"Sayang sekali, bahan-bahan masih terbatas. Hanya bisa sedikit memperbaiki. Kompas Bintang ini sebelumnya juga belum sepenuhnya disempurnakan, karena kekurangan materi Bintang Hancur. Tanpa materi ini, kompas ini kehilangan sifat ofensifnya. Pantas disebut Kompas Bintang Sekunder."
"Selain itu, bagian yang hilang juga membutuhkan bahan lain untuk diperbaiki. Namun, meski begitu, penggunaannya sudah tidak bermasalah." Wang Lin menghela nafas dalam hati.
Mendengar pertanyaan Chi Hu, Wang Lin mengangguk sambil tersenyum: "Meninggalkan kehampaan ini, tidak masalah."
Chi Hu langsung lega. Selama beberapa hari ini, ia berkali-kali melihat makhluk aneh berkeliaran di sekitarnya. Ada yang mengabaikannya, tapi ada juga yang menunjukkan ketertarikan.
Meski akhirnya selalu penuh ketegangan namun aman, ia sama sekali tak ingin berlama-lama di tempat ini.
Wang Lin mengetuk Kompas Bintang dengan tangan kanannya. Seketika piringan itu membesar hingga dua kali lipat dari ukuran semula. Melepaskan kompas itu, tubuh Wang Lin bergerak lincah lalu duduk bersila di pusatnya.
“Chi Hu matanya berbinar, memandang dengan penuh ketertarikan beberapa saat, lalu duduk bersila di sudut timur.”
Di dalam kompas ini, tersimpan Shen Shi Wang Lin. Begitu duduk, ia langsung merasakan penyatuan sempurna, seolah Kompas Bintang telah menjadi bagian dari tubuhnya.
Begitu pikiran spiritualnya bergerak, Kompas Bintang langsung melesat dengan kecepatan beberapa kali lipat sebelumnya, tiba-tiba menghilang dari tempat semula.
“Kakak Zeng memang luar biasa! Kecepatan kompas ini jauh lebih cepat dari sebelumnya!” Chi Hu mengirimkan pikiran spiritual.
“Saudara Chi Hu, setelah dimodifikasi, kompas ini tidak memerlukan navigasi manual. Tenanglah bermeditasi, aku bisa mengontrolnya sendiri!” kata Wang Lin.
Kompas Bintang melesat bagai cahaya redup di hamparan kehampaan, melintasi makhluk-makhluk aneh satu per satu dengan kecepatan luar biasa.
Jika menemui makhluk berbahaya, Wang Lin akan segera mengitari dan melaju menghindar.
Awalnya, pengendalian kompas ini masih terasa kikuk bagi Wang Lin. Namun setelah beberapa hari menerbangkannya, ia sudah sangat mahir seolah kompas itu menjadi bagian dari tubuhnya sendiri.
Kecepatan ini mustahil dicapai oleh tubuh Wang Lin meski terbang sekuat tenaga. Hanya dengan teleportasi beruntun barulah bisa menyaingi Kompas Bintang.
"Barang ini memang harta karun agung. Cuma soal kecepatan saja, bahkan para kultivator Tahap Transformasi Bayi pun mungkin sulit mengejarnya." Wang Lin merasa senang dalam hati, yakin perjalanan ke dunia dewa ini tidak sia-sia dengan hasil yang melampaui imajinasinya.
Kompas Bintang, Giok Surgawi, Kereta Perang. Jika menambahkan Pagoda Giok Surgawi, hasilnya semakin luar biasa.
Belum lagi seorang budak Tahap Transformasi Bayi yang meski agak suka melawan majikan!
Saat ini, di salah satu serpihan dunia dewa yang masih relatif utuh, sisa-sisa kejayaanmasih bisa terlihat samar.
Permukaan tanah dipenuhi rumput hijau bergoyang, di kejauhan terlihat pegunungan awan putih saling bersilangan, menciptakan nuansa dunia dewa yang samar.
Tiba-tiba, seorang wanita cantik tak tertandingi mengenakan jubah putih muncul tanpa suara di udara. Di bawah kakinya mengapung seekor naga emas yang seluruh tubuhnya memancarkan energi pedang yang tajam.
Namun di antara alis naga emas itu, terdapat gumpalan kabut ungu yang sesekali menunjukkan wajah Zhou Yi yang pasrah.
"Jika dunia dewa masih ada, merendammu di kolam pembersihan dewa akan memulihkan jiwamu selama inti spiritualnya tak hancur. Tapi sekarang kolam itu telah lenyap. Hanya mengandalkan Pedang Immortal Hujan untuk memulihkanmu, prosesnya terlalu lambat."
"Ting'er, mengapa kau nekat begitu? Akumulasi energi dewa selama bertahun-tahun ini, mau kau habiskan semuanya?" Suara pasrah bergema dari kabut ungu di dahi naga emas.
