Di dalam Sekte Xuandao, Pegunungan Hengyue.
Di gua kapur alami yang terletak di puncak kompleks gua padat di area pertapaan Wang Lin tahun silam, Park Namja sedang duduk bersila di atas batu kerucut, tenggelam dalam meditasi.
Penampilannya hampir tidak berubah dibandingkan 400 tahun lalu, tetap berwajah lebar dan bertelinga besar yang terlihat penuh wibawa.
Di langit-langit gua, beberapa stalaktit menggantung. Sesekali tetesan air jatuh ke genangan air di lantai, mengeluarkan suara merdu.
Setelah lama bersemedi, cahaya-cahaya iblis mulai berkedip-kedip di wajah Park Namja. Perlahan ia membuka mata, dan dalam sorot matanya tiba-tiba muncul kilatan awan kabut yang seolah mengandung galaksi bintang.
Park Namja mengangkat tangan kanannya, melakukan serangkaian gerakan ramalan. Dengan wajak datar, ia menyapu tangannya ke depan. Tiba-tiba dinding batu sejauh beberapa zhang di depannya bersinar terang.
Sepuluh titik cahaya kemudian muncul perlahan di permukaan dinding batu.
Namun hampir bersamaan dengan kemunculannya, enam dari titik cahaya tersebut mulai berkedip ganas, semakin redup sebelum akhirnya hancur dan menghilang.
Wajak Park Namja berkedut nyaris tak terlihat. Raut wajaknya samar-samar menjadi muram. Pada detik itu, udara di sekitarnya langsung berubah serius. Bahkan tetesan air yang perlahan menetes dari atas dinding batu pun membeku, berhenti menetes.
Seandainya ada kultivator Tahap Transformasi Dewa di sini, pasti matanya akan berbinar. Kemampuan mengubah gelombang energi spiritual di sekitarnya untuk melakukan ilmu supernatural yang kompleks—hanya kultivator level ini yang mampu melakukannya.
Kini, Park Namja sudah menyentuh ambang Tahap Transformasi Dewa. Bagi dia, tahap ini bukan lagi sesuatu yang jauh, melainkan seperti selembar kertas jendela. Cari titik yang tepat, tusuk sekali—langsung jebol.
Park Namja menatap titik-titik cahaya di dinding batu. Setelah lama terdiam, ia bergumam pelan: "Teng Huayuan, sosok sekuat apa yang kau lawan sampai membuat masalah sebesar ini? Aduh...
Kecuali karena Utusan Besar menunjuk klan Teng sebagai subjek percobaan, Lao Fu sungguh tak ingin lagi mengurus urusan klanmu!" Raut wajak Park Namja muram. Sebenarnya hingga saat ini pun ia belum paham, bagian mana dari klan Teng yang menarik perhatian Utusan Besar hingga ditunjuk sebagai subjek eksperimen.
Tanpa hal tersebut, dengan bakat yang dimiliki klan Teng, mustahil mereka memiliki sembilan kultivator tingkat Yuan Ying. Teng Huayuan pun tak mungkin dalam sekadar beberapa abad melompat dari tahap awal Yuan Ying menjadi ahli sejati tahap akhir, menjadi sosok kedua setelah Park Namja.
Ia terdiam sejenak, lalu bangkit berdiri. Dengan mengibaskan lengan bajunya, tubuhnya langsung menghilang dari tempat semula.
Saat muncul kembali, ia telah berada di puncak gunung Sekte Xuandao. Berlutut satu di tempat ini, Park Namja menatap langit sambil kedua tangannya dengan gesit merangkai gerakan mantra. Seiring perubahan gerakan tangannya, lapisan awan di langit semakin bertumpuk. Tekanan aura yang samar mulai merayap keluar.
Park Namja kemudian mengayunkan kedua lengannya sambil berseru lantang: "Park Namja dari negara cultivation tingkat rendah, meminjam artefak kultivasi!"
Begitu suaranya terdengar, cahaya biru dan merah tiba-tiba bersinar dari dua puncak utama Pegunungan Hengyue. Cahaya ini semakin terang, dan pada saat ini sebagian besar energi spiritual di wilayah Negara Zhao mengalir dengan liar ke area ini. Kemudian, kedua cahaya biru-merah itu perlahan melayang dan mendarat di kedua sisi Park Namja. Cahaya meredup, menampakkan tubuh asli di dalamnya.
Tampak jelas bahwa tubuh aslinya adalah dua roda dharma. Di atas roda dharma ini terdapat empat bilah miring yang memancarkan kilau dingin. Di sekitar roda dharma, bahkan muncul lingkaran-lingkaran celah dimensi.
Hal ini membuktikan bahwa roda dharma ini jelas bukan Magic Treasure tingkat Yuan Ying. Kemungkinan besar, ini adalah Magic Treasure yang dibuat langsung oleh kultivator di atas Tahap Transformasi Dewa.
