Ekspresi Wang Lin tetap biasa, namun dalam hati ia tertawa dingin. Ia menggelengkan kepala dan berkata: "Tidak cukup!"
“Mata Duo Mu memancarkan kilau dingin, hendak berbicara namun dihentikan oleh orang tua yang mengangkat tangan kanannya di depan tubuh. Menatap Wang Lin, ia berkata perlahan: "Cincin Pengendali Makhluk Hunyuan ini sudah termasuk dalam kategori harta legendaris! Jika kau masih belum puas, kami tidak bisa menawarkan barang yang lebih baik!"
Wang Lin memandang tenang ke sekeliling, melihat artefak kultivasi yang memancarkan cahaya ungu lembut, tetap diam.
"Ini adalah Magic Treasure hidup kami, tidak bisa diberikan. Begini saja, aku bisa memberimu sepuluh batu spirit ekstrem. Ini batas akhir kami." Orang tua itu merenung sebentar sebelum berbicara perlahan.
Wang Lin juga tidak ingin memaksa terlalu jauh. Bagaimanapun, tingkat kultivasi mereka tak terukur. Jika bukan karena warisan Yi dalam hatinya yang menjadi senjata pamungkas, mungkin dia tidak akan tetap tenang seperti ini.
"Seratus!" ujar Wang Lin datar.
"Tidak mungkin!" Sebelum orang tua sempat menjawab, Duo Mu sudah menderu dingin dari samping. Tatapan anggota lain di sekeliling juga berubah menusuk, dingin mengarah ke Wang Lin.
|Wang Lin tidak bergeming, hanya memandang |Orang tua dengan tenang menunggu jawaban.
|Orang tua |merenung sejenak, berkata dengan suara kelam: "Dua puluh |batu spirit ekstrem, ini batas maksimal. Kami juga tidak punya banyak. Jika masih tidak bisa menerima, kami terpaksa menggunakan |kemampuan terakhir!"
Ekspresi |Wang Lin tetap biasa, tanpa sepatah kata pun mengulurkan |tangan kanan.
|Orang tua mengetuk dada dengan |tangan kanan, kilatan cahaya ungu tiba-tiba bersinar. Sebuah lingkaran tembaga kuno muncul di telapak tangan, lalu |melemparkannya ke depan yang segera ditangkap Wang Lin.
Wang Lin mengamati sekilas: Lingkaran tembaga sebesar gelang tangan itu diukir dengan banyak |wajah garang hewan suci. Sekilas, makhluk-makhluk itu tampak hidup dan nyata bagai nyata.
Saat |Shen Shi Wang Lin menyentuh lingkaran itu, gemuruh |mengaum tiba-tiba mengguncang kesadarannya, memaksanya segera menarik kembali |Shen Shi.
Dengan wajah tak berubah, Wang Lin menyimpan lingkaran tembaga itu lalu menatap |Orang tua.
"Di tangan orang tua itu kini muncul sebuah kantong penyimpanan abu-abu yang dilemparkan ke Wang Lin. Setelah menangkapnya, Wang Lin melihat di dalamnya tersusun rapi dua puluh batu spirit ekstrem berbentuk belah ketupat. Gelombang energi spiritual yang masif nyaris meledak keluar."
Setelah memindahkan batu spirit ekstrem ke kantong penyimpanannya sendiri, Wang Lin melempar kantong abu-abu itu ke tanah dan bertanya dengan suara berat: "Masih ada satu pertanyaan. Setelah mengurung Penguasa Lautan Darah, bagaimana cara aku keluar dari sini?"
Mendengar pertanyaan Wang Lin, orang tua itu sedikit lega. Ia telah menanti-nanti pertanyaan ini. Jika lawannya tidak bertanya, justru akan menimbulkan kecurigaannya.
"Sederhana saja. Setekah Tuosen tersegel kembali, kami juga akan pergi dari sini. Namun kuncinya terletak pada Lautan Kematian Shen Shi. Saat itu tiba, ikutilah kami untuk keluar."
