Pedang-pedang immortal ini berubah menjadi berkas-berkas cahaya pedang yang melesat pergi. Wang Lin yang berada di atas kompas, mengikuti dari jarak dekat cahaya pedang tersebut, langsung dari dimensi kehampaan masuk ke dalam serpihan ini dalam sekejap mata.
"Dia!" Pandangan pertama Wang Lin langsung tertuju pada sosok wanita berjubah putih dengan rambut panjang berkibar-kibar di udara. Di depannya terdapat dua ekor naga emas.
Chi Hu juga menyadari keberadaan wanita berjubah putih itu, sorot matanya langsung menunjukkan keterkejutan namun tetap membisu.
Setibanya di lokasi, Wang Lin menyimpan kompasnya dan mulai melayang di udara.
Dua naga emas itu mengaum dengan ganas. Semua pedang immortal yang melesat datang dari berbagai serpihan di kehampaan, berduyun-duyun menyerbu kedua naga emas tersebut.
Perlahan-lahan, semakin banyak pedang immortal yang datang menyambung. Pedang-pedang itu saling bertautan dan membentuk seekor naga emas baru.
Ketiga naga emas itu mulai bergerak, mengitari wanita berjubah putih sambil berputar-putar. Mata naga yang besar sesekali memancarkan kilau dingin yang menyapu sekeliling.
Saat ini, gelombang kelompok Pedang Immortal yang seolah tak pernah berhenti masih terus datang dari kehampaan.
Tidak lama kemudian, seiring kedatangan gelombang demi gelombang Pedang Immortal, sekitar area ini telah terkumpul lebih dari seratus orang. Mereka adalah yang tercepat, mengikuti rombongan pedang.
Pedang Immortal terus berdatangan, jumlah kultivator di sekeliling pun semakin banyak. Sorot mata mereka memancarkan tingkat keserakahan yang berbeda-beda, tertuju pada naga-naga emas yang mengelilingi wanita berjubah putih.
Namun, mereka yang mampu memasuki dunia dewa adalah para elit dari berbagai planet kultivasi. Kemampuan mengendalikan jiwa secara alami sangat kuat. Meski niat serakah menggelegak, tak ada yang terburu-buru turun tangan.
"Ting'er, tarik tanganmu. Sekarang sudah tiga Pedang Hujan, cukup..." Dari antara alis salah satu naga emas, suara lembut bergema.
Wanita berjubah putih tetap tenang, berkata perlahan: "Belum cukup. Tunggu sebentar, Pedang Hujan keempat segera terbentuk."
Begitu ucapannya selesai, terlihat bayangan samar naga emas keempat perlahan muncul seiring kedatangan pedang-pedang terbang, meski belum sepenuhnya menguat. Namun dengan setiap pedang immortal yang melebur, proses penguatannya semakin cepat.
Tiba-tiba, dari dalam kehampaan terdengar raungan menggemparkan langit dan bumi penuh tantangan. Ketiga naga emas memusatkan tatapan tajamnya ke arah timur.
Sebuah bola api raksasa melesat dari sana. Sebelum sempat mendekat, gelombang panasnya telah menerjang. Para kultivator yang berada di dekatnya seketika mengubah raut wajah, buru-buru mundur membuka jalan.
"Hampir bersamaan dengan mereka menggeser diri, bola api itu tiba-tiba meledak keluar dari kehampaan, di udara sekitar serpihan, terdengar 'bum!' ledakan dahsyat yang menyebar menjadi percikan api menyapu ke segala arah. Di titik pusat ledakan, seekor makhluk qilin dengan seluruh tubuh memancarkan api hijau berdiri gagah di udara. Dari lubang hidungnya menyembur dua naga udara putih, matanya berkilat seperti kilat menatap tiga naga emas."
"Ini... Makhluk Immortal Qilin!! Penjaga gunung Sekte Pedang Daruo!"
"Makhluk ini milik Pendekar Pedang Ling Tianhou, Monster Tua itu datang!"
"Harta karun apa gerangan yang bisa membuat Yang Mulia Ling Tianhou sendiri datang ke sini?"
Beberapa orang berpengalaman langsung gemetar, dalam hati mereka berspekulasi. Mereka yang ketenangan batinnya kurang sudah mundur beberapa zhang, berteriak histeris.
Wang Lin tak berkedip memandang Makhluk Immortal Qilin itu. Seketika ia melihat di atas kepala besar makhluk itu, seseorang duduk bersila!
Orang ini mengenakan pakaian hijau, alis dan kumisnya putih beruban bergerak sendiri tanpa angin. Meski bertubuh kurus, ia memancarkan aura menggetarkan bagai murka langit. Terutama di punggungnya, terdapat empat bayangan pedang ilusif yang berkedip. Setiap kali pedang ini berkedip, dada Wang Lin menggemuruh "bum".
