Meski Shen Shi Wang Lin tidak menyebar, ada getaran halus yang menghubungkannya dengan hantu-hantu ini. Tak lama kemudian, raut wajaknya tiba-tiba berubah.
“Ada keanehan sepuluh li di depan!” Wang Lin segera mengirimkan seberkas pikiran spiritual.
Di depan kompas berjarak sepuluh li, makhluk raksasa bergoyang perlahan. Makhluk ini menyerupai gurita besar dengan ribuan tentakel tebal yang melambai seiring gerakan tubuhnya.
Salah satu hantu pengembara yang mendekat, langsung disentuh oleh tentakel dan seketika menghilang sepenuhnya.
Wang Lin menarik napas dalam-dalam, memindahkan rekaman visual ini ke kesadarannya melalui proyeksi spiritual.
Tanpa berkata-kata, Chi Hu langsung mengubah arah kompas untuk menghindar. Saat bermanuver, sebuah tentakel menyapu tepi kompas.
"Bum!"
Kompas bergemuruh hebat, terhempas keras ke arah utara sambil berputar tak terkendali.
Wang Lin merasakan kekuatan dahsyat menghantam, lima organ dalam dan enam organ penyimpan-nya seolah ditabrak sepuluh ribu jin. Darah segar memenuhi mulutnya, namun ditelannya kembali.
“Kompas itu masih berputar, dalam sekejap mata telah terbang sangat jauh.”
“Raut wajah Chi Hu kemerahan, sudut mulutnya berdarah, kedua matanya memerah. Dengan teriakan keras, setelah waktu yang lama, barulah kompas perlahan stabil. Seluruh tubuhnya seolah kehabisan tenaga, napasnya kasar, mengambil pil dari kantong penyimpanan dan menelannya.”
“Hong Die juga terlihat compang-camping, pandangannya menunjukkan secara langka sepercik keterkejutan.”
“Tak diketahui berapa lama waktu berlalu, Chi Hu menarik napas dalam-dalam, menyebarkan pikiran spiritual: 'Untunglah Saudara Zeng lebih dulu menyadari, kalau tidak, kami bertiga mungkin sudah menemui ajal di sini.'”
“'Makhluk iblis apa itu?' tanya Hong Die.”
“'Aku juga tidak mengenal makhluk ini. Tapi makhluk yang menghuni kehampaan dunia dewa, kekuatannya sama sekali tak bisa dibandingkan dengan kita. Hanya satu helai sungut yang nyaris menyenggol saja, sudah hampir merenggut nyawa kita. Menakutkan!' kata Chi Hu dengan suara gemetar.”
“'Makhluk ini bernama Xu.' Wang Lin berkata perlahan.”
"Saudara Zeng mengenal makhluk ini?" Chi Hu bertanya dengan heran.
"Xu ini termasuk makhluk kehancuran kecil, menelan bumi untuk hidup dan menghembuskan energi yin. Di zaman kuno, bahkan kultivator kuno pun sering membutuhkan beberapa orang untuk mengepungnya agar bisa menang," kata Wang Lin.
Dalam ingatan Dewa Kuno Tu Si terdapat deskripsi makhluk ini. Di tubuhnya terdapat tiga harta: Pertama, kumisnya yang merupakan material pembuatan senjata kelas atas. Kedua, otak Xu yang jika ditelan dapat menambah umur. Ketiga, Pil Xu - benda transformasi langka di dunia, menelannya memberi kekuatan sepuluh ribu jin.
Klan Dewa Kuno sangat menyukai makhluk ini, mengingat mereka berlatih kekuatan tubuh fisik.
Informasi-informasi ini tidak diungkapkan oleh Wang Lin.
"Pengetahuan Saudara Zeng yang luas sungguh mengagumkan," puji Chi Hu.
"Siapa tahu benar atau tidak, jangan-jangan cuma ngasal kasih nama," sindir Hong Die dengan nada dingin.
Wang Lin berkata datar: "Bodoh!"
"Kau!" Mata Hong Die berkilat.
Chi Hu pusing, hendak berbicara ketika Wang Lin berkata, "Benda ini biasanya harus disimpan, hanya saat mencari makan baru akan berpencar. Saudara Chi Hu, cepat terbang ke utara! Saat mencari makan, benda ini akan mengeluarkan aura mistis berwarna Merah yang bukan tandingan kita."
Chi Hu tertegun. Jika melanjutkan ke utara dari sini, mereka akan benar-benar kehilangan arah. Ia pun ragu-ragu. Sebenarnya, ia sendiri juga meragukan perkataan Wang Lin sebelumnya, hanya saja ia tidak akan membongkar langsung seperti Hong Die.
Wang Lin menghela napas dalam hati, bangkit berdiri, tanpa bicara langsung menginjakkan kaki. Seketika ia meluncur keluar dari kompas. Bendera Larangan langsung membungkus seluruh tubuhnya dan melesat pergi ke utara.
"Saudara Zeng!" Chi Hu kaget.
"Lebih baik dia pergi. Aku tidak percaya dia benar-benar mengenal makhluk itu," Hong Die berkata dingin.
