Lima Roh Bawaan ini, seperti yang pernah dikatakan gurunya dulu, muncul secara alami saat Hong Die lahir ketika fenomena langit aneh terjadi, untuk melindunginya seumur hidup.
Awalnya, Lima Roh ini tidak memiliki tingkat kultivasi tahap akhir Transformasi Dewa. Mereka hanya mengalami breakthrough secara alami seiring peningkatan tingkat kultivasi Hong Die, dipicu oleh hukum tertentu.
Semakin kuat Hong Die, semakin kuat pula Lima Roh ini. Konsep sebab-akibat pun bekerja seperti ini.
Mengenai asal-usul Lima Roh ini, tak ada yang mengetahuinya. Guru Hong Die menghabiskan seluruh kemampuannya untuk menghitung langit dan bumi, dengan pengorbanan melepaskan tingkat kultivasinya sendiri, akhirnya berhasil memperkirakan suatu pertanda. Hong Die ternyata memiliki tubuh Palsu Lima Roh Bawaan, seumur hidup hanya memiliki satu tribulasi. Jika berhasil melewatinya, ia akan berubah menjadi Pemilik Lima Roh Sejati, dan jalan Dao-nya selamanya akan mulus.
Namun, meskipun gurunya menggunakan tingkat kultivasi untuk meramal, tetap tidak bisa menghitung karma sebab-akibat Hong Die dalam tribulasi ini.
Lama-kelamaan, urusan ini dikesampingkan, hanya tersimpan di hati segelintir orang yang terus menanti datangnya sebab-akibat.
Sebelum pertempuran besar ini, tiba-tiba tubuh guru Hong Die diselimuti rona merah. Hatinya merasakan pemahaman mendalam, segera memulai perhitungan. Kali ini, secara kebetulan ia berhasil menyentuh sebagian benang merah tribulasi Hong Die.
Karenanya, saat akan bertempur, ia meminta Hong Die menyerahkan Lima Roh kepada kakak seperguruannya, menyuruh kakak seperguruan Hong Die memimpin seluruh kultivator di negeri itu untuk menyerang Aliansi Empat Sekte.
Faktanya semua ini berjalan sesuai perkiraan guru Hongdie. Dengan menempatkan murid utama sebagai pengganti Hongdie, mereka berhasil menghadapi tribulasi ini. Ini adalah bentuk menghadapi tribulasi, bukan menghindarinya.
Dengan demikian, ketika murid utama menemui ajalnya, tribulasi Hongdie telah sirna. Ke depannya jalannya akan mulus. Karena itu, Hongdie akhirnya muncul dari celah dimensi.
Namun saat menyadari satu dari Lima Roh menghilang, entah mengapa hati Hongdie tiba-tiba berdesir. Pandangannya langsung menjadi suram.
Di belakangnya berdiri delapan orang.
Tujuh dari delapan orang ini mengenakan pakaian seragam - laki-laki dan perempuan yang semuanya sudah berusia lanjut. Mereka adalah Tujuh Sesepuh Besar Negeri Salju. Bahkan ketika Hongdie memasuki Negara Zhuque, ketujuh orang ini akan terus menemani dan melindunginya.
Orang terakhir adalah pria paruh baya berbaju hitam. Raut wajahnya kuning pucat dengan penampilan seperti orang sakit.
Setelah mendengar perkataan sang wanita, dia mengangguk dengan malas. Tubuhnya melangkah ke depan, menyusutkan jarak menjadi seinci, dalam satu langkah sudah tiba di antara Naga dan makhluk berbadan ular berkepala manusia. Ia menatap Naga itu, lalu berkata dengan ringan: "Aku tak berhak membunuh naga ini, tapi mengambil darah keturunannya, itu bisa kulakukan nanti!"
Sembari berkata, tangan kanannya terangkat. Dengan sentuhan lembut, Zhou Wutai yang berada di atas Naga itu langsung gemetar seluruh tubuhnya. Darah segar muncrat dari mulutnya, tubuhnya terlempar ke belakang bagai meteor yang didorong kekuatan dahsyat.
Darah yang dimuntahkannya itu, dengan gerakan menggenggam sembarangan dari tangan kanan pria paruh baya itu, segera terkumpul cepat. Berubah menjadi butiran darah ungu tua, lalu dengan jentikan jarinya, masuk ke Antara Alis sang Naga.
mengaum dengan marah, matanya memancarkan kesedihan, namun di balik kesedihan itu tersirat kelegaan. Ia memandang bumi dengan tatapan dalam, seluruh tubuhnya tiba-tiba bergerak. Seekor jiwa naga muncul dari kepalanya, menghilang di ufuk langit, menjauh tanpa jejak.