"Kau adalah Dewa Kekaisaran yang ditahbiskan olehku. Selama aku tak mengizinkan, kau tak boleh mati! Dan ingat, namaku bukan Ting'er!" Wanita berjubah putih itu berkata dengan suara datar namun berwibawa.
Wajah Zhou Yi menunjukkan ekspresi kesakitan, setelah lama, berbisik pelan: "Benar, kau bukan Ting'er... Aku sudah mengingat segalanya... Karena kau bukan Ting'er, biarkan aku pergi... Aku sudah mati..."
Wanita berjubah putih itu terdiam, beberapa saat kemudian perlahan berkata: "Tapi... nama Ting'er ini, aku... sangat menyukainya."
Zhou Yi tertegun, sorot matanya memancarkan kegembiraan, berbisik lembut: "Ting'er..."
"Hmm..." Wanita berjubah putih terdiam sejenak, mengangguk, kemudian mengangkat tangan gioknya, menekan lembut serpihan Jejak Dewa di bawahnya sambil melantunkan beberapa mantra jernih.
Seketika, bumi bergemuruh hebat, retakan tak terhitung muncul, lapisan demi lapisan cahaya emas tiba-tiba menyala dari permukaan tanah.
Segera, semua cahaya emas ini terkonsentrasi pada satu titik. Tanah di bawah titik itu langsung runtuh total. Suara gemuruh pedang tiba-tiba menggema dari kedalaman bumi, menembus langit dan bumi, menderu melintasi sembilan wilayah, mengguncang seluruh penjuru dunia dewa.
Naga emas di bawah wanita berjubah putih, tertarik oleh gemuruh pedang itu, langsung mengangkat kepala dan mengaum. Seketika, dari kedalaman bumi, di tengah gemuruh pedang, juga terdengar suara auman yang sama.
"Pedang Hujan Kedua, keluarlah!"
"Bum!"
Bumi benar-benar retak. Seekor naga emas menerjang keluar dengan ganas. Gerakannya membuat tanah di mana-mana ambruk, berubah menjadi kehampaan. Setelah muncul, naga emas ini langsung saling berkelindan dengan naga di bawah kaki wanita berjubah putih. Keduanya terus-menerus mengaum, menunjukkan ekspresi kegembiraan seperti belum bertemu selama ribuan tahun.
Saat ini, di kehampaan yang berjarak ribuan li dari sini, sesosok Orang tua berbaju hijau dari Sekte Pedang Daruo yang duduk di atas makhluk qilin tiba-tiba membuka matanya yang sebelumnya terpejam. Sorot matanya memancarkan dua kilatan listrik.
Pada detik dia membuka mata, makhluk kuat semi-transparan di kehampaan di depannya langsung menjerit kesakitan dan kabur panik.
"Pedang Hujan lagi! Pedang Immortal Hujan total ada lima. Dulu hancur satu, tersisa empat! Dua dari empat pedang sudah muncul, entah bisa memanggil jiwa pedang yang hancur ribuan tahun lalu atau tidak. Kalau berhasil, di seluruh dunia dewa ini, semua tempat ada jiwa pedang akan mengeluarkan ribuan pedang!" Orang tua ini menggerakkan bibirnya, menunjukkan senyum penuh keyakinan, lalu menepuk lembut makhluk qilin di bawahnya: "Kalau dewa-dewa zaman dulu masih ada, dengan tingkat kultivasi Lao Fu tentu tidak bisa dapatkan Pedang Hujan. Tapi sekarang..."
Sorot matanya berkilat, kecepatan makhluk qilin di bawahnya semakin meningkat. Tak lama kemudian, raut wajak orang tua ini tiba-tiba berseri-seri.
"Terpanggil!"
“Pada zaman dahulu ketika tribulasi melanda dunia dewa, Jiwa Pedang Hujan hancur berkeping-keping, menyatu ke dalam tak terhitung pedang immortal menjadi jiwa-jiwa yang terfragmentasi. Hari ini, Zhou Yi, Aku menganugerahimu gelar Jiwa Pedang. Berkumpullah kembali! Jiwa Pedang, Tampillah!”
Di bawah wanita berjubah putih, dua naga emas saling melilit sambil mengaum. Dalam pancaran cahaya keemasan, wanita itu menyatukan kedua tangannya membentuk mudra guci suci, seraya berkata dengan suara berat.
Saat suaranya menggema, seluruh dunia dewa - setiap serpihan, baik yang berpenghuni maupun kosong - bergetar hebat. Guncangan bumi ini bukanlah collapse total, gemetar langit ini bukanlah retakan dimensi.
Satu per satu Pedang Immortal melesat keluar dari perut bumi. Pedang-pedang terbang membentuk diri di udara. Gemuruh Pedang bermula dari satu serpihan, merambat melalui ribuan pedang immortal, lalu menyatu menjadi harmoni tunggal.
Hampir dalam sekejap mata, gemuruh pedang bergema dari setiap serpihan dunia dewa, menggemparkan langit dan bumi. Pada momen ini, hanya ada satu suara yang mendominasi seluruh alam!
