Kecepatan cambuk itu terlalu tinggi. Wang Lin nyaris tak punya daya menghindar. Jiwa Yuan Shen-nya langsung tersedot keluar dari tubuh, melayang ke belakang. Dalam keterkejutannya, ia langsung merasakan sakit menusuk dari seluruh bagian Jiwa Yuan Shen-nya.
Rasa sakit ini seperti menusuk jantung, pertanda Jiwa Yuan Shen mulai terluka.
Tanpa keraguan sedikitpun, kedua tangannya membentuk mantra dengan jari-jarinya. Energi spiritualnya tersebar, Jiwa Yuan Shen-nya berhenti paksa. Kemudian dengan kecepatan tinggi, melalui sebuah teleportasi, ia menerobos masuk ke dalam Tubuh fisik-nya.
Wang Lin membuka mata, kaki kanannya menunjuk ke permukaan tanah, tubuhnya melaju seperti meteor terbang sejauh 100 zhang. Sorot matanya mencerminkan keheranan, serangan raksasa tadi benar-benar sangat mistis dan tak terduga.
"Cambuk apa ini?" Sorot mata Wang Lin berkilat, menatap tajam raksasa yang berada 100 zhang jauhnya.
Beruntung sebelumnya cahaya pedang Wang Lin telah memotong pinggang raksasa, ditambah efek serat halus tribulasi langit, raksasa itu tak bisa memanfaatkan momentum Jiwa Yuan Shen Wang Lin keluar untuk menyerang. Jika tidak, pasti bahaya maut mengancam.
Pada saat cahaya pedang mendarat di pinggang raksasa, serat halus tribulasi langit dalam tubuh raksasa telah menghabisi energi larangan terakhir. Tiba-tiba, semuanya menghilang. Awan merah di langit datang cepat, pergi juga cepat. Sekejap mata, langit kembali redup seperti sebelumnya, seolah-olah awan merah tadi tak pernah muncul.
Raksasa tubuhnya bergetar, retakan-retakan di seluruh tubuhnya langsung hancur berantakan dan jatuh ke tanah. Tubuh besarnya menyusut setengah, menjadi hanya sebesar lima zhang.
Luka di pinggang dengan cepat menutup, hampir sekejap mata sudah menghilang tanpa jejak. Hanya di bagian dadanya, bayangan samar cambuk sesekali memancarkan kilau aneh.
Wang Lin tanpa bicara langsung berbalik dan melarikan diri. Cambuk itu terlalu misterius, jika terkena sekali lagi, Yuan Shen akan keluar dan tubuh fisik pasti akan dihancurkan lawan. Jika demikian, meski akhirnya menang, sebenarnya sudah kalah.
"Zeng Niu, apa lagi trik yang kau punya?!" Wajah Hong Die muncul di dahi raksasa, teriaknya penuh dendam sambil mengatupkan gigi.
Raksasa Es Salju yang sudah menyusut setengah itu kini lebih lincah. Dengan menginjak tanah, tubuh besarnya menggemuruh membuat retakan-retakan di permukaan, lalu melesat memburu Wang Lin.
Wang Lin melesat dengan cepat di sepanjang jalan. Beruntung medan pertempuran di sini sangat luas, selama terbang ia belum merasakan adanya batas.
Tangan kanannya mengusap kantong penyimpanan, langsung mengeluarkan pil dan meminumnya. Sambil terus terbang, ia menyesuaikan napas internal, sama sekali mengabaikan raksasa yang mengaum dan mengejar dari belakang.
Wajah Hong Die dipenuhi embun beku. Kebenciannya terhadap pria yang melarikan diri di depan mencapai tulang sumsum. Andai bukan karena Raksasa Es Salju ini, mungkin dirinya sudah melayang di situ kali ini.
"Zeng Niu ini ternyata punya artefak yang bisa memanggil Tian Jie! Tapi aku tak percaya dia masih punya cadangan. Jika tidak, dengan dua lapisan Tian Jie berturut-turut tadi, meski Raksasa Es Salju memiliki Bian Kunji*, pasti takkan sanggup bertahan!" Sorot mata Hong Die gelap. Dengan satu tekad, bayangan samar cambuk di dada raksasa tiba-tiba berkedip gila-gilaan, membentuk wujud asli di tangan raksasa.
"Wang Lin, bersiaplah mati!" teriak Hong Die dengan lantang.
Cambuk di tangan Raksasa langsung mencambuk, dengan kecepatan tiga Fen lebih cepat dari kilat, tiba-tiba menyambar.
Raut wajah Wang Lin berubah. Meski cambuk itu cepat, namun Wang Lin tetap waspada. Saat cambuk itu diayunkan, dia langsung melakukan teleportasi dan menghilang di tempat.
Ketika muncul kembali, dia sudah berada 100 li jauhnya. Wang Lin memuntahkan darah segar. Saat teleportasi tadi, cambuk itu menyentuh sedikit tubuhnya. Meski tidak menyedot Jiwa Yuan Shen-nya, serangan itu tetap melukainya.
