Teng San terlihat tidak muda lagi, rambut di pelipisnya sudah memutih, penampilannya agak berkesan terpaan zaman. Dari penampilan luar saja, kira-kira berusia 40-50 tahun. Jika diamati seksama, bisa ditemukan kemiripan wajah antara istri Wang Zhuo dengan pria ini.
Wajah pria ini sangat tampan, dengan paras sempurna tanpa cela. Di baliknya tersemat sepasang mata yang lebih berkilau daripada permata yang menyala di dasar lautan gelap.
"Xiuxiu, sekarang keluarga Teng kami menghadapi musuh kuat, Sang Leluhur pun tidak muncul. Ada aroma iblis dalam peristiwa ini. Jika kita selamat kembali ke Kota Keluarga Teng, jangan lagi kau dan adikmu keluar kota." Suara Teng San terdatar datar.
Teng Xiuxiu adalah putri Teng San. Sebenarnya alasan Teng San keluar dari ruang bawah tanah pertapaannya adalah untuk mengawal Teng Xiuxiu kembali ke Kota Keluarga Teng.
Teng Xiuxiu mengangguk perlahan.
“Jika... jika ayah kali ini tidak bisa menghindari bencana dan tewas, maka jangan pergi ke Kota Keluarga Teng mencari adikmu. Segera tinggalkan Negara Zhao, pergi sejauh mungkin.” Teng San ragu sejenak lalu berkata dengan serius.
Wang Zhuo yang berdiri di samping mendengar perkataan ini, ekspresinya tenang namun dalam hati tertawa dingin.
Mata Teng San seolah bisa menembus hati manusia. Ia melirik Wang Zhuo dengan tatapan dingin, wajahnya tak menampakkan emosi sehingga sulit ditebak apakah marah atau senang.
Tangannya mengelus rambut Teng Xiuxiu, gelombang emosi besar menggelora dalam hatinya.
Sejak bertahun lalu ketika Sang Leluhur memisahkannya secara paksa dari istri tercinta, ia sadar meski hidup pun hanya akan menjadi bayang-bayang leluhur. Semua ini karena istrinya hanyalah orang biasa, sementara ia sebagai keturunan langsung klan Teng dan salah satu cicit yang paling dihargai Sang Leluhur, dilarang keras menikahi manusia biasa.
Karena, keturunanmu harus memiliki kualifikasi untuk mempelajari seni immortal!
Jika ingin mengubah, harus memiliki kekuasaan mutlak dan tingkat kultivasi yang melebihi Sang Leluhur.
Bertahun-tahun kemudian, meski kedua putrinya telah memasuki Dunia Kultivasi dengan bantuannya, sang istri yang berstatus manusia biasa telah lama meninggal karena usia. Kesedihan dalam hatinya tak pernah berkurang sepanjang waktu.
Selama bertahun-tahun ini, ia mendisiplinkan diri sepenuhnya dalam berkultivasi. Hanya dengan mengejar Jalan Suci inilah ia bisa menekan kerinduan yang menggerogoti hatinya terhadap almarhumah istrinya.
Dalam kadar tertentu, Teng Xiuxiu yang memiliki kemiripan wajah dengan almarhumah istrinya, bukan hanya sebagai putri tetapi juga mewakili kerinduan akan mendiang istri. Karena itu seumur hidupnya ia tak akan membiarkan siapapun menyakiti Teng Xiuxiu.
Dengan pandangan dingin ke arah Wang Zhuo, Teng San berkata datar: "Wang Zhuo, demi Xiuxiu, Lao Fu takkan membunuhmu. Enyahlah! Mulai hari ini, Teng Xiuxiu tak ada hubungan lagi denganmu."
Wang Zhuo pandangan berkilat, menatap Teng San, tertawa dingin: "Betapa besarnya amarahmu!" Setelah berkata demikian, tubuhnya mundur, segera ingin pergi.
Teng Xiuxiu mendengar kata-kata ini, raut wajak berubah, segera maju menggenggam lengan Wang Zhuo, berbalik memandang ayah dengan mata berkaca-kaca, menggigit bibir bawah erat, tanpa sepatah kata pun.
Pandangan Teng San tetap dingin, namun perlahan-lahan dia menghela nafas dalam hati, memalingkan wajah. Tatapan Teng Xiuxiu yang hampir identik dengan mendiang istrinya dahulu kala, membuatnya tak mampu membunuh Wang Zhuo di hadapannya, karena tak ingin Teng Xiuxiu bersedih seumur hidup.
"Wang Zhuo, meski dahulu klan Teng telah berbuat kesalahan besar pada seluruh keluargamu, kuharap kau jangan melukai Xiuxiu. Kalian... bagaimanapun adalah pasangan Kultivasi Ganda. Orangtuamu mungkin tak bisa mendampingimu seumur hidup, tapi istrimu adalah satu-satunya yang bisa menemani sisa hidupmu. Wang Zhuo, pertimbangkanlah baik-baik."