Dalam hati Wang Lin tersenyum sinis. Kini ia yakin: jika perkataan mereka sebelumnya benar, maka tujuan sebenarnya pasti warisan ingatan Dewa Kuno di Lautan Kematian Shen Shi.
"Bukan karena aku tidak percaya, tapi hal ini sangat krusial. Jika aku tidak yakin 100% bisa keluar dari sini pada akhirnya, semua ini hanyalah omong kosong!" Wang Lin memancarkan kilau dingin di matanya, perlahan berkata.
Orang tua itu mengerutkan alisnya, suaranya berat: "Lao Fu sudah berjanji padamu, pasti tidak akan mengingkari."
Wang Lin tetap tak bergeming, menggelengkan kepala: "Sebagai senior yang dihormati, seharusnya junior percaya. Tapi ini menyangkut nyawa. Tanpa keyakinan penuh, meski akhirnya setuju untuk menyegel, dalam hati masih ada keraguan. Khawatir tidak bisa mengerahkan seluruh kekuatan."
Duo Mu mendengus dingin, mata memancarkan niat membunuh: "Junior, kau berbelit-belit menyebarkan! Kami sudah berjanji. Jika tidak percaya, tidak perlu repot-repot! Biar Lao Fu mengantarmu ke akhir jalan!" Saat itu juga tangan kanannya menyapu, berubah menjadi telapak hitam pekat raksasa di udara, menggapai dan menghantam ke arah Wang Lin.
Wang Lin memandang dengan mata yang berkilauan cahaya dingin, sama sekali tidak melihat ke arah tangan besar itu, hanya menatap tajam ke arah orang tua itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Telapak tangan raksasa itu berhenti tiga cun di atas kepala Wang Lin. Orang tua itu menggerakkan tangannya, seketika Du Mu menarik kembali telapak tangannya sambil menatap dingin ke arah Wang Lin.
"Apa yang kau inginkan?" Orang tua itu mengerutkan alisnya, melototi Du Mu sejenak lalu berkata perlahan.
Wang Lin melirik artefak kultivasi di sekelilingnya, "Mengingat benda-benda ini adalah Magic Treasure hidup kalian, lebih baik titipkan padaku. Setelah keluar nanti, dengan kedua tangan aku akan mengembalikannya. Tentunya para Senior tidak perlu khawatir seorang junior di Tahap Inti Pelana seperti diriku bisa menguasai Magic Treasure ini."
Orang tua itu menatap Wang Lin lama sekali. Senyum dingin mengembang di sudut bibirnya. Ia mengangguk, tangan kanannya menggerakkan sesuatu di belakangnya. Sepuluh artefak kultivasi beterbangan mendekat, digenggamnya lalu diberi beberapa lapisan segel sebelum dilemparkan ke Wang Lin.
Wang Lin tanpa bicara menerima sepuluh artefak kultivasi itu. Tanpa melihat sekalipun, dia mengeluarkan kantong penyimpanan khusus dan melemparkannya ke dalam, lalu menyimpannya dengan hati-hati.
Ruang di sekitar mereka yang kehilangan cahaya ungu dari sepuluh artefak kultivasi seketika mulai memudar. Orang tua itu menatap Wang Lin dalam-dalam, lalu tangan kanannya mencengkram udara. Sebuah celah sepanjang beberapa zhang muncul di depannya. Dia mundur beberapa langkah memberi jalan.
Dengan raut wajah tenang, Wang Lin melangkah mantap ke depan dan memasuki celah tersebut.
Setelah Wang Lin masuk, mata Duo Mu memancarkan ketidakrelaan. Dia berbisik, "Kakak sulung..."
"Diam kau!" Raut wajak orang tua itu berubah drastis. Tidak lagi tenang seperti saat menghadapi Wang Lin, kini dipenuhi keganasan. Dengan tatapan dingin ke arah Duo Mu, dia melemparkan lengan bajunya dan masuk ke dalam celah.
