Wang Lin mata berkilat, tubuhnya tiba-tiba menghilang dalam kabut hitam Bendera Larangan. Hanya saja bagi orang lain, sangat sulit mendeteksi keanehan ini, sebab Shen Shi kultivator berjubah biru itu hanya setara tahap awal Transformasi Dewa, sedangkan Shen Shi Wang Lin sudah menyamai tahap akhir Transformasi Dewa.
Meski tingkat kultivasi keduanya sama, namun perbedaan Shen Shi mereka sangat jauh. Inilah alasan mengapa Wang Lin langsung merasakan kehadirannya sejak awal, sedangkan lawannya baru menyadari keberadaan Wang Lin setelah terbang beberapa jarak.
Satu kakinya telah menginjak formasi, ia menoleh melihat gumpalan kabut hitam yang melesat cepat dari kejauhan, senyum dingin di sudut bibirnya semakin mengeras.
Namun tepat di saat itu, tiba-tiba siluet Wang Lin muncul di atas formasi. Begitu materialisasi tubuhnya selesai, segera ia melemparkan sebuah lonceng.
Kultivator berjubah biru itu raut wajaknya langsung pucat. Ia tak menyangka lawan bisa mengejar secepat ini. Karena terkejut, lonceng itu sudah membesar mengikuti angin, berubah menjadi genta tembaga raksasa sebesar beberapa zhang, menutupi dan mengurung sang kultivator dengan keras.
Saat itu, Wang Lin menggerakkan tangan kanannya. Bendera Larangan segera mendarat di tangannya. Dengan mengguncang bendera, bersama lonceng, semuanya terselimuti dan menghilang dari tempat semula, lalu muncul kembali saat sudah berada di tanah.
"Kau tidak bisa kabur!" Suara Wang Lin datar, seolah berbicara pada diri sendiri.
Ia duduk bersila, kedua tangan membentuk segel, melepaskan gerakan mantra satu per satu yang mendarat di lonceng.
Lonceng itu langsung bergetar. Dari dalamnya terdengar suara dentang-dentang yang tidak banyak bocor ke luar, terutama terkonsentrasi di bagian dalam. Namun di antara dentang itu, sesekali terdengar jeritan kesakitan.
Tak lama kemudian, getaran lonceng semakin hebat. Selain suara 'dang-dang', terdengar juga suara benturan. Jelas sang kultivator berjubah biru tak mau dimurnikan, dengan kekuatan pedang legendarisnya berusaha merusak harta ini dari dalam.
Wang Lin menyadari ketajaman pedang legendaris itu. Keberadaan lonceng menahan serangan masih diragukan. Ia mendengus ringan, gerakan mantra kedua tangannya semakin cepat. Seiring mantra-mantra yang terus menerus menghujam ke lonceng, suara 'dang-dang' di dalamnya semakin keras dan frekuensinya semakin tinggi, sementara suara perlawanan semakin melemah.
Lonceng ini adalah Magic Treasure peninggalan kultivator kuno. Fungsi utamanya adalah menjebak musuh, lalu menggunakan segel yang tercatat di lonceng untuk memurnikan. Bahkan Jiwa Yuan Shen pun bisa dimurnikan sepenuhnya. Tentu saja dengan syarat: tingkat kultivasi pemegang harta harus sedikit lebih tinggi daripada yang dimurnikan. Jika tidak, pemegang akan mudah mengalami serangan balik.
Kultivator Transformasi Dewa, setelah membentuk Jiwa Yuan Shen, kecuali dikeroyok oleh beberapa orang, dalam pertarungan satu lawan satu, meskipun menang, sulit untuk benar-benar membunuh lawan. Namun jika kultivator tahap akhir Transformasi Dewa turun tangan, hal itu bukan masalah.
Tentu saja, jika kondisi sangat lemah, situasinya berbeda. Seperti tahun lalu saat Meng Tuozi yang berada dalam kondisi sangat lemah akhirnya dijebak oleh Wang Lin dan tewas di bawah tulang tangan emas Raja Angin Puyuh.
Segel demi segel dari Wang Lin terus menghujam lonceng, jeritan kesakitan di dalamnya perlahan melemah hingga akhirnya menghilang. Wang Lin tidak berhenti, melanjutkan proses pemurnian sejenak sebelum akhirnya menyimpan sempalan tangannya.
Ia menggerakkan tangan kanannya, lonceng segera mengecil dan berpindah ke genggamannya sebelum dimasukkan ke kantong penyimpanan. Wang Lin tidak terburu-buru membuka lonceng untuk memeriksa isinya. Menurut perkiraannya, bahkan jika kultivator berjubah biru itu benar-benar mati, pasti masih ada serangan balasan sebelum meninggal.
Serangan balasan Kultivator Transformasi Dewa sebelum kematian sangat mengerikan. Dengan kehati-hatian Wang Lin, mana mungkin dia mengambil risiko? Daripada membuka, lebih baik disimpan di kantong penyimpanan. Dengan kemampuan pemurnian alami lonceng, dia terus memurnikannya selama 10 hari hingga setengah bulan atau lebih lama lagi, membuat serangan balasan terakhir orang ini mati dalam kandungan!