Wang Zhuo diam, memandangi Teng Xiuxiu sejenak, hatinya dipenuhi perasaan kompleks. Bahkan sebenarnya dia sendiri tidak tahu, jika suatu hari benar-benar tiba saat itu, bagaimana harus memilih.
Teng Xiuxiu menatap dua pria terpenting di sisinya, berkata lembut: "Ayah, Wang Zhuo tidak akan... Dia tidak akan." Suaranya dipenuhi keyakinan teguh di akhir kalimat. Perempuan ini, hingga detik ini, masih bersikukuh mempercayai bahwa Wang Zhuo takkan pernah menyakitinya.
Meski raut wajah Teng San tetap sama, niat membunuh di hatinya justru semakin menguat. Jika dulu ketika klan Teng berkuasa, hidup-mati Wang Zhuo tak berarti besar, Teng San punya peluang keselamatan sepuluh-puluh bahwa Wang Zhuo takkan bertindak gegabah.
Tapi kini, di tengah krisis yang dihadapi klan Teng, segalanya jadi berbeda. Teng San telah memutuskan: setelah kembali ke Kota Keluarga Teng, carilah kesempatan untuk mengakhiri hidup Wang Zhuo.
Karena, dia selalu memiliki perasaan bahwa jika Wang Zhuo ini tidak mati, maka Teng Xiuxiu pasti akan berada dalam bahaya.
Hanya saja, dia tidak memiliki kesempatan itu lagi.
Sebuah awan hitam tiba-tiba mengalir dari cakrawala, dalam sekejap mata telah menutupi langit sekeliling, gelap pekat seolah siap runtuh setiap saat.
Pandangan Teng San tiba-tiba menajam. Tanpa ragu sedikitpun, jari telunjuk tangan kanannya menekan perutnya dan menyemburkan darah esensial Bayi Yuan Ying. Bersamaan dengan itu, sebuah titik cahaya terbang keluar dari kantong penyimpanannya, menyatu dengan darah esensial dan segera berubah menjadi cincin cahaya berbentuk oval di hadapannya.
Dengan gerakan cepat, Teng San meraih Teng Xiuxiu yang menjerit kaget. Tubuhnya terlempar tak terkendali ke dalam cincin cahaya. Dengan pandangan penuh keputusasaan pada Wang Lin, suaranya bergetar memohon: "Ayah!!!"
Suara ini terdengar oleh Teng San, hatinya tak tega. Ia menghela napas dalam hati, tangan kanannya kembali meraih. Kali ini, tubuh Wang Zhuo berhasil dicengkeramnya dan dilempar dengan kasar ke arah cincin cahaya.
Bersama Teng Xiuxiu, kedua sosok itu menghilang di dalam cincin cahaya.
Semua ini terjadi dengan kecepatan ekstrem. Hampir bersamaan dengan menyelimutnya kabut hitam, Teng San telah mengorbankan tingkat kultivasinya dengan membayar harga darah esensial Bayi Yuan Ying dalam jumlah besar untuk mengirimkan kedua orang itu.
Usai semua ini, tak ada penyesalan lagi di hatinya. Tubuhnya tegak berdiri, menatap langit. Di sampingnya, sebuah Pedang Terbang oranye berpendar cahaya muncul tanpa suara.
Pedang ini dibuatnya sendiri, bernama Dao Yun. Di nama istrinya, terkandung karakter "Yun".
Setiap hari ia membersihkan pedang ini dengan energi spiritual. Selain dirinya, tak seorang pun diizinkan menyentuh, bahkan Teng Huayuan sekalipun.
Dalam pertarungan melawan lawan, pedang ini tak pernah ia gunakan.
Pedang Terbang ini, tingkat kehargaannya sama sekali tidak kalah dari Teng Xiuxiu, karena saat menempa pedang ini, istrinya telah meninggalkan setetes darah segar di dalamnya.
Justru karena setetes darah orang biasa inilah kekuatan pedang ini berkurang, namun Teng San sama sekali tidak memperdulikannya. Dalam hatinya, selama pedang ini utuh, dirinya hidup; jika pedang ini hancur, dirinya pun akan mati.
Saat ini, semangat bertarung yang kuat mengalir dalam hati Teng San, karena ia tahu hari ini pasti akan menemui ajal.
Jika diberi pilihan cara meninggal, ia berharap bisa hidup dan mati bersama pedang ini.
Dengan lembut mengelus pedang terbangnya, ini adalah terakhir kalinya ia membersihkannya dengan energi spiritual. Tiba-tiba sorot matanya berkilat penuh tekad, tanpa basa-basi ia menepuk pedang itu. Seketika pedang berdengung dan melesat dengan cepat menuju kabut hitam di langit.