Selain Duo Mu, anggota lainnya segera mengikuti masuk setelahnya. Orang terakhir yang masuk adalah pria berbaju jubah hitam yang selalu bermuka suram. Sebelum memasuki celah, dia menoleh dan berkata dengan suara berat: "Duo Mu, masih belum mengertikah? Bocah itu sudah tahu tujuan kita. Tindakanmu tadi hanya mempermalukan diri sendiri! Nasib kita semua bergantung padanya. Kakak sulung telah menanti ribuan tahun. Sayangnya Utusan itu setia pada Tuo Sen, kalau tidak kita tak perlu repot begini."
Usai bicara, dia melangkah masuk ke dalam celah. Duo Mu diam sejenak sebelum mengikutinya.
Di balik celah sempit, pemandangan yang terbentang di depan Wang Lin adalah dunia berwarna darah. Pilar-pilar batu berbentuk kerucut terbalik bertebaran di mana-mana. Sorot matanya menyempit saat melihat pilar batu raksasa yang menjulang ke langit di kejauhan. Tempat ini tak lain adalah Lautan Darah!
Pandangan Wang Lin menatap lelaki di pilar batu raksasa itu. Rambutnya merah darah menggelora, aura kesombongan dan kegarangan memancar perlahan dari tubuhnya. Hanya dengan sekali pandang, Wang Lin langsung merasa sesak napas!
Pada saat ini, satu per satu kultivator yang telah berubah menjadi iblis mulai kembali, termasuk Duo Mu dan yang lainnya. Setelah memasuki lautan darah ini, tubuh mereka melayang dan mendarat di pilar-pilar batu, lalu duduk bersila tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Setiap kultivator iblis yang memasuki tempat ini mencari posisi masing-masing, mata mereka berkedip-kedip tak henti menatap Wang Lin.
Mereka semua duduk bersila, hanya Wang Lin seorang yang melayang di udara.
Wang Lin mengamati sekeliling. Jumlah kultivator di sini sangat banyak, minimal seribu orang. Di antara mereka, Wang Lin melihat sosok Meng Tuozi, Duanmu Ji, Wang Qingyue, Tian Mo San Ren...
Pada saat itu, di samping pria berambut merah muncul retakan di udara. Seorang pria berambut panjang melangkah keluar. Begitu muncul, pandangan pertamanya langsung tertuju pada Wang Lin dengan ekspresi gembira luar biasa. Ia menghormat kepada pria berambut merah itu, "Tuan, dialah Tun Hun itu!" Setelah berkata demikian, tubuhnya melayang dan duduk di salah satu pilar batu di dekatnya.
Wang Lin langsung mengenali bahwa pria ini adalah hantu pengembara raksasa yang pernah dilihatnya.
Suasana hening tiba-tiba pecah oleh suara serak yang keluar dari mulut pria berambut merah.
"Tun Hun..." Pria itu mengangkat kepala dengan tajam, membuat seluruh lautan darah bergemuruh. Kabut darah menyembur deras dari pilar-pilar batu di sekelilingnya, menyelimuti seluruh langit dan bumi dalam sekejap.
Sorot matanya yang memancarkan kekuatan magis tak terbatas menyembur dari balik rambut kusutnya, menatap langsung ke arah Wang Lin.
Wang Lin seketika merasakan Lapisan Larangan tak kasat mata terbentuk di sekujur tubuhnya saat tatapan itu terkonsentrasi. Seluruh tubuhnya langsung terkunci, tidak bisa bergerak sedikit pun.
“Serap pecahan kesadaran ini dan bukakan segel untukku, atau mati!” Pria berambut merah itu menggeram. Tangan kanannya mencengkram area antara alis, wajahnya mengerang kesakitan. Tubuhnya gemetar saat menarik paksa seberkas kilau merah dari dalam tubuh. Kilau merah itu langsung berubah menjadi cahaya darah, melayang di depan Wang Lin tanpa bergerak.