Kehilangan jiwa naga, tubuh raksasa mulai membatu. Dengan cepat, ia kembali berubah menjadi bentuk gunung, jatuh dari langit dengan gemuruh, menghancurkan permukaan tanah.
tak lagi menjaga bumi. Gemuruh gunung yang jatuh ke tanah bagai lonceng kiamat Aliansi Empat Sekte, bergema menggetarkan langit dan bumi.
Pria paruh baya itu menghela napas pelan, berbalik kembali ke belakang sang wanita, kembali menunjukkan sikap sakitnya yang lesu.
Saat itu, makhluk berkepala manusia dan bertubuh ular akhirnya sepenuhnya turun dari celah. Perempuan berjubah putih dengan lembut melompat ke atas kepala makhluk tersebut. Dengan gerakan jari halus ke arah bawah, tiba-tiba makhluk itu membuka mulut dan menyemburkan hawa biru tua. Begitu hawa ini muncul, langsung menyebar dengan liar ke segala penjuru. Tak peduli tingkat kultivasi sehebat apa, bahkan mereka di Tahap Transformasi Dewa sekalipun, hanya bisa bergumul sejenak dalam hawa biru tua ini sebelum tubuh mereka berubah menjadi patung es.
Wang Lin menatap pemandangan di depannya dengan bulu kuduk merinding, menarik napas dalam-dalam. Meski jaraknya cukup jauh dari posisi perempuan itu, kecepatan hawa biru tua ini terlalu dashyat. Tanpa bicara, ia menepuk kantong penyimpanannya dan mengeluarkan topi jerami yang langsung dipakainya. Tubuhnya langsung meluncur keluar, memanfaatkan seluruh kecepatan untuk kabur sebelum hawa biru tua mencapainya. Arah yang dituju adalah lokasi dimana Zhou Wutai terlempar.
Di bawah penyebaran hawa biru tua ini, wilayah Aliansi Empat Sekte berubah menjadi dunia es dengan titik pusat ini sebagai pusatnya.
Para kultivator Aliansi Empat Sekte berhamburan keluar dari sekte masing-masing. Dengan pandangan pilu menyaksikan kampung halaman, mereka berpencar menjadi cahaya-cahaya pedang yang hendak melarikan diri.
Namun, kultivator Snowland mana mungkin membiarkan mereka pergi dengan damai...
Kecepatan Wang Lin mencapai tingkat ekstrem. Mengenai nasib akhir Aliansi Empat Sekte, sejak pria yang lemah itu turun tangan, ia sudah tahu takkan bisa diubah. Prinsip "mencabut rumput sampai ke akarnya" ini membuat kultivator Aliansi hampir mustahil lolos.
Wang Lin menarik napas dalam-dalam. Ia tak lagi mempedulikan situasi ini. Sebagai bayangan yang melesat cepat, ia tak berani berhenti. Hawa biru tua di belakangnya sungguh mengerikan - sentuhan sekecil apapun langsung membeku menjadi patung es. Wang Lin tak mengira dirinya akan selamat.
Tidak lama kemudian, dengan Shen Shi-nya ia melihat dari kejauhan sekitar 1.000 li di depan, di puncak salju terdapat lubang hitam. Zhou Wutai, ada di sana!
Tubuh Wang Lin berkelebat, saat muncul kembali sudah berada di area puncak salju. Tanpa ragu ia segera menyelam ke dalam gua.
Begitu masuk, matanya langsung menangkap sosok Zhou Wutai yang tidak mati tapi pingsan total. Wang Lin segera merampas kantong penyimpanannya lalu kabur tanpa menunggu.
Hampir bersamaan dengan kepergiannya dari puncak salju, hawa biru tua telah menyebar ke sini. Seluruh gunung es langsung berubah menjadi puncak es.
Saat terbang, Shen Shi-nya yang kuat langsung menghapus pikiran spiritual di kantong penyimpanan. Begitu masuk, sorot mata Wang Lin berbinar: Rain Ding, benar ada di dalam kantong Zhou Wutai!
Baru saja ia menaruh kantong penyimpanan di pelukan, tiba-tiba ekspresinya berubah. Sebuah menara es dan salju setinggi lebih dari delapan puluh lapisan muncul di udara depan Wang Lin. Seorang wanita tua berjubah putih keluar dari menara itu, melirik dingin ke arah Wang Lin sambil mengangkat tangan kanannya.
Tanpa berkata-kata, Wang Lin segera melesat mundur dengan cepat. Jari tangan kanannya menyentuh Antara Alis, seketika beberapa Raja Iblis hasil racikannya dari Sembilan Putra Klan Teng, langsung melayang keluar dari Antara Alisnya.
Begitu muncul, para Raja Iblis ini langsung menerjang wanita tua itu. Sorot mata wanita tua itu berkedip penuh penghinaan saat jarinya menjentikkan ringan. Seketika para Raja Iblis itu langsung dibungkus es biru.
Wang Lin menggigit gigi, dalam hati berteriak: "Ledakkan! Ledakkan! Ledakkan!"
