Wang Lin menyapu sekilas dengan Shen Shi, mengerutkan kening. Rangka ini terlihat aneh: tulangnya berwarna abu-abu keputihan yang terasa mencurigakan. Patut diketahui bahwa keberadaan rangka di tempat ini bukan hal aneh, namun jika sudah lama, warna tulang pasti akan berubah dan menunjukkan tanda pengikisan. Tapi tulang ini sama sekali tidak mengalami fenomena tersebut.
Gumpalan cahaya di tangan rangka itu juga mengeluarkan seberkas energi dunia dewa, jelas menunjukkan ini bukan benda biasa.
Namun entah mengapa, Wang Lin merasakan perasaan krisis. Setelah merenung sebentar, ia memilih mengamati dengan tatapan dingin.
Mata Kakak Senior Ketiga berkilat, "Adik Seperguruan Keenam, kau yang periksa. Lihat apa itu gumpalan cahaya di tangan rangka itu."
Adik Seperguruan Keenam sedikit ragu-ragu, mengangguk dan maju. Ia melangkah beberapa kali menuju kerangka, tepat saat hendak membungkuk, pandangan Wang Lin berkilat. Perasaan krisis di hatinya semakin jelas.
Tiba-tiba Kakak Senior Ketiga berseru: "Mundur!" Sambil menggerakkan tangan kanannya, pedang legendaris di belakangnya segera melayang. Sinar pedang melesat dengan cepat, menghujam ke angkasa di depan Adik Seperguruan Keenam.
Kerangka itu berdebam berubah menjadi debu yang menghilang. Gumpalan cahaya melayang, namun serat halus tiba-tiba menjentik darinya. Secepat kilat, serat itu menerobos ke antara alis Adik Seperguruan Keenam.
Saat energi pedang tiba, serat halus itu menderu penuh kekecewaan. Tiba-tiba berbalik arah, menerobos masuk ke lubang di samping dan menghilang tanpa jejak.
Adegan ini terjadi secepat kilat. Keringat membasahi dahi Adik Seperguruan Keenam. Ia menatap Kakak Senior Ketiga tanpa sepatah kata pun.
"Adik Seperguruan Keenam, kejar!" Mata Kakak Senior Ketiga memancarkan kegembiraan liar. Setelah melemparkan kalimat itu, ia segera melesat menuju arah serat halus tersebut.
Adik Seperguruan Keenam ragu sejenak, kemudian mengeratkan gigi dan mengikuti.
"Saudara Senior, apa itu tadi?"
"Kita beruntung. Jika tak salah kukenali, ini adalah pakan Makhluk Immortal. Benda ini sangat disukai para Makhluk Immortal. Umumnya, di sekitar tempat benda ini ada, mungkin terdapat roh Makhluk Immortal. Kerangka tadi, kuduga adalah korban serangan licik makhluk itu yang menyerap seluruh darah dan dagingnya. Jangan tersinggung, Adik. Aku juga baru menyadarinya, kalau tidak, takkan kusuruh kau mendekat tadi." Kakak Senior Ketiga menjelaskan sambil terus mengejar.
"Makanan sekadar Makhluk Immortal saja memiliki kekuatan seperti itu. Andai tadi ia berhasil menerobos antara alisku, mungkin sekarang aku sudah menjadi kerangka..." Adik Seperguruan Keenam menunduk, sorot matanya berkilat samar sambil berkata perlahan.
“Adik jangan panik! Makhluk ini hanya mengandalkan serangan fisik murni tanpa ilmu dan kemampuan supernatural. Bahkan mereka sangat takut pada teknik kultivasi. Selama tidak masuk ke dalam tubuh, cukup mudah diatasi. Cukup kau lepaskan energi pedangmu, pasti akan terbelah dua!” Kakak Senior Ketiga tertawa lebar berkata.
Dalam pengejaran itu, Wang Lin mengikuti dari belakang. Matanya berkilat samar, hatinya tertawa dingin. Meski terlihat akrab sebagai sesama anggota sekte, dari kecerdikannya Wang Lin langsung tahu: niat Kakak Senior Ketiga ini penuh kelicikan.
Adegan sebelumnya jelas memperlihatkan: senior ini telah merasakan keanehan, lalu menyuruh juniornya memeriksa sebagai umpan untuk memancing keluar apa yang disebut "makanan makhluk immortal" ini.
Wang Lin mengikuti dari jarak aman, Shen Shi-nya terus mengawasi ketat ke depan.
Terlihat kedua anggota sekte itu menerobos melintasi satu demi satu gua persembunyian. Pengejaran terus berlanjut ke bawah, semakin dalam memasuki jantung kompleks kediaman bawah tanah ini.
Kakak Senior Ketiga merasa sedikit gelisah di hatinya. Meskipun sebelumnya pernah sekali mengunjungi kediaman Makhluk Immortal ini, namun belum pernah masuk sedalam ini. Tanpa sadar dia mulai ragu apakah akan melanjutkan pengejaran.