Setelah mengeluarkan kilau merah, pria itu terengah-engah beberapa kali. Butuh waktu lama sebelum napasnya perlahan stabil kembali.
Para kultivator yang telah berubah menjadi iblis di sekeliling segera mengalihkan pandangan, menatap kilau merah itu dengan ekspresi campuran ketakutan dan keserakahan.
Pria berambut merah itu berdiri dengan nafas masih agak tersengal. Matanya yang menyembul dari balik rambut kusut menatap Wang Lin dengan pandangan yang dalam.
"Aku bisa membantumu, tapi setelah larangan itu kau hancurkan, kau harus mengirimku pergi dari sini!" Walau hati Wang Lin bergejolak, sorot matanya tetap tenang tanpa kepanikan. Suaranya datar.
Pria berambut merah itu mengangguk pelan, sudut bibirnya berkerut samar.
Wang Lin dengan hati-hati melirik cahaya merah itu, Shen Shi Ekstremnya segera melesat keluar, berubah menjadi mulut besar yang tiba-tiba menyerap kilau merah.
Rasa sakit tajam yang hebat segera menyebar dari Shen Shi, tubuh Wang Lin gemetar ringan. Setelah lama, rasa sakit itu perlahan menghilang. Ia segera menyadari Shen Shi-nya ternyata membesar dua kali lipat!
Alasan ia berani datang ke sini dengan nekat adalah karena Warisan Kekuatan dan Warisan Ingatan merupakan dua hal yang sama sekali berbeda, tidak akan meninggalkan jejak yang bisa dideteksi pihak lawan. Kecuali jika satu jenis warisan diwarisi oleh dua orang secara bersamaan, barulah bisa terjadi.
Dengan demikian, selain Wang Lin sendiri, tidak ada seorang pun yang bisa menyadari bahwa ia telah memperoleh sebagian Warisan Ingatan.
Mengenai kilau merah itu, Wang Lin sebelumnya mendengar dari Duo Mu dan yang lainnya bahwa ini adalah bagian kesadaran dari Dewa Kuno. Bagi orang lain, mungkin takut karena tidak bisa mengendalikannya, namun bagi Wang Lin dengan atribut sebagai Tun Hun, dia bisa menyerapnya.
Melihat bagian kesadaran itu diserap Wang Lin, pria berambut merah diam membatu dengan tatapan dingin. Setelah lama, dia berkata perlahan: "Meskipun kau Tun Hun, inti jiwamu belum terkonsolidasi. Bisa menelan paksa satu bagian kesadaran, cukup memuaskan. Hantu Pengembara, bantu dia mengkonsolidasi inti jiwa!"
Pria jelmaan hantu pengembara itu menggigil, raut ragu muncul sejenak sebelum matanya berbinar tegas: "Patuh!" Tangan kanannya menunjuk titik antara alis, tubuhnya gemetar tak terkendali. Sebuah bola cahaya kristal berpendar kilau merah muncul tiba-tiba dari antara alisnya.
Begitu bola cahaya itu keluar, tubuhnya langsung runtuh, tidak bisa mempertahankan wujud manusia, berubah menjadi keadaan Shen Shi. Butuh waktu cukup lama sebelum perlahan-lahan bisa membentuk wujud manusia kembali, meski tubuhnya tampak semi-transparan.
Wang Lin matanya berkilat. Tanpa bicara panjang lebar, Shen Shi Ekstrem-nya segera merangsek maju membungkus bola cahaya itu. Bola cahaya ini mengandung energi jiwa yang sangat besar dari hantu pengembara tersebut. Proses penyerapan oleh Wang Lin hampir tidak menemui hambatan, hanya dalam waktu setengah batang dupa, seluruhnya telah terserap bersih.
Wang Lin bisa merasakan dengan jelas bahwa Shen Shi-nya tiba-tiba membesar beberapa kali lipat.