Seketika, para Raja Iblis dalam es biru itu satu per satu meledak sendiri. Gemuruh ledakan bergema beberapa kali, berubah menjadi kabut hitam.
Tubuh Wang Lin tidak berhenti sama sekali. Memanfaatkan kabut hitam, ia menghilang seketika dan muncul kembali ribuan li jauhnya. Dengan cepat ia kembali melarikan diri. Sambil itu, jari kanannya kembali menekan antara alis. Kali ini, semua Raja Iblis kecuali Xu Liguo dikeluarkan. Setelah meninggalkan pikiran spiritual untuk meledak sendiri, siluetnya kembali menghilang.
Dalam pelariannya, hanya beberapa sekejap napas kemudian, Wang Lin sudah merasakan semua Raja Iblisnya telah binasa. Kabut hitam di belakangnya semakin pekat, namun perasaan seperti duri di punggung itu tak kunjung hilang.
"Kau takkan bisa kabur!" Suara wanita tua itu bergema mengerikan dari belakang. Dari dalam kabut, menara es setinggi 80 lapisan lebih itu tiba-tiba menerjang. Di puncak menara, wanita berjubah putih itu berdiri dengan angin menerbangkan gaunnya. Sorot matanya memancarkan aura maut.
Wang Lin tidak menoleh ke belakang, meluncur keluar. Tangan kanannya menepuk kantong penyimpanan, seketika boneka periode Yuanying berubah menjadi asap hitam yang mengkristal di belakangnya. Wang Lin berbalik cepat, kedua tangannya membentuk segel. Sorot merah di matanya berkedip lalu menyusup ke dalam tubuh boneka. Serentak ia berteriak: "Pergi!"
Seketika boneka itu seperti orang gila menerjang wanita tua yang mengejar. Wanita tua berdiri di atas menara es-salju, sorot mata merendah semakin jelas. Tangan kanannya menghantam udara ke tanah, seketika lapisan es di tanah menjulang seperti duri-duri tajam, dengan mudah menghalangi boneka.
Saat berlari, sorot dingin muncul di mata Wang Lin. Dalam hati ia bergumam: "Ledakkan!"
Boneka itu matanya menyala kilau merah, tepat saat dikepung duri-duri es, seluruh tubuhnya meledak dengan dahsyat. Ledakan diri total dari boneka periode Yuanying ini kekuatannya luar biasa besar. Di bawah kendali mandiri boneka, ledakan tidak menyebar melainkan seluruhnya menghujam ke arah wanita tua.
Bersamaan dengan gelombang ledakan itu, seberkas kilau merah menyambar secepat kilat langsung menyerang wanita tua.
Kilau merah ini adalah Ekstrem Wang Lin. Meski efeknya terbatas pada kultivator Transformasi Dewa, tetap bisa mengguncang lautan kesadarannya sejenak.
Wanita tua jelas mengabaikan kilau merah itu. Hanya mengerutkan kening pada ledakan diri boneka Yuanying, tangan kanannya menepuk menara es. Seketika dari semua jendela menara, memancarlah sinar-sinar putih yang segera membentuk perisai es selebar lebih dari sepuluh zhang di depannya.
Namun, yang sama sekali tidak diduga oleh wanita tua itu, kilau merah itu ternyata sama sekali mengabaikan perisai es dan salju, menembus langsung melewatinya. Raut wajak wanita tua itu berubah, tangan kanannya menghalang di depan tubuhnya. Tapi, kilau merah itu berkedip sekejap, lalu menyusur lengan wanita tua itu dan langsung menyusup masuk.
Dalam sekejap, kilau itu memasuki lautan kesadarannya. Seketika, tubuh wanita tua itu gemetar, matanya memancarkan kilau kebingungan. Namun kebingungan ini lenyap secepat datangnya, kembali normal. Hanya saja, dalam pandangannya kini terlihat secercah kewaspadaan.
Tapi, kebingungan sesaat ini menyebabkan perisai es di depannya mulai menunjukkan tanda-tanda menghilang. Bersamaan dengan itu, gelombang ledakan boneka itu datang menggemuruh. Tanpa kendali wanita tua itu, perisai es yang telah menyerap sebagian energi ledakan akhirnya menghilang sepenuhnya. Sisa gelombang ledakan langsung menghantam tubuh wanita tua itu tanpa hambatan.
Tepat pada saat ini, wanita tua itu kembali sadar. Ia mendengus ringan, jubah putih di tubuhnya tiba-tiba mengembang. Bunyi letupan terdengar, gelombang ledakan boneka itu sepenuhnya dihancurkan oleh formasi ajaib pada jubah putih.
Saat kabut merah menghilang, raut wajah wanita tua itu berubah drastis. Kali ini, ia hampir menarik napas tajam. Tanpa bicara, tubuhnya segera kembali ke menara es-salju dan bersiap pergi.