Park Namja dengan sikap hormat membungkukkan kepala beberapa kali ke tanah, baru kemudian dengan hati-hati menyalurkan seberkas sinar spiritual ke kedua roda dharma itu, lalu menyimpannya dengan seksama ke dalam kantong penyimpanan. Setelah menghela nafas lega, seketika aura pembunuhan menyelimuti seluruh tubuhnya. Ia bergumam pelan, "Teng Huayuan, ini bantuan terakhirku untukmu. Jika dalam 100 tahun klan Teng masih belum memiliki cultivator Tahap Transformasi Dewa, jangan marah jika Lao Fu tidak berbaik hati lagi pada keluargamu."
Usai berkata, tubuhnya berkedip dan menghilang tanpa jejak.
Saat energi spiritual mulai mengalir deras, Wang Lin segera menyadarinya. Meski raut wajaknya tetap tenang, hatinya mendadak berat. Beberapa saat kemudian, ia mendengus dingin dan melesat dengan cepat ke arah anggota inti klan Teng yang satu-satunya belum bergerak.
Di perbatasan Negara Zhao, terdapat sebuah wilayah misterius. Selama 400 tahun terakhir, hampir semua pendekar duniawi di sekitarnya akan berubah raut wajak drastis hanya dengan mendengar nama tempat ini. Bahkan para cultivator pun merasa sangat takut.
Tempat itu adalah sebuah lubang lumpur hitam raksasa.
Lubang ini terdiri dari lumpur hitam yang mengeluarkan bau menyengat yang terus-menerus. Hanya segelintir orang yang mengetahui kedalaman sebenarnya dari lubang ini.
Setiap 100 tahun, lubang ini akan meletus dengan kekuatan yang sangat dahsyat.
Di waktu biasa, area ini merupakan zona terlarang. Baik orang biasa, kultivator, maupun burung atau binatang ajaib - semua yang mendekati radius tertentu akan tersedot oleh daya hisap dahsyat ke dalam lumpur dan dikubur hidup-hidup.
Seiring berjalannya waktu, kabut abu-abu pun menyelimuti seluruh area sekitar lubang tanpa disadari.
Tempat inilah yang dikenal sebagai Rawa Lumpur Hitam - daerah paling berbahaya di Negara Zhao selama 400 tahun terakhir.
Di kedalaman paling gelap rawa ini, tergeletak peti mati kristal hitam tanpa tutup yang dipenuhi lumpur. Di sekeliling peti mati, atau lebih tepatnya di dalam lumpur hitam itu sendiri, berserakan tulang putih terlihat yang tak terhitung jumlahnya.
Di antara tulang-tulang ini, ada manusia dan binatang. Semuanya adalah korban yang terhisap ke tempat ini selama 400 tahun terakhir.
Tempat ini adalah lokasi latihan Teng Yi - sosok yang paling ditakuti oleh Teng Ba.
Teng Yi merupakan legenda dalam klan Teng.
Ia bukan junior Teng Huayuan, lebih tepatnya merupakan saudara sepupu Teng Huayuan.
Dia adalah satu-satunya anggota inti klan Teng yang tidak pernah ditantang sejak awal, dan satu-satunya yang mempertahankan gelar "Teng Pertama" selama 400 tahun.
Saat Wang Lin masih berjarak 1.000 li dari Lumpur Hitam, ia telah merasakan keanehan tempat ini. Merenung sejenak, ia memerintahkan Nyamuk Gaib berhenti terbang dan melanjutkan perjalanan sendirian.
Hampir bersamaan dengan masuknya Wang Lin ke dalam radius 1.000 li, sebuah tangan kurus seperti tulang muncul dari peti mati di dasar lumpur. Perlahan, sosok pria mirip tengkorak bangkit dari peti mati.
Orang ini hampir seluruh tubuhnya hitam pekat, nyaris kulit membalut tulang, tanpa sedikitpun daging. Di atas kepalanya, hanya tersisa beberapa helai rambut, membuat penampilannya terlihat sangat mengerikan.
Di sorot matanya, perlahan muncul seberkas cahaya redup, lalu ia menaikkan kepala secara perlahan.
Saat itu, Wang Lin telah tiba di atas langit Rawa Hitam. Ekspresinya terlihat sangat serius yang belum pernah terlihat sebelumnya. Bendera Larangan telah dikeluarkan dan melayang di sekitarnya. Melihat ke arah rawa hitam itu, tanpa ragu sedikitpun, kilau merah di matanya berkedip. Shen Shi Ekstrem tiba-tiba muncul, berubah menjadi serangkaian kilat merah yang menyusup ke dalam lumpur hitam.