Pria berambut merah itu mengeluarkan suara heran. Setelah diam sejenak, perlahan berkata: "Hantu pengembara, lanjutkan."
Pria hantu pengembara itu seketika tertawa getir. Ia tak menyangka Wang Lin sebagai Tun Hun ternyata tidak memiliki inti jiwa. Seandainya tahu sebelumnya, pasti takkan melaporkan ke tuannya hingga membuat dirinya terpuruk seperti ini. Selain itu, entah mengapa Tun Hun ini membutuhkan energi jiwa yang begitu besar untuk membentuk inti jiwa. Satu bola jiwa jelas tak cukup untuk memunculkan inti jiwa.
Perlu diketahui bahwa inti jiwa adalah inti dari Tun Hun yang muncul secara alami ketika evolusinya mencapai tingkat tertentu seiring penyerapan hantu pengembara yang semakin banyak. Umumnya, semua Tun Hun akan langsung menyerap banyak hantu pengembara setelah berevolusi menjadi Tun Hun, agar inti jiwa terbentuk secepat mungkin. Hampir tak ada Tun Hun yang membiarkan diri mereka eksis terlalu lama tanpa inti jiwa.
Perbedaan utama antara Tun Hun berinti jiwa dan yang tidak, terletak pada kemampuan memproduksi hantu pengembara. Hanya Tun Hun yang memiliki inti jiwa-lah yang bisa membuat hantu pengembara.
Pria hantu pengembara itu tersenyum pahit sekali lagi, menekan antara alisnya. Bola jiwa bahkan belum sempat muncul, tubuhnya sudah runtuh. Kali ini, ia tak mampu lagi memadatkan wujud manusia. Setelah waktu yang lama, sebuah bola jiwa berkilau merah perlahan merembes keluar dari tubuh hantu pengembara-nya yang ilusif.
Saat ini hawa-nya telah terus menerus merosot tanpa batas. Meski masih lebih kuat dari hantu pengembara biasa, namun sangat jauh berbeda dengan sebelumnya.
Wang Lin mengedipkan mata, Shen Shi-nya kembali mengalir keluar membungkus bola jiwa untuk diserap. Kali ini, ia bisa merasakan dengan jelas adanya perbedaan halus pada Shen Shi. Ukuran Shen Shi tidak lagi bertambah, namun di dalamnya samar-samar terlihat butiran sebesar biji padi yang perlahan mengkristal.
Pria berambut merah mengerutkan kening. Jika Tun Hun tidak memiliki inti jiwa, maka tak akan mampu menampung terlalu banyak pemisahan Shen Shi. Tapi orang di depan matanya ini telah menelan dua bola jiwa berturut-turut, namun baru mencapai langkah pertama dalam pengkristalan inti jiwa.
Perlu diketahui bahwa dua bola jiwa ini hampir setara dengan sebagian besar energi spiritual pria hantu pengembara.
Ia merenung sejenak, matinya berkilat samar, tangan kanannya mengangkat dan menunjuk sang hantu. Hantu itu segera mendesah kesakitan, tubuh ilusifnya menyusut drastis, akhirnya memadat kembali menjadi bola jiwa berkilau merah yang langsung direbut dan dilemparkan ke arah Wang Lin.
Bola jiwa ini merupakan perwujudan kehidupan sang hantu pengembara.
Setelah menyerap bola jiwa ketiga, Wang Lin jelas merasakan partikel sebesar butir beras dalam Shen Shi-nya membesar dengan cepat, segera mencapai ukuran kuku.
Seketika, sensasi aneh membanjiri hati Wang Lin. Shen Shi Ekstrem-nya tiba-tiba menyusut seluruhnya, akhirnya melebur ke dalam bola seukuran kuku tersebut yang kemudian menghilang di antara alisnya.
Kilatan cahaya hitam menyambar di pupil Wang Lin. Sesungguhnya, baru saat inilah ia layak disebut sebagai Tun Hun sejati yang telah menguasai kemampuan membuat hantu pengembara.