Chi Hu mengerutkan kening. Untuk memastikan, ia menggigit gigi dan mengambil risiko menyebarkan Shen Shi ke arah selatan. Tak lama kemudian, raut wajaknya berubah. Di kejauhan terlihat gelombang energi merah tak berujung yang menyebar dengan cepat dan menghantam dari jauh.
Chi Hu terkejut. Tanpa bicara, ia segera mengontrol kompas dan terbang cepat ke utara.
Hong Die juga tertegun. Setelah menyapu sekilas dengan Shen Shi, wajahnya langsung berubah suram.
Setelah meninggalkan kompas, Wang Lin melesat dengan kecepatan tinggi ke utara. Meski tak tahu kekuatan gelombang energi merah itu, ingatan Tu Si Dewa Kuno menyimpan kenalaman mendalam tentang gelombang tersebut.
Karena itulah ia tak ragu meninggalkan kompas dan terbang sendirian.
Raut wajak Chi Hu muram saat ia mengontrol kompas untuk terbang cepat. Namun kabut Merah yang mengerikan itu nyaris langsung menerjang.
"Krak"
Sudut kompas, saat menyentuh gelombang energi merah, secara iblis menghilang, seolah ditelan hidup-hidup.
Kompas bergetar hebat, Chi Hu memuntahkan darah segar, bahkan Hong Die pun menunjukkan kemerahan tidak wajar di wajaknya.
"Hong Die, turun tangan! Aku fokus mengontrol kompas, tak sempat menggunakan ilmu untuk melawan!" teriak Chi Hu, keringat dingin mengucur di dahinya, hatinya dipenuhi penyesalan karena tidak mendengarkan nasihat Zeng Niu. Andai kompas bergerak dengan kecepatan penuh, bagaimana mungkin mereka menghadapi tribulasi ini.
Hong Die tanpa bicara menekan antara alisnya, mawar ajaib muncul kembali. Dengan tangan kanan, ia memetik dua kelopak dan melemparkannya ke arah gelombang energi merah.
"Bum" "Bum"
Dua ledakan menggemparkan langit dan bumi menggema. Gelombang energi merah langsung terhenti dan meledak ke segala arah. Tenggorokan Hong Die terasa manis, ia memuntahkan darah segar dalam jumlah besar.
Memanfaatkan jeda gelombang energi, Chi Hu dengan mata merah menyala, mengontrol kompas dengan gila-gilaan, menerobos keluar dari gelombang energi merah itu. Namun belum sepenuhnya lepas dari bahaya.
Gelombang energi merah yang terkena hantaman kelopak mawar itu membuka celah lebar. Tapi celah ini kini bagai mulut raksasa yang cepat-cepat menyambar kompas untuk menelannya.
"Gemuruh!"
Mulut raksasa itu mengatup. Kompas kembali bergetar hebat, retakan muncul di permukaannya. Chi Hu nyaris kehilangan tenaga, sementara Hong Die wajah pucat pasi.
"Gemuruh!"
Kali ini telanan berikutnya hanya selisih sehelai rambut.
Hong Die menggigit gigi, memetik benang sari dari bunga mawar, lalu melemparkannya ke gelombang energi.
"Bum!""Bum!""Bum!"
Dentuman dahsyat itu bahkan terdengar jelas oleh Wang Lin yang berada jauh di belakang. Senyum dingin mengembang di sudut bibirnya, kecepatannya semakin menjadi.
Mulut besar yang terbentuk dari gelombang energi penyerapan itu seketika menghilang. Kompas akhirnya berhasil menerobos keluar, berubah menjadi meteor yang tiba-tiba melesat ke utara.
Raut wajak Hong Die terlihat paling muram sepanjang sejarah. Kelopak bunga yang hilang bisa diisi ulang secara otomatis, namun benang sari hanya ada tiga. Setiap satu hilang, sangat sulit untuk menggantinya.
Saat terbang, tubuh Wang Lin tiba-tiba berhenti di udara. Dari kejauhan ia memandang ke belakang. Tak lama kemudian, terlihat kompas datang terbang compang-camping. Chi Hu yang melihat Wang Lin dari jauh tak bisa menahan senyum getir.
Pada momen ini, peran Wang Lin dalam hatinya membesar tak terhingga, bahkan telah melebihi Hong Die.
Ia menarik napas dalam-dalam. Kompas berhenti di samping Wang Lin. Dengan senyum getir ia berkata: "Saudara Zeng, naiklah dulu."
Wang Lin juga tak banyak bicara. Tubuhnya bergerak dan mendarat di sisi timur kompas, lalu duduk bersila.
Kompas ini kini telah kehilangan satu sudut, hanya menyisakan tiga arah: timur, barat, dan utara.
“Saudara Zeng, mengenai kejadian sebelumnya, aku mengakui kesalahan. Setelah gelombang energi merah itu, makhluk itu masih memiliki kemampuan apa lagi? Ke arah mana kita harus melanjutkan perjalanan?” kata Chi Hu dengan canggung.
Wajah Hong Die muram, tidak mengucapkan sepatah kata pun.