Tubuh Teng San langsung melompat, mengikuti Pedang Terbang. Seluruh energi spiritualnya didorong hingga batas maksimal, dirinya bersama pedang berubah menjadi sebuah meteor, dengan tekad bulat tiba-tiba menerjang Kabut hitam di udara.
Di dalam meteor itu, Teng San samar-samar melihat sosok istrinya tersenyum padanya, mengirimkan panggilan yang terus-menerus.
Meteor itu melesat melintasi langit, menembus Kabut hitam, lalu mendarat 100 li jauhnya.
Kabut hitam yang bergelombang perlahan menyatu membentuk siluet manusia ilusif. Perlahan, wajah Wang Lin muncul. Ia memandang ke arah lenyapnya meteor dengan ekspresi kontemplatif.
Pada detik terakhir, pria paruh baya itu tanpa rasa takut menyerangnya, tewas di bawah Ekstrem. Namun di saat kematiannya, Wang Lin menangkap getaran perasaan duka yang tersisa.
Wang Lin terdiam lama. Ia tidak mengambil jiwa orang ini, meskipun jika disempurnakan, jiwa ini bisa menjadi Raja Iblis kelas atas. Tak disangkanya, bahkan di klan Teng pun ada orang yang berperasaan dan berbudi seperti ini. Namun orang ini harus mati, karena seharusnya ia tak terlahir di keluarga Teng!
100 li dari sana, meteor menghantam tanah. Tubuh Teng San tak ada luka sedikit pun. Matanya terbuka tak terpejam, nafas menghilang, nyawa telah putus.
Di tangannya, pedang terbang bernama Dao Yun berkedip untuk terakhir kalinya sebelum remuk berkeping-keping...
Kota Keluarga Teng.
Teng Huayuan berdiri di lantai atas kediaman leluhur, menatap kosong deretan kepingan giok di hadapannya. Sembilan keping giok itu sudah lima yang retak. Saat matanya masih menatap, kepingan giok milik Teng San berbunyi "krak", pecah menjadi dua bagian.
Teng Huayuan menggigil, siluetnya tiba-tiba tampak jauh lebih tua. Dengan gemetar ia mengulurkan tangan, menyentuh satu per satu kepingan giok yang retak, akhirnya berhenti di kepingan milik Teng San. Sorot matanya menitikkan air mata yang tak pernah terlihat selama 400 tahun terakhir.
"Hai'er..." Teng Huayuan memanggil lemah.
Teng Hai adalah nama asli Teng San.
Sembilan anggota inti keluarga Teng, saat mewarisi gelar masing-masing, meninggalkan secarik Jiwa di kediaman leluhur yang tersimpan dalam kepingan giok khusus. Dalam dua hari saja, kepingan-kepingan ini retak satu per satu. Setiap retakan satu , hati Teng Huayuan seperti ditusuk jarum.
Terutama Teng Wu. Kematiannya hampir disaksikan langsung oleh Teng Huayuan. Perasaan seakan hanya sepuluh zhang jauhnya namun terasa bagai langit dan bumi ini, bahkan membuat hati sekeras besi milik Teng Huayuan ikut tersayat.
Teng Wu, dalam penampilan, selain Teng Yi, adalah yang paling mirip dengan Teng Li di masa lalu. Karena alasan inilah dia sangat dicintai oleh Teng Huayuan.
Teng Jiu, masa kecil yang pahit membentuk kepribadiannya yang terdistorsi. Karena hal ini, dia memilih jalan kultivasi ekstrem yang menguras nyawanya. Teng Huayuan telah menyiapkan pil kualitas ekstrem untuknya, sayangnya sekarang pil itu tak lagi berguna.
Teng Ba, Teng Liu, dan Teng Si juga memiliki tempat di hati Teng Huayuan. Namun dibandingkan mereka, posisi Teng San-lah yang paling istimewa.
Teng San, pernah dianggap aib bagi seluruh klan Teng oleh Teng Huayuan. Sebagai Murid Inti, dia tidak fokus berlatih kultivasi malah terobsesi pada seorang gadis biasa. Teng Huayuan pun turun tangan memisahkan mereka, membiarkan waktu yang kejam merenggut nyawa sang gadis.
Teng Huayuan tahu, Teng San membencinya!
Namun, hal ini tidak memengaruhi kasih sayang Teng Huayuan terhadap Teng San, anggota klan Teng yang nonkonvensional ini. Bahkan, dalam hatinya terselip penyesalan samar atas kejadian tahun lalu. Namun, penyesalan itu telah kehilangan akar karena Teng San telah mengalami kematiannya sendiri!