"Bum""Bum"
Setelah dua kali bunyi, wajah Wang Lin memucat, darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Dengan wajah ngeri ia menarik kembali pandangannya. Pada saat bersamaan, Chi Hu menyemburkan darah segar dalam jumlah besar, menampakkan ekspresi mengerikan.
Tak hanya mereka berdua, banyak kultivator di sekeliling juga mengalirkan darah dari sudut bibir, sorot mata mereka memancarkan ketakutan yang sulit dipercaya.
"Hm, Monster Tua Pendekar Pedang dari Sekte Pedang Daruo, mana mungkin bisa kita bandingi! Tingkat kultivasi orang ini sudah mencapai langit. Empat bayangan pedang di belakangnya adalah Magic Treasure yang diolah dari nyawa asli, bisa berubah menjadi ribuan bentuk dengan regenerasi abadi. Jika tingkat kultivasi tidak memadai, hanya dengan sekali pandang akan terluka. Jika dipaksakan, bahkan kematiannya sendiri pun bukan hal aneh!" Beberapa orang berpengetahuan yang melihat Qilin ini segera menunduk, dalam hati tertawa dingin.
Wang Lin menarik napas dalam-dalam, buru-buru menepuk kantong penyimpanan. Bendera Larangan digoyangkannya sehingga kabut hitam menyelimuti tubuhnya. Ia mengambil beberapa butir pil dan menelannya, lalu dengan cepat merasakan kemerahan sehat muncul di wajahnya.
Setelah makhluk Qilin itu muncul, ia menyemburkan dua naga qi. Kemudian kukunya menginjak ke depan.
Pada saat itu, orang tua berbaju hijau yang duduk bersila di kepala Qilin membuka matanya. Tatapannya tak berkedip mengamati wanita berjubah putih, wajahnya menunjukkan ekspresi serius.
“Apakah Tuan seorang dewa?” Orang tua itu menatap dengan sorot mata muram, berbicara perlahan.
Begitu kata-katanya meluncur, para kultivator di sekitarnya langsung gemuruh, gaduh seketika. Namun hampir segera, masing-masing mengunci mulut, pandangan tertuju pada wanita berjubah putih.
Wanita berjubah putih menyapu sekilas pandang ke arah orang tua itu, berkata datar: "Minggir!"
Mata orang tua itu berkilat, tertawa geram. Sebagai sosok terkemuka di Planet Tianyun, selama ribuan tahun tak ada yang berani berbicara demikian padanya.
"Haha, dunia dewa telah hancur! Meski kau benar-benar dewa yang selamat, Lao Fu akan melakukan pembunuhan dewa!" Begitu ucapan orang tua itu selesai, makhluk qilin di bawahnya langsung menggeram rendah.
Ekspresi wanita berjubah putih tetap dingin, namun ada bayangan melankolis. Tanpa memandang orang tua itu, ia menatap makhluk qilin sambil berbisik lembut: "Hewan terkutuk! Nenek moyangmu pun di masa lalu tak berani bersikap demikian di hadapan hamba. Apakah kehancuran dunia dewa bahkan menghapus ingatan warisanmu?"
Sorot mata makhluk qilin itu menunjukkan kebingungan.
Orang tua berbaju hijau sorot matanya suram, tangan kanan segera mengeluarkan semburan cahaya hitam, menepuk kepala makhluk qilin. Setelah tepukan ini, kebingungan di mata qilin langsung menghilang, digantikan oleh keganasan. Binatang itu mulai menggeram rendah.
Wanita berjubah putih menggeleng halus, berbisik pelan: "Rupanya ini cuma binatang kelas dua yang tak mendapat warisan!" Sambil berkata, dia mengangkat tangan gioknya menunjuk ke arah qilin.
Qilin itu segera mundur, keganasan di matanya lenyap seketika, malah menunjukkan ketakutan. Seketika tubuhnya bergetar, membuat orang tua di atasnya terlempar jatuh. Makhluk qilin itu merintih sedih, merunduk ke tanah dengan seluruh tubuhnya gemetar.
Orang tua berbaju hijau yang melayang di udara, wajahnya berubah-ubah antara gelap dan terang.
"……Kau ingat sekarang? Sudahlah, dunia dewa telah tiada, tak ada gunanya aku menghukummu." Wanita giok putih menghela napas, tapi tangannya terus bergerak menunjuk ke arah orang tua berbaju hijau.
Pada satu sentuhan, langit dan bumi langsung bergoyang. Orang tua berbaju hijau wajahnya pucat pasi, tubuhnya langsung mundur. Kedua tangannya terus menunjuk, empat bayangan pedang di belakangnya segera melesat keluar dan membentang di depannya.
“Bum”“Bum”
Setelah dua ledakan dahsyat, dua dari bayangan pedang langsung collapse total. Raut wajah orang tua berbaju hijau berubah drastis. Tanpa bicara, ia langsung berbalik dan melesat dengan kecepatan ekstrem. Dalam sekejap, sosoknya menghilang dari tempat semula, muncul di kehampaan nun jauh.