Itu adalah suara pedang!
Seorang murid Sekte Pedang Daruo sedang mengendalikan pedang legendaris untuk membunuh dan merampas harta. Saat pedangnya menghunjam, ia melihat ekspresi panik lawannya, senyum dingin mengembang di sudut bibirnya.
Namun senyum itu segera berubah menjadi kebekuan. Gemuruh pedang bergema dari segala penjuru lokasinya, memenuhi seluruh pendengarannya dengan deru senjata.
Pedangnya yang baru saja diayunkan tiba-tiba berderak-derak saat menghantam. Retakan segera menyebar, dan dalam sekejap mata, pedang legendaris itu hancur berkeping-keping...
Di fragmen lain, para kultivator yang sedang terbang dengan pedang tiba-tiba kehilangan kendali. Begitu gemuruh pedang menggelegar di angkasa, senjata di bawah kaki mereka langsung collapse total dan remuk.
Seorang wanita paruh baya yang baru turun dari pusaran energi ke sebuah fragmen mendengar gemuruh pedang yang mengguncang langit-bumi. Dalam kepanikan, ia secara refleks menepuk kantong penyimpanan dan mengeluarkan pedang terbang pelangi.
Pedang Terbang ini adalah harta karun agung dari sektenya. Namun, begitu pedang ini keluar dari kantong penyimpanan, seketika hancur berkeping-keping...
Pada momen ini, semua kultivator yang sedang mencari energi dewa di dunia dewa, tak peduli tingkat kultivasinya, selama ada Pedang Terbang di sekitar mereka, pedang itu pasti akan remuk.
Pedang hancur, demi menyucikan diri!
Pedang hancur, demi mempersembahkan jiwa!!
Pedang hancur, demi kegilaan pedang!!!
Pedang Immortal Hujan, kini memiliki jiwa baru - jiwa tersebut tak lain adalah Zhou Yi!
Jiwa Pedang Hujan kembali menjarah dunia dewa, ribuan pedang patah serentak, ribuan pedang bergemuruh, ribuan pedang menyatu menjadi satu!
Pedang-pedang immortal yang muncul dari serpihan-serpihan daratan, pedang-pedang yang tersembunyi di kedalaman bumi menerobos keluar, semua terbang menuju satu arah yang sama.
Siapa pun yang menghalangi jalan - Bunuh!
Manusia menghalangi? Bunuh manusianya! Bumi menghalangi? Hancurkan buminya! Langit menghalangi? Musnahkan langitnya! Binatang menghalangi? Sembelih binatangnya!
Di kehampaan, terdapat seorang sarjana paruh baya. Pria ini berjalan dalam kegelapan, sementara semua binatang ajaib menghindar dari kejauhan dan tidak berani mendekat. Tiba-tiba, ia mendengar gemuruh pedang dan raut wajanya berubah sedikit.
"Terpicu!"
Secara bersamaan, semburan cahaya pedang tiba-tiba datang dari kejauhan. Meski memiliki kemampuan supernatural, sarjana itu tetap harus menghindar. Tubuhnya berkelebat dan menghilang dari tempat semula. Setelah cahaya pedang itu lenyap, sorot matanya berkilat dan ia segera mengejar.
"Cukup ikuti cahaya pedang ini, pasti akan menemukan Pedang Immortal Hujan!"
Bukan hanya dia yang memiliki pemikiran ini. Saat ini, semua kultivator dalam serpihan Jejak Dewa sedang mengejar kelompok pedang yang muncul di sekitar mereka. Mereka ingin melihat harta apa yang bisa membuat pedang-pedang ini menggila.
Wang Lin yang berada dalam kompas segera berhenti saat mendengar gemuruh pedang. Chi Hu mengubah raut wajanya dan berkata dengan suara berat, "Kakak Zeng, sepertinya terjadi masalah besar!"
Belum selesai bicara, tiba-tiba di kejauhan muncul barisan cahaya pedang yang tak terhitung jumlahnya, disertai gemuruh pedang yang menggema, menghampiri dengan dahsyat.
"Ini... ini semuanya adalah... Pedang Immortal!!!" Chi Hu meneliti sambil berteriak ketakutan.
Pedang-pedang itu bergerak dengan kecepatan ekstrem, dalam sekejap mata sudah mendekat. Wang Lin menarik napas tajam, segera mengontrol Kompas Bintang untuk menghindar. Pedang-pedang itu melesat melewati mereka.
"Apa yang sedang terjadi?!" Hati Wang Lin terguncang hebat.
"Kakak Zeng, lihat sana! Lagi-lagi Pedang Immortal!!" Chi Hu dengan raut wajah ngeri menunjuk sebuah ruang.
Di tempat yang ditunjuk, kembali muncul lautan cahaya pedang tak terhitung, mengarah ke lokasi yang sama dengan pedang sebelumnya!
