui hantu pengembara.
Wang Lin merenung sejenak. Meski telah memiliki kepingan giok yang merekam sempalan tangan, dia khawatir Gu Diamungkin menyisipkan jebakan. Untuk keamanan, sebaiknya mencari Duanmu Ji, Wang Qingyue, dan Raja Iblis Enam Nafsu guna meminta metode keluar dengan cara serupa.
Namun kemunculan Meng Tuozi dan pancaran cahaya merah dari celah dimensi itu menimbulkan perasaan mengerikan dalam dirinya. Dengan tegas dia membatalkan rencana mencari Duanmu Ji dan Wang Qingyue, lalu segera terbang menuju lokasi persembunyian tubuh fisiknya.
Sepanjang perjalanan, dia terus memantau posisi Meng Tuozi melalui hantu pengembara. Ketika mengetahui bahwa musuh itu tidak mengejarnya, melainkan terbang menuju Duanmu Ji dan Wang Qingyue, dia segera mempercepat kecepatan. Tak lama kemudian, dia tiba di lokasi penyimpanan tubuh fisiknya. Raja Iblis Xu Liguo dan Raja Iblis kedua yang bersembunyi diam-diam di dalam batu, segera keluar setelah merasakan kembalinya Shen Shi Wang Lin.
Shen Shi Wang Lin menyusup masuk ke dalam batu dan kembali ke lautan kesadarannya. Tak berapa lama, matanya tiba-tiba terbuka. Shen Shi-nya telah membesar secara signifikan setelah menyerap energi sepanjang perjalanan.
Tubuhnya bergerak keluar dari batu. Tanpa ragu-ragu, dia segera terbang menuju lokasi gerbang keempat.
Wajah Wang Lin muram. Kemunculan tiba-tiba Meng Tuozi telah menggagalkan rencananya. Penampilan mengerikan Meng Tuozi membuatnya diliputi ketakutan. Yang paling mengkhawatirkan, Meng Tuozi ternyata kebal terhadap serangan hantu pengembara!
Inilah alasan terpenting yang membuat Wang Lin memutuskan untuk segera meninggalkan gerbang ketiga ini. Wang Lin tahu bahwa tingkat kultivasinya tidak ada artinya dibandingkan orang-orang tua itu. Jika bukan karena lokasi ini adalah Jie Miejie yang dipenuhi hantu pengembara, mustahil baginya untuk berurusan dengan mereka, bahkan tidak punya kualifikasi untuk berhadapan langsung.
Kini, ketika hantu pengembara tidak mempan terhadap Meng Tuozi, keunggulan terbesar Wang Lin punah seketika. Begitu bertemu lawan, pasti mati. Bahkan lawan hanya perlu melambaikan tangan untuk membuatnya " (hancur)".
Wang Lin sangat menyadari hal ini. Meski selama ini terlihat unggul, semua sebenarnya karena kemampuannya memanfaatkan kekuatan eksternal.
Jika dulu Meng Tuozi tidak terperangkap angin puyuh, mustahil baginya mendapat kesempatan memukul musuh yang sudah terjepit.
Tapi sekarang, ketika kekuatan eksternal telah hilang, kedua pihak langsung berada pada level yang sama. Sekalipun berani, Wang Lin harus mengambil keputusan tegas: segera pergi.
Wang Lin bukanlah orang yang bertele-tele. Setelah mengambil keputusan, ia segera melesat ke arah pintu keluar gerbang ketiga tanpa ragu sedikit pun.
Sepanjang perjalanan, ia bahkan tidak menyentuh hantu pengembara sekalipun, memanfaatkan setiap detik untuk bergegas melarikan diri.
Sebenarnya jika Wang Lin rela meninggalkan tubuh fisiknya dan terbang dalam kondisi Tun Hun, kecepatannya bisa jauh melebihi sekarang. Inilah alasan mengapa sebelumnya ia mengelilingi gerbang ketiga dengan Shen Shi yang terlepas dari tubuh.
Baru setengah jalan, Wang Lin tiba-tiba berhenti. Ia menoleh keras dengan wajah gelap menatap arah Duanmu Ji dan Wang Qingyue. Pada detik itu, melalui persepsi hantu pengembara, ia menyaksikan pemandangan mengerikan yang jelas terpantau.
Duanmu Ji dan Wang Qingyue, di bawah serangan Meng Tuozi, tidak bertahan lama sebelum dihancurkan oleh celah dimensi yang dikoyaknya. Tiba-tiba muncul tangan raksasa iblis dari celah itu yang langsung mencengkeram mereka tanpa perlawanan, lalu menyeret masuk kedua orang itu.