Bayangan samar naga emas keempat di samping wanita berjubah putih semakin menguat, telah mencapai tahap final.
"Dia jelas bukan dewa biasa!! Dia menyebut diri 'Yang Mulia', jangan-jangan dia Immortal Lord..." Hati orang tua berbaju hijau bergetar hebat. Satu sentuhan saja mampu menghancurkan dua bayangan pedang tubuh aslinya, bahkan Tian Yunzi pun tak sanggup melakukannya. Bagaimana mungkin ia tak gentar.
"Sudahlah, hari ini lebih baik aku mengurungkan niat mengambil pedang immortal... Eh, tunggu dulu!!" Tubuh orang tua berbaju hijau langsung terhenti. Wajahnya menunjukkan ekspresi kontemplasi sambil menoleh ke arah area serpihan di kejauhan.
"Jika dia seorang Immortal Lord, dengan melanggarnya menurut hukum kuno Dunia Dewa, itu adalah kejahatan menghancurkan Jiwa Yuan Shen. Tapi dia tidak membunuhku... Aku paham! Orang ini bukan tidak ingin membunuh, tapi ingin menakut-nakutiku untuk pergi!" Mata Orang tua berbaju hijau berkilat. Tanpa berkata-kata, dia berbalik dan kembali menerjang serpihan. Kali ini, saat terbang, dua bayangan pedang seketika muncul di belakangnya. Di depannya, dua berubah menjadi empat, empat menjadi delapan, hampir dalam sekejap mata, ratusan pedang illusif terbentuk di hadapannya.
Melesat pergi!
Seketika, dia sudah kembali ke atas serpihan.
Di serpihan, para kultivator yang menyaksikan Wanita Berjubah Putih mengalahkan Sword terhormat dengan sekali tunjuk jari, mulai menyadari mustahilnya mendapatkan Pedang Immortal hari ini. Satu per satu mereka diam-diam mundur, bersiap meninggalkan lokasi berbahaya ini.
Namun, tepat saat itu, Orang tua berbaju hijau kembali muncul!
Wanita berjubah putih ekspresinya tetap tenang, pandangannya sejernih air. Ia menoleh memandang antara alis naga emas di sampingnya, menghela napas pelan. Tubuhnya melangkah maju, menyambut orang tua berbaju hijau yang menerjang dengan gemuruh.
"Dewa, hamba ingin menantangmu untuk mengukur kekuatan sesungguhnya para dewa!" teriak orang tua berbaju hijau. Cahaya pedang di depannya semakin banyak, menghujam seperti badai.
Wanita berjubah putih mengayunkan tangan kanannya ke depan. Dentuman "bum" bergema sambung-menyambung, bergema hingga ke kejauhan seperti pembukaan langit dan bumi.
Ratusan bayangan pedang itu seketika menghantam bagai besi Xuan yang tak tergoyahkan, berantakan satu per satu. Wajah orang tua berbaju hijau berubah pucat, tubuhnya mundur terburu-buru sementara kedua tangannya terus membentuk segel di depan dada.
Lapisan demi lapisan perisai cahaya pertahanan muncul di hadapannya, namun hampir setiap yang terbentuk langsung retak.
Orang tua itu terus mundur, keringat membasahi keningnya. Gerakan tangannya semakin cepat.
"Bum" "Bum" "Bum" "Bum"
Sampai perisai cahaya pertahanan ke-300 berhasil dicapkan oleh orang tua itu, tirai cahaya tersebut bergoyang namun tidak retak. Wajah pucat pasi orang tua itu, sorot matanya tidak menunjukkan kepanikan, melainkan kegembiraan.
Sebab ia melihat jelas, tubuh wanita berjubah putih itu goyah. Di wajahnya yang semula normal, mulai merembes aura kematian.
"Dewa pun hanya segini levelnya!" Tertawa terbahak-bahak, kedua tangannya menepuk udara di depannya. Saat ditarik, kilatan listrik menyambar di telapak tangannya. Kilatan itu berubah menjadi pedang listrik yang langsung bergemuruh melesat ke arah wanita berjubah putih setelah disentuh kedua tangannya.
Ekspresi wanita berjubah putih tetap tenang. Ia menghela napas tipis. Menghadapi pedang kilat listrik yang melesat cepat, ia kembali mengangkat tangan kanan untuk menyapu. Namun kali ini, tubuhnya dipenuhi aura kematian yang pekat.
“Ting'er……biarkan aku keluar, jika semua energi dewamu yang berusia dua ribu tahun lebih habis, mungkin seumur hidupmu tak akan bangkit dari tidur lagi!” Suara berat terdengar dari naga emas yang mengitari tubuhnya.