Taktik Wang Lin ini benar-benar Ekstrem!
Dia berdiri. Kodok Petir sudah lama disimpannya menjadi gelang tembaga di pergelangan tangan. Setelah merenung sejenak, hendak memeriksa serpihan Jejak Dewa ini dengan teliti. Tiba-tiba raut wajanya berubah. Segera menyebarkan Bendera Larangan untuk perlindungan, duduk bersila sambil menepuk kantong penyimpanan dan menelan beberapa butir pil.
Energi spiritual dalam tubuhnya diserap gelang tembaga dengan kecepatan yang sangat tinggi. Setelah lama akhirnya berhenti. Wang Lin perlahan membuka mata, menelan beberapa pil lagi untuk mengisi kembali energi spiritualnya.
"Awalnya setiap enam hari sekali, belakangan ini menjadi setiap empat hari sekali. Kodok Petir ini memang berguna, tapi pemeliharaannya terlalu boros energi spiritual. Ke depannya harus lebih perhatian, memberi energi spiritual lebih awal. Jika tidak, akan sangat berbahaya jika situasi ini terjadi di tengah pertarungan." Wang Lin bergumam.
Ia berdiri dan terbang menuju kompleks istana. Setelah mencari dengan teliti di dalamnya namun tak menemukan apapun, Wang Lin mulai menjelajah ke area yang lebih jauh.
Serpihan Jejak Dewa tempatnya berada tidak terlalu besar, tapi juga tidak kecil, hampir setara dengan Negara Zhao. Dengan sekali sapuan Shen Shi, area ini bisa tercover seluruhnya. Namun energi dunia dewa tidak bisa dideteksi oleh Shen Shi kecuali jaraknya sangat dekat.
Berkeliling di dalam serpihan Jejak Dewa ini, Wang Lin menghabiskan satu bulan untuk memeriksa seluruh area. Selain kompleks istana pertama tadi, tidak ada bangunan lain di sini.
Di permukaan tanah terlihat banyak lubang-lubang yang menggambarkan perjuangan para dewa dalam malapetaka besar di masa lalu.
Pada suatu hari, Wang Lin tiba di salah satu gunung lain di dalam serpihan Jejak Dewa ini selain Gunung Zimu. Meskipun gunung ini cukup tinggi, bentuknya agak aneh. Secara akurat, penampilannya menyerupai sebuah gembok besar!
Gunung ini masih terpelihara relatif utuh. Namun pepohonan yang banyak tumbuh di atasnya kini telah mengering dan mati. Ketika Wang Lin menyentuh batang pohon, kayu itu segera berubah menjadi abu.
Memandangi banyak batang pohon di gunung ini, Wang Lin tersenyum getir. Andai saja pepohonan ini tidak layu, alangkah baiknya. Setiap pohon di sini setara dengan kayu berumur ribuan tahun, bahkan beberapa telah melebihi sepuluh ribu tahun.
Dengan menggunakan kayu-kayu ini untuk membuat ukiran kayu, Wang Lin yakin kekuatan mistis pada patung-patung itu bisa ditingkatkan berkali-kali lipat. Sayang sekali...
Dengan perasaan tidak rela, Wang Lin terus mencari ke seluruh penjuru. Setelah memeriksa semua pohon di gunung tersebut, dia akhirnya menghela napas pasrah.
Di puncak gunung ini, Wang Lin menemukan sebuah gua persembunyian. Pintu gua tersebut retak, bagian dalamnya dipenuhi debu. Tempat ini tidak tersembunyi, Wang Lin juga tidak berharap bisa menemukan gua persembunyian yang belum pernah didatangi orang sebelumnya di sini.
Gua persembunyian itu tidak besar, hanya terdapat tujuh delapan ruang batu. Setelah memeriksa seluruh bagian dalam, Wang Lin menemukan tempat itu kosong melompong. Rupanya sudah tak terhitung tahun yang lalu, seseorang telah menjarah habis semua isinya.
Sebelum memasuki gua ini, Wang Lin sudah mempersiapkan mental. Meski tak mendapatkan apa-apa, hal itu tidak mengganggu perasaannya. Tujuan kedatangannya ke sini adalah untuk memeriksa apakah masih ada sisa-sisa Larangan yang rusak di dalam gua.
Ia ingin melihat seperti apa wujud Larangan milik dewa. Jika bisa memahami sebagian, hal itu akan sangat membantu pencapaian tahap tengah dari 999 kelompok Bendera Larangan-nya.
Saat memeriksa dengan cermat, ia menemukan hampir semua Larangan telah menghilang ke alam semesta. Namun bukan berarti tidak ada sama sekali. Di luar sebuah ruang batu, Wang Lin menemukan secarik sisa Larangan yang membuatnya cukup gembira.