Di dalam peti mati di kedalaman rawa hitam, cahaya redup di mata pria itu tiba-tiba bersinar terang. Kilatan-kilatan merah menyambar dengan cepat melalui lumpur, menghujam ke arahnya. Pria itu mengulurkan tangan kanannya yang kerontang, lalu dengan lembut menyentuh salah satu kilat merah tersebut.
Seketika terdengar suara "bang!", kilat merah itu menghilang tanpa bekas. Jari-jari pria tersebut retak-retak.
Pria itu menjilat sudut bibirnya, sorot mata redupnya memancarkan semangat tempur yang menggebu. Perlahan ia berdiri. Saat itu, kilat merah terus berjatuhan, namun setiap kali disambut oleh jari-jarinya yang menghalau.
Setelah semua kilat lenyap, seluruh tangan kanannya telah dipenuhi celah berlapis. Ia memandang tangannya, lalu menggemetarkannya hingga remuk menjadi debu.
Ia sama sekali tak peduli. Sebaliknya, aura pertarungan menyengat menyembur dari tubuhnya. Dengan senyum terkoyak, seluruh tubuhnya melesat ke atas.
Raut wajak Wang Lin berkerut. Ia baru saja merasakan dengan jelas bagaimana kilat Shen Shi Ekstrem-nya dihancurkan total dengan pengorbanan satu tangan kanan oleh pria itu.
Ini belum pernah terjadi sebelumnya! Wang Lin yakin betul tingkat kultivasi lawannya belum mencapai Transformasi Dewa. Tapi... bagaimana mungkin ia bisa menahan Shen Shi Ekstrem?!
Pada saat pria bertubuh kurus itu melesat keluar dari dasar kolam, Wang Lin tidak ragu sedikit pun. Bendera Larangan berubah menjadi tirai hitam yang menyelimuti sekelilingnya. Lebih dari sembilan puluh energi larangan bagaikan naga-naga hitam, menerjang keluar dari tirai hitam. Di bawah arahkan jari tangan kanan Wang Lin yang membentuk mantra, mereka mengaum menuju rawa-rawa.
Pria kurus itu menunjukkan ekspresi kosong terhadap energi larangan yang menghampirinya. Tanpa mengelak atau menghindar, ia membiarkan energi larangan itu menghujam tubuhnya.
Seketika tubuhnya dipenuhi retakan. Namun setelah energi larangan terakhir lenyap, meski seluruh tubuhnya penuh retakan, posturnya tetap tegak tanpa goyah sedikit pun.
Wang Lin dengan raut wajak muram segera mundur. Sementara tangan kanannya membentuk mantra, jarinya menunjuk ke tirai hitam di langit. Seketika lebih dari sembilan puluh energi larangan lagi muncul menghujam.
Pria kurus itu menunduk memperhatikan retakan di tubuhnya. Ia menjilat sudut bibirnya ke arah Wang Lin, lalu tiba-tiba menghilang dari tempatnya berdiri.
Wang Lin hampir tidak ragu sedikit pun, tubuhnya segera menghindar ke samping. Hanya terdengar suara "criiik", lengan bajunya terkoyak dengan paksa sepotong. Di tempat ia menghilang sebelumnya, pria kurus kering itu memegang sobekan kain di tangan kirinya, sorot mata penuh semangat bertaruh berkobar-kobar.
Kulit kepala Wang Lin merinding, matanya menatap tajam pria kurus itu. Andai saja ia terlambat menghindar sekejap napas tadi, pasti sudah terkena pukulan lawan.
Pandangannya suram, jari telunjuknya mengarah ke bawah. Energi larangan kembali menyambar, bergemuruh menghujam ke arah lawan.
Sekali lagi ekspresi bingung dan kosong muncul di mata pria kurus itu. Ia tetap diam membiarkan energi larangan menghantam tubuhnya. Retakan-retakan di tubuhnya semakin bertambah banyak.
Wang Lin pandangannya berkedip, tanpa menunggu energi larangan menghilang, sekali lagi tanpa menghemat energi spiritual, memanggil jumlah energi larangan yang sama dan terus-menerus menghujam. Sambil bergerak, tubuhnya sama sekali tidak diam di satu tempat, melainkan terus berkedip di sekitar, mengontrol momentum jatuhnya energi larangan. Shen Shi Ekstrem yang berubah menjadi kilat tersebar tanpa memedulikan nyawa.
Pria bertubuh kurus itu tidak bergerak sama sekali, hanya mengulurkan tangan kirinya untuk menyentuh saat Shen Shi Ekstrem menghujam. Perlahan, retakan di tubuhnya semakin banyak. Bahkan di bawah serangan Shen Shi Ekstrem, tangan kirinya mulai menunjukkan tanda-tanda hancur berkeping.
Ini adalah pertempuran yang sangat iblis. Pengalaman tempur Wang Lin bisa dibilang sangat kaya, tapi yang seaneh ini baru pertama kali dihadapinya.