Pada saat itu, Shen Shi Wang Lin melihat di depan, kecepatan pakan Makhluk Immortal itu tiba-tiba melambat. Dari lubang sebesar kepalan tangan di ujung, benda itu menghilang seketika dan menerobos masuk.
Shen Shi Wang Lin mengikuti ketat di belakangnya. Begitu masuk, raut wajaknya langsung berubah. Di dalam lubang kecil itu, dinding-dinding dipenuhi oleh begitu banyak benang tipis yang tak terhitung. Ujung-ujung benang ini menempel di dinding, sementara ujung lainnya bergerak perlahan seperti terombang-ambing.
Di pusat lubang kecil tersebut terdapat sepotong giok putih. Energi dunia dewa yang pekat terus-menerus menguar dari batu giok ini.
Di samping batu giok, terdapat rangka manusia berwarna hitam legam yang memancarkan sinar keunguan. Rangka ini mengenakan pakaian compang-camping, namun di bagian dadanya tertancap lempengan besi emas yang sesekali memancarkan tekanan aura.
Selain itu, di tulang tangan orang ini juga memegang sebuah Pedang Terbang. Bentuk pedang terbang ini sangat mirip dengan pedang dewa yang pernah dilihat Wang Lin dalam ilusi!
Selain itu, hal yang paling membuat Wang Lin terkejut adalah ia melihat jelas seutas benang tipis hitam bolak-balik menerobos tulang belulang itu. Setiap kali mengebor, tulang itu akan bergetar hebat seolah hidup kembali.
Langkah Wang Lin terhenti. Tanpa ragu ia segera mundur, menemukan cekungan tanah lalu menepuk kantong penyimpanan. Dengan menggoyangkan Bendera Larangan, tubuhnya langsung terbungkus dan menyatu sempurna dengan dinding sekitarnya.
Sang Kakak Senior Ketiga yang mengejar di depan menyebarkan Shen Shi-nya. Begitu mendeteksi keanehan di lubang kecil itu, tubuhnya langsung terpaku di tempat. Raut wajaknya pucat pasi—di dalam lubang itu diperkirakan terdapat puluhan ribu "makanan dewa".
Saat itu juga Adik Seperguruan Keenam menyadari pemandangan ini. Mukanya langsung berkerut masam. Keduanya saling memandang lalu perlahan mulai mundur.
Namun, sudah terlambat. Serat-serat halus tiba-tiba menyembur dari lubang kecil itu, berubah menjadi kilatan-kilatan cahaya perak yang melesat dengan cepat. Dalam sekejap, mereka sudah berada di depan kedua orang itu.
Raut wajah Kakak Senior Ketiga berubah drastis. Tanpa ragu sedikitpun, ia meneriakkan mantra: "Pedang Kembar Turun ke Dunia!"
Pedang legendaris melayang ke udara lalu menyambar ke bawah secara tiba-tiba. Bersamaan dengan itu, adik seperguruannya yang keenam juga mengeratkan gigi dan mengaktifkan pedangnya. Dua bilah pedang itu menyilang dalam sambaran.
Dua aliran energi pedang bagaikan naga raksasa yang mengaum, menyambar silang ke bawah. Semua serat halus yang menghalangi lenyap seketika. Energi pedang itu menghunjam ke lubang dengan gemuruh, langsung membuka celah selebar tiga zhang. Kekuatan pedang kembar ini membuat kediaman makhluk immortal yang memang tidak terlalu kokoh itu mulai runtuh di beberapa bagian.
Dari celah itu, semakin banyak serat halus menerobos keluar. Di antara serat-serat itu, terlihat jelas sebuah garis hitam yang sangat mencolok.
"Pergi!" Kakak Senior Ketiga melemparkan kalimat itu, segera mundur. Adik Seperguruan keenam mengikuti dari belakang, hatinya berdebar kencang, bulu kuduknya merinding.
Kecepatan mundur keduanya jelas tak mampu menyaingi serat halus. Baru beberapa langkah mundur, serat-serat itu sudah memenuhi langkat dan bumi mengejar. Saat hendak menubruk, cahaya kejam berkilat di mata Kakak Senior Ketiga. Tanpa bicara, telapak tangannya menekan titik jantung belakang adik keenam.
Adik keenam tiba-tiba menoleh, matanya memancarkan ekspresi mengejek. Tangan kanannya mencengkeram lengan Kakak Senior Ketiga: "Kakak Ketiga, mau apa?!"
Saat bicara, aura di seluruh tubuhnya tiba-tiba berubah. Dari kultivator baru Transformasi Dewa, tingkat kultivasinya langsung melonjak. Dalam sekejap menunjukkan kekuatan Transformasi Dewa tahap menengah. Dengan tarikan, wajah Kakak Ketiga yang ketakutan itu terlihat jelas. Setelah merampas kantong penyimpanan dan pedang legendarisnya, dilempar ke arah belakang.