Larangan ini mungkin tidak terlalu kuat, hanya berfungsi sebagai penghalang pintu. Meski sudah dihancurkan orang, di tepi dinding batu masih tersisa jejak hawa. Sorot mata Wang Lin berkilat saat mempelajarinya.
Larangan dewa memiliki kemiripan dengan Larangan kuno yang dikuasai Wang Lin, namun struktur internalnya agak berbeda. Sebenarnya Larangan adalah bentuk formasi, hanya lebih fleksibel dibanding formasi biasa.
Tiga hari kemudian, Wang Lin meninggalkan gua persembunyian. Jejak Larangan itu telah terukir kuat dalam ingatannya.
Menuruni gunung, Wang Lin hendak pergi. Tiba-tiba ekspresinya berubah. Semua pepohonan di gunung yang sebelumnya telah diperiksanya satu per satu, kini berubah menjadi abu yang menghilang.
Tapi sekarang, abu-abu ini justru melayang di udara seolah digerakkan oleh kekuatan gaib, bergerak perlahan.
Wang Lin tetap tenang. Tubuhnya perlahan terbang ke udara. Dari ketinggian, tatapannya menukik ke bawah dan matanya langsung membeku.
Dari posisinya, saat melihat ke bawah, ia melihat abu-abu itu ternyata membentuk dua karakter!
"Selamatkan aku!" Wang Lin mengerutkan kening.
Abu-abu itu perlahan menghilang. Wang Lin segera menyadari bahwa dari ketinggian, gunung ini semakin menyerupai gembok, sementara gua persembunyian itu adalah inti kuncinya.
Wang Lin merenung sejenak, tidak melanjutkan investigasi. Tempat ini terasa terlalu iblis, ia tak ingin menyelidiki lebih jauh.
Yang terpenting, Wang Lin yakin dirinya bukanlah orang pertama yang menyadari keanehan gunung ini. Lalu mengapa selama ribuan tahun gunung ini masih berdiri? Memikirkan ini, Wang Lin semakin enggan menyelidiki. Tubuhnya mundur perlahan, menjauh dari lokasi.
Bahkan jika di sini terkunci seorang dewa sekalipun, Wang Lin takkan menumbuhkan niat serakah dalam kondisi hidup-matinya sendiri belum terjamin.
Selama hari-hari ini, Wang Lin telah menjelajahi serpihan Jejak Dewa tempatnya berada. Karena tak menemukan lagi energi dunia dewa, ia memutuskan untuk pergi ke serpihan lainnya.
Sebelum pergi, Wang Lin mengisi lingkaran pengendali binatang dengan energi spiritual terlebih dahulu. Kemudian, ia pergi ke lokasi di udara tempat kultivator berjubah biru itu tertransmigrasi. Setelah terdiam sejenak, ia mengeluarkan lonceng.
Metode meninggalkan serpihan Jejak Dewa, menurut pemahaman Wang Lin sebelumnya, adalah dengan terus naik ke langit sampai menembus penghalang langit. Setelah itu, akan muncul kembali di pusaran gerbang Jejak Dewa awal, lalu masuk kembali dan mendarat secara acak di salah satu serpihan.
Tapi metode kemunculan kultivator berjubah biru ini sungguh sangat mistis - ternyata muncul melalui formasi teleportasi. Hal ini membuat Wang Lin membuat spekulasi berani.
Beberapa sekte kuno yang telah berkali-kali memasuki Gerbang Jejak Dewa, telah membangun beberapa formasi teleportasi di dalamnya. Ini memungkinkan murid sekte mereka melakukan transmigrasi antar serpihan Jejak Dewa yang telah dijelajahi oleh sekte tersebut.
Wang Lin matanya berkilat, melemparkan lonceng di tangannya ke depan, kemudian membuat beberapa sempalan tangan di atasnya, kembali memurnikan. Dua hari kemudian, Wang Lin menghitung waktu, seharusnya kultivator Transformasi Dewa itu, meski ada serangan balik sebelum mati, sudah hampir selesai dimurnikan.
Memikirkan ini, tangan kanannya menggerakkan, lonceng itu segera membesar, kemudian dengan suara 'bum', bagian bawah mengeluarkan aura pelangi, perlahan membuka.
Tampak di dalamnya hanya tersisa sebuah kantong penyimpanan dan sebilah pedang legendaris. Namun saat terbuka, pedang itu berdengung keras, seberkas energi pedang sebesar lengan melesat dengan gemuruh.
Wang Lin tertawa dingin, menghentakkan jari. Energi pedang itu menghilang, dari dalam terdengar teriakan penuh ketidakrelaan, segenap kekuatan Yuan Shen musnah tak bersisa.
Ternyata kultivator berjubah biru itu sebelum meninggal, menyembunyikan Yuan Shen di dalam pedang, mempersiapkan serangan balasan sebelum kematian. Namun seiring berjalannya waktu dan proses pemurnian yang terus menerus, Yuan Shen-nya perlahan tak mampu bertahan. Serangan balasan terakhirnya digagalkan dengan mudah oleh Wang Lin secara tak kasat mata, layaknya janin yang mati dalam kandungan!