“Karena kita sudah lolos dari gelombang energi, untuk sementara tidak ada bahaya. Saudara Chi Hu bisa mengikuti arah di peta dan berusaha terbang sesuai itu,” kata Wang Lin dengan datar.
Chi Hu mengangguk pahit, dalam hati menghela napas. Perjalanan ini harus dipercepat, jika tidak kerusakan pada kompas ini akan menyulitkan penerbangan jarak jauh.
Beberapa hari kemudian, Chi Hu menemukan titik di peta. Kompas segera melesat mengikuti arah yang tertera.
Sepanjang perjalanan, Hong Die tetap diam membisu. Wang Lin yang memimpin pencarian jalur, sementara Chi Hu tidak lagi ragu dan sepenuhnya mengikuti semua instruksinya.
Dalam kehampaan itu, beragam makhluk hidup bermunculan. Sepanjang perjalanan, pengetahuan Wang Lin berkembang pesat. Banyak makhluk asing dari ingatan Dewa Kuno Tu Si yang ia temui satu per satu.
Di bawah arahan dini darinya, kompas berhasil terbang melewati dimensi kehampaan yang dipenuhi bahaya dengan penuh ketegangan namun aman.
Jarak ke tujuan semakin dekat.
Pelayaran di dalam kehampaan sangat memakan banyak waktu. Makhluk-makhluk asing itu tidak ada di setiap tempat. Sudah lebih dari sepuluh hari berlalu tanpa menemui bahaya apa pun.
Wang Lin duduk bersila di atas kompas, sesekali berdiskusi tentang Dao dengan Chi Hu. Keduanya merasa mendapat banyak pencerahan.
"Klan Raksasa kami sebenarnya bukan penduduk asli Planet Zhuque. Leluhur kami melakukan migrasi ribuan tahun silam. Karena itu, beberapa kemampuan supernatural kami tentu berbeda dengan kalian," ujar Chi Hu sambil tersenyum.
Wang Lin diam-diam mengangguk.
Waktu berlalu cepat. Suatu hari, saat Wang Lin sedang bermeditasi sambil merasakan keberadaan hantu pengembara, tiba-tiba matanya terbuka lebar menatap ke kejauhan. Melalui hantu pengembara, ia melihat benda terapung berukuran beberapa zhang.
Benda itu tampak seperti batu raksasa, memancarkan cahaya ungu dan emas.
"Jin Zi Shi!" Hati Wang Lin berdebar kencang.
Dalam ingatan Dewa Kuno Tu Si, di antara material pembuatan Kompas Bintang, terdapat satu bahan wajib yaitu batu ungu-emas ini. Seandainya belum melihat Kompas Bintang sebelumnya, mungkin Wang Lin tidak akan tertarik.
Namun saat ini, mata Wang Lin berkilat. Ia berdiri dan berkata dingin: "Saudara Chi Hu, tunggu sebentar. Aku melihat material pembuatan senjata di sana. Biarkan aku mengambilnya dulu sebelum kita melanjutkan perjalanan."
Tanpa menunggu jawaban, tubuhnya melesat cepat menuju lokasi batu ungu-emas.
"Saat mengalami Transformasi Biasa dan memahami Jalan Langit dulu, pernah kutemui senior yang menyebut diri Tian Yunzi. Dia bilang jika aku bisa meninggalkan Planet Zhuque, carilah dia di Planet Tianyun. Dia akan menerimaku sebagai murid sementara selama 100 tahun. Orang dengan tingkat kultivasi sehebat itu pasti luar biasa. Kesempatan ini tak boleh kusia-siakan. Kompas Bintang ini harus kudapatkan!" batin Wang Lin.
Dengan kecepatan penuh, tak lama ia tiba di lokasi batu ungu-emas besar itu. Menatap material berharga ini, ia menarik napas dalam-dalam sebelum menyimpannya ke kantong penyimpanan, lalu berbalik kembali.
Setelah kembali ke kompas, Chi Hu menanyakan bahan apa yang diambil, Wang Lin menghindar dengan senyuman.
Setelah lebih dari sebulan berlalu, Wang Lin terus-menerus menjelajahi sekitarnya, sayangnya tidak menemukan bahan lain lagi. Suatu hari, ketika kompas terbang di kehampaan, tiba-tiba bergetar hebat, celah-celah muncul di permukaannya dan menyebar dengan cepat.
Bersamaan dengan itu, hambatan kuat tiba-tiba muncul, melemparkan ketiganya dari kompas.
"Kawan, kompas rusak parah dan tidak bisa terus terbang. Kita bertiga harus melanjutkan dengan tenaga gaib. Untungnya jaraknya sudah dekat, dengan kecepatan penuh mungkin bisa sampai dalam tiga hari." Chi Hu tersenyum getir sambil menggerakkan tangan kanannya, kompas segera mengecil dan masuk ke genggamannya.
Tiga hari berlalu dengan cepat. Pada hari itu, Wang Lin melihat daratan dari kejauhan, tempat yang merupakan serpihan Jejak Dewa lapisan pertama.