Tangan iblis itu dipenuhi duri tulang yang mengerikan, memancarkan aura jahat yang membuat siapapun merinding.
Wang Lin dengan wajah muram kembali melesat pergi. Kali ini, Raja Iblis Xu Liguo dan Raja Iblis kedua telah ditariknya kembali. Ia meneguk cairan spiritual dalam-dalam, memacu energi spiritualnya hingga maksimal untuk segera menjauh.
Ia bisa merasakan sosok mengerikan seperti iblis, Meng Tuozi, sedang mendekat dengan kecepatan yang sangat tinggi ke arahnya.
Sepanjang perjalanan, Wang Lin terus melaju kencang. Wajahnya berkerut sementara di dalam hati ia menghitung: jika mempertahankan kecepatan ini, ia mungkin bisa mencapai pusaran gerbang keluar sebelum musuh menyusul.
Namun tiba-tiba, Meng Tuozi yang seperti iblis itu, entah dengan cara apa, seluruh tubuhnya dipenuhi cahaya merah darah. Kecepatannya tiba-tiba meningkat berkali-kali lipat, dalam sekejap langsung mempersempit jarak. Bahkan kecepatannya bukannya melambat, malah semakin cepat.
Wang Lin segera menyadari fenomena ini. Hatinya menjadi berat, menurut perhitungannya, hanya dalam waktu sebatang dupa lagi, musuh akan menyusul.
Sedangkan jarak dari sini ke gerbang ketiga membutuhkan waktu hampir dua batang dupa. Shen Shi Wang Lin menyapu sekeliling, melalui persepsi hantu pengembara yang dengan cepat menyapu area sekitar. Matanya menyipit, menatap tajam ke suatu titik di kejauhan, sebuah ide berani muncul di benaknya.
Setelah sedikit ragu, tanpa bicara lagi ia segera mengubah arah dengan sedikit kemiringan, lalu melarikan diri dengan cepat.
Raja Iblis Enam Nafsu merasa batinnya kacau. Shen Shi-nya tidak berani menyebar terlalu luas, sehingga di gerbang ketiga ini selama bertahun-tahun belum menemukan pintu keluar. Setelah mencari lama, akhirnya yakin 80-90% pintu keluar pasti berada di arah barat laut.
Sebenarnya dua tahun lalu ia pernah menjelajahi arah ini. Namun jumlah hantu pengembara di sini terlalu banyak. Meski memiliki Magic Treasure ajaib, ia tidak berani sembarangan masuk. Selama dua tahun ini, ia sering memancing banyak hantu pengembara, menghancurkan satu per satu sebelum perlahan maju.
Dengan cara ini, kecepatan memang lebih lambat namun lebih stabil. Jika terus begini, cepat atau lambat ia bisa memasuki gerbang keempat dan berhasil tertransmigrasi ke dalam tubuh Dewa Kuno.
Saat ini, ketika sedang memancing segerombolan hantu pengembara dan bersiap menghancurkannya dengan mayat pemuda di tangannya, tiba-tiba ekspresinya berubah. Shen Shi-nya yang terus menyebar (meski tidak terlalu jauh) tetap bisa merasakan gerakan sekecil apapun dalam radius 100 zhang (sekitar 333 meter).
Terlihat seorang pemuda muncul dari jarak 100 zhang. Begitu melihatnya, Raja Iblis Enam Nafsu langsung tertegun sejenak, namun segera menunjukkan senyum kejam dan berteriak: "Masuk ke dalam jebakan sendiri!"
Wang Lin menatap dingin Raja Iblis Enam Nafsu, kecepatannya tidak berkurang malah semakin cepat. Seketika muncul banyak hantu pengembara di sekelilingnya, bagaikan pengawal yang melindungi Wang Lin dari segala penjuru.
Raja Iblis Enam Nafsu yang baru saja hendak bergerak tiba-tiba berhenti. Ia mengerutkan kening sambil menatap hantu-hantu pengembara di sekitar Wang Lin, hati dipenuhi rasa ngeri. Makhluk aneh yang selama ini diwaspadainya itu tidak hanya tidak menyerang junior itu, malah menunjukkan sikap protektif. Hal ini membuat Raja Iblis Enam Nafsu sangat terkejut.