"Kamu..." Kakak Senior Ketiga terkejut, sebelum sempat menyelesaikan ucapannya, kumpulan benang tipis yang luar biasa banyak itu langsung menyerbu. Dari seluruh tubuhnya, benang-benang itu menerobos masuk. Hanya dalam sekejap mata, tubuh fisik kultivator Transformasi Dewa tahap awal itu hanya menyisakan kerangka mayat.
Jiwa Yuan Shen-nya segera melesat keluar dari tubuhnya. Tepat pada saat itu, Adik Keenam matanya berkilat, kedua tangannya membentuk mantra dengan jari-jarinya, menghantam udara dengan beberapa gerakan mantra untuk menghalangi.
Jiwa Yuan Shen itu terhenti sejenak, kehilangan kesempatan melarikan diri. Tiba-tiba di belakangnya muncul seutas benang tipis hitam yang berubah menjadi kilat hitam, menerobos masuk ke dalam Jiwa Yuan Shen. Setelah mengaliri seluruh bagian, Jiwa Yuan Shen itu langsung lunglai dan dengan paksa ditelannya untuk diserap.
"Maafkan aku, Saudara Senior!" Dalam Shen Shi-nya, Adik Keenam melihat pemandangan ini dan mempercepat kecepatannya. Dengan pengorbanan saudara seniornya, ia berhasil memperoleh kesempatan untuk melarikan diri.
Saat orang ini melewati tempat persembunyian Wang Lin, mata Wang Lin berkilat, namun tidak bertindak gegabah.
Adik Seperguruan keenam melesat melewati Wang Lin. Beberapa sekejap napas kemudian, segerombolan benang tipis mengejar tanpa henti. Saat melewati tempat persembunyian Wang Lin, tubuhnya tegang luar biasa.
Di antara gerombolan benang tipis yang melintas cepat itu, benang hitam sempat berhenti sejenak, namun segera melesat lagi mengejar Adik Seperguruan keenam yang masih berlari.
Setelah semua benang tipis itu berlalu, Wang Lin menunggu beberapa saat sebelum tiba-tiba melesat keluar, menyambar ke arah gua yang tercipta akibat ledakan energi pedang.
Tubuhnya secepat kilat, dalam sekejap mata sudah berada di dalam gua. Seketika, dinding gua kembali memunculkan benang-benang tipis yang menyerbunya. Wang Lin mendengus halus, tangan mengibarkan Bendera Larangan sehingga tubuhnya langsung terbungkus kabut hitam yang menghalangi serangan benang.
Menyadari waktunya terbatas, tanpa ragu sedikitpun ia menggapai pedang terbang di tangan kerangka dari kejauhan.
Namun di atas Pedang Terbang itu, tiba-tiba berkilau tekanan aura yang dahsyat. Tangan Wang Lin seolah menekan duri, langsung muncul titik-titik darah kecil. Terkejut, ia buru-buru menarik tangan.
Saat itu, serat-serat halus di luar gua telah berbalik arah. Yang terdepan adalah serat halus hitam yang iblis itu. Melihat ini melalui Shen Shi, Wang Lin meninggalkan pedang dan menghantam udara untuk meraih giok. Batu giok itu langsung terpegang di tangannya.
Dengan tegas ia mengurungkan niat mengambil lempengan besi di dada kerangka mayat. Dengan kecepatan tertinggi, ia melesat keluar dari gua persembunyian menyusuri sisi. Hampir bersamaan dengan kepergiannya, serat-serat itu kembali ke gua. Seketika terdengar auman mengerikan dari dalam. Serat hitam itu tiba-tiba melesat keluar, ujungnya bergetar cepat sebelum akhirnya mengejar arah pelarian Wang Lin.
Wang Lin telah mengerahkan seluruh kecepatannya, melintasi satu demi satu gua. Saat bergerak, jarinya menekan titik antara alisnya, memanggil hantu pengembara untuk meninggalkan bekas pikiran spiritual yang kemudian berpencar, bertujuan untuk mengacaukan pelacakan.
Dalam pelariannya, Wang Lin menyadari bahwa hantu pengembara yang dilemparkannya sedang menghilang dengan cepat. Melalui penglihatan spiritualnya, ia melihat benang tipis hitam itu seperti kegilaan - tidak melewati lorong gua melainkan menembus dinding batu, menghancurkan satu per satu hantu pengembara dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Di dalam Kediaman Makhluk Immortal yang penuh jaringan gua, banyak lorong telah terkubur dalam-dalam akibat malapetaka di masa lalu. Dua serangan energi pedang tadi menimbulkan keruntuhan di berbagai tempat.
Saat ini, benang tipis hitam yang mengamuk itu melaju tanpa henti. Satu persatu ruang kediaman tidak mampu menahan kerusakan penetrasi ini, akhirnya runtuh dengan gemuruh.