Semua ini, pada saat inti jiwa terbentuk, bagaikan suatu warisan yang membuatnya memahami dengan jelas dalam hati.
Pria berambut merah menarik kembali pandangannya, tangan kanannya mengibas di depan badan. Seketika celah dimensi muncul di udara, lalu tangannya yang besar mencengkram. Seluruh lautan darah bergetar hebat, disusul bayangan ilusif raksasa yang perlahan muncul dari celah dimensi tersebut.
Begitu bayangan samar ini muncul, Wang Lin segera merasakan hawa Tun Hun darinya. Jelas terlihat bahwa bayangan ini adalah Tun Hun gerbang ketiga.
Segera, seluruh bayangan ilusif bagaikan awan gelap muncul sepenuhnya dari celah. Pria berambut merah mengedipkan mata, menggeram rendah. Tubuhnya bergetar hebat, kilatan-kilatan cahaya merah iblis menyebar dari sekujur tubuhnya. Kabut darah tiba-tiba menyembur dari seluruh pori tubuhnya, dalam sekejap tubuhnya pun tertutupi warna darah. Ia tampak menahan rasa sakit yang tak terbayangkan. Setelah lama, ia menengadahkan kepala memperlihatkan wajah yang berlumuran darah, mengeluarkan suara parau: "Kesadaran terpisah Tu Si, keluar!"
Begitu ucapannya selesai, kilau-kilau merah langsung terpancar paksa dari tubuhnya. Jumlah kilau ini sangat banyak, begitu muncul langsung berputar-putar di sekelilingnya membentuk angin puyuh merah padat yang memancarkan cahaya janggal.
Para kultivator yang telah berubah menjadi iblis di sekelilingnya segera menundukkan kepala dengan wajak penuh ketakutan, kecuali sepuluh orang termasuk Duo Mu yang tetap berdiri dengan raut wajak muram, menatap tajam kilau-kilau merah itu.
Saat itu, bayangan yang diubah oleh Tun Hun tiba-tiba terbelah membentuk celah. Celah itu semakin melebar dan merambat ke depan hingga tiba di dekat pria berambut merah, lalu menutup secara tiba-tiba. Sekitar puluhan kilau merah berhasil diserap.
Namun tiba-tiba kilau-kilau merah yang tersisa mulai berpendar terang satu per satu, bergerak liar mengelilingi tubuhnya. Simbol-simbol merah bermunculan di antara gerakan mereka. Setiap simbol yang muncul langsung tercetak di tubuh pria berambut merah, membuat tubuhnya berguncang hebat.
Bersamaan dengan guncangan tubuhnya, puluhan kilau merah baru muncul kembali dari lautan darah di sekitarnya. Mereka dengan cepat bergabung mengelilingi pria berambut merah, menggantikan yang telah diserap oleh Tun Hun.
Adapun Tun Hun itu, setelah menelan lebih dari sepuluh kilau merah, tubuhnya yang seperti awan gelap mulai memancarkan kilau merah samar. Jelas terlihat bahwa ia membutuhkan waktu tertentu untuk mencerna, sehingga tidak bisa melanjutkan penyerapan.
Ekspresi kesakitan terpancar di wajah pria berambut merah itu. Tatapannya menembus rambut kusutnya, mengarah ke Wang Lin.
Wang Lin kini telah memahami mengapa hal ini harus dilakukan oleh dua Tun Hun. Jika hanya satu Tun Hun, mungkin setelah menelan segel sekunder, sebelum sempat mencerna sepenuhnya, lebih banyak segel sekunder akan muncul kembali dari lautan darah. Dengan demikian, lingkaran ini akan berulang, bukan hanya segel tidak bisa dihancurkan, malah membuat segel sekunder semakin bertambah.
Di sini diperlukan jeda. Hanya dengan dua Tun Hun atau lebih yang menelan secara bergantian, mungkin masih ada secercah harapan. Namun kemungkinan ini tetap sangat kecil.