Maka dia tidak melakukan tindakan gegabah, melainkan memandang dingin ke arah Wang Lin. Dia ingin melihat apa sebenarnya niat terkutuk si junior ini. Wang Lin berhenti pada jarak 100 zhang dari Raja Iblis Enam Nafsu. Alasan sebelumnya dia mengelilingi diri dengan hantu pengembara adalah untuk mengirim sinyal agar lawannya tidak bertindak ceroboh.
Sinyal tersebut berhasil tersampaikan, lawan memang tidak langsung menyerang. Wang Lin dalam hati lega. Meski tidak takut pada Raja Iblis Enam Nafsu dengan hantu pelindung di sekelilingnya, namun benda misterius di tangan lawan itu membuatnya khawatir. Jika terjadi pertarungan berlarut, pasti tidak akan sempat mencapai pintu keluar sebelum kedatangan Meng Tuozi yang sudah di ambang pintu.
Wang Lin memandang Raja Iblis Enam Nafsu dengan ekspresi seolah ingin berbicara tapi mengurungkan diri, sementara dalam hati diam-diam menghitung waktu. Raja Iblis Enam Nafsu menyipitkan matanya, tanpa kemampuan mengontrol hantu pengembara seperti Wang Lin, ia tak menyadari ada makhluk jahat yang sedang mendekat dengan cepat. Melihat ekspresi ragu Wang Lin, meski hati penuh keraguan, sudut bibirnya menyunggingkan senyuman dingin.
Andai bukan karena jumlah hantu pengembara di sekitar Wang Lin yang terlalu banyak, pasti ia sudah menyerang duluan. Tapi kali ini ia tak ingin menambah masalah, dengan angkuh ia mendengus: "Kali ini kubiarkan kau pergi. Beri waktu 3 tarikan napas! Enyahlah dari sini, semakin jauh semakin baik!"
Wang Lin dalam hati menghitung beberapa tarikan napas, senyum aneh muncul di bibirnya. Dalam hati berbisik: "Sekarang!" Ia segera menundukkan kepala dan menyatukan tinju ke arah Raja Iblis Enam Nafsu: "Terima kasih!"
Usai berkata, tubuhnya langsung melesat menerobos ke tengah kerumunan hantu pengembara di arah barat laut.
Raja Iblis Enam Nafsu mengerutkan kening, hendak merenungkan lebih detail tiba-tiba wajahnya berubah pucat. Sebuah meteor merah darah melesat cepat dari kejauhan, dalam sekejap telah mencapai 100 zhang (sekitar 333 meter) darinya. Sosok itu menampakkan wujud Meng Tuozi yang mengerikan dengan tubuh raksasa iblisnya!
"Kau... kau ini Meng Tuozi?! Kau... kau memakan Pil Transformasi Bayi?" Pupil mata Raja Iblis Enam Nafsu langsung menyempit. Ia segera menyadari aura yang memancar dari tubuh lawannya telah mencapai tahap akhir transformasi avatar, hanya selangkah lagi menuju tahap transformasi bayi rohani.
Hanya ada satu kemungkinan bisa mencapai tingkat kultivasi ini dalam waktu singkat - lawan telah menelan Pil Transformasi Bayi!
Namun hampir bersamaan, Raja Iblis Enam Nafsu segera mengangkat mayat pemuda di depannya sambil menatap tajam ke arah Meng Tuozi, berteriak kaget: "Bukan Pil Transformasi Bayi! Apa sebenarnya yang kau telan? Bagaimana bisa kau berubah menjadi iblis??"
Monster Meng Tuozi mengarahkan kedua matanya yang besar ke arah Raja Iblis Enam Nafsu. Sosok di hadapannya ini memberinya kesan familiar. Perasaan ini bukan pertama kali muncul. Sebenarnya baik Gu Di, Duanmu Ji, bahkan Wang Qingyue, semuanya memberinya kesan serupa. Namun sekeras apapun ia berusaha mengingat, tak ada secuil pun memori yang muncul.
Namun tak lama, ia mengabaikan perasaan ini. Senyum kejam mengembang di bibirnya saat berkata dengan suara muram: "Namaku bukan Meng Tuozi. Aku adalah Dewa Iblis Tu Si!"
Sambil berkata demikian, tangan kanannya yang dipenuhi duri menggores udara. Seketika celah dimensi raksasa muncul, memancarkan kilau merah dari dalamnya. Kemudian sosok setinggi sepuluh zhang berwarna darah merayap keluar dari celah itu.
"Orang ini kuserahkan padamu. Aku akan mengejar yang berikutnya!" Ucap Meng Tuozi sebelum melesat pergi.
Raja Iblis Enam Nafsu terpaku memandang sosok di depannya, bergumam lirih: "Shifu..."