"Magic Treasure cambuk yang luar biasa!" Wang Lin menarik napas dalam-dalam, terus melarikan diri. Segenggam ramuan spiritual ditelannya tanpa ragu, berusaha memulihkan energi spiritual secepat mungkin.
Kilau dingin berkedip di mata Hong Die. Dia mengontrol Raksasa untuk melakukan pengejaran gila-gilaan.
"Zeng Niu, kau sekarang seperti anjing kehilangan rumah! Mana kegagahanmu dulu?!" Hong Die berkata dingin sambil mengejar, menusuk dengan sindiran.
Wang Lin tertawa terbahak-bahak, berkata: "Hong Die, kutukan racun pada lengan putus itu belum kau netralkan, hanya ditekan dengan energi spiritual. Inilah alasan sebenarnya kau langsung menggunakan Magic Treasure terkuat sejak awal bertarung!"
Hong Die raut wajaknya muram, mendengus pelan. Sejak awal hingga akhir, dalam beberapa kali pertemuan dengan Wang Lin, ia tak pernah menang dalam perang mulut. Maka ia memilih diam, mengontrol Raksasa untuk mengibaskan cambuknya. Suara gemertak di angkasa menciptakan gelombang energi berbentuk lingkaran.
Tak lama kemudian, energi spiritual dalam tubuh Wang Lin telah pulih. Matanya berkilat, tangan memegang suatu benda - lengan putus Hong Die. Bibirnya komat-kamit membentuk mantra, jari-jari tangan kirinya membentuk gerakan ritual di atas lengan itu. Seketika, aura misterius memancar dari lengan putus tersebut, disertai munculnya Simbol-simbol kutukan berdarah.
"Ledakkan!" teriak Wang Lin sambil menepuk lengan putus itu dengan tangan kirinya.
Segera, Hong Die yang sedang mengejar dari belakang, garis hitam di antara alisnya berkedip cepat. Tubuh Hong Die bergetar, raut wajaknya semakin pucat. Dia menjerit: "Zeng Niu, jika aku tidak membunuhmu, namaku bukan Hong Die!"
"Penekanan, lihat sampai sejauh mana kau bisa menekan! Ledakkan!, Ledakkan!, Ledakkan!!" Wang Lin tertawa dingin, berteriak keras.
Seketika, garis hitam di antara alis Hong Die langsung menyebar. Dalam sekejap, wajah cantik Hong Die langsung tertembus oleh garis hitam ini.
"Kau..." Hong Die memuntahkan darah hitam. Dia memang khawatir dengan mantra racun di lengan putusnya, jadi sejak awal turun tangan sudah berniat menyelesaikan pertempuran dengan cepat. Sayangnya, rencana indah ini tidak berhasil. Tanpa disadari, pertempuran berdua ini tidak lagi berjalan sesuai bayangan Hong Die.
Sorot mata Wang Lin berkilat, sekali lagi berteriak keras: "Ledakkan!"
Seketika, lengan putus di tangannya bum! meledak. Di dalamnya sudah tidak ada darah lagi. Dalam ledakan, berubah menjadi debu hitam yang menghilang ke segala arah.
Ledakan patahan lengan itu seketika memicu semua mantra dalam tubuh Hong Die. Hong Die kembali memuntahkan darah hitam dalam jumlah besar, wajahnya diselimuti Gas Hitam yang pekat.
Tubuh Wang Lin langsung berhenti. Alih-alih melarikan diri, ia menggunakan kesempatan ini untuk melemparkan lingkaran pengendali binatang dengan tangan kanannya. Bayangan samar muncul disertai suara "bum", berubah menjadi gerobak perang.
Jiwa binatang di atasnya langsung mengaum keluar, mata merah menyala menatap Wang Lin dan raksasa itu.
Saat ini, Wang Lin menyadari tak boleh lagi memikirkan masalah eksposur. Kemenangan adalah kunci utama.
Setelah gerobak perang muncul, dibutuhkan waktu untuk mengaktifkannya. Wang Lin menggerakkan tubuhnya, memegang pedang immortal di tangan kanan lalu menyabetkan ke depan seketika.
Cahaya pedang mengalir deras, membawa desingan udara pecah yang meraung, langsung menghantam Raksasa Es Salju.
"Bum!"
Raksasa itu mundur beberapa zhang, dada bagian depan terlihat bekas tebasan pedang. Hong Die menutup rapat kedua matanya, sedang berusaha keras menekan mantra.
Wang Lin matanya berkilat, maju ke depan sebelum waktunya. Sekali lagi menghantam, cahaya pedang langsung dikibaskan.
"Bum!"
Setelah dentuman, Raksasa kembali mundur. Di momen ini Hong Die membuka matanya dengan gigih, menatap tajam penuh kebencian ke arah Wang Lin, berbisik pelan sebuah mantra. Langsung, sorot mata Raksasa menyorotkan cahaya redup dari matanya. Jelas, Hong Die menyerah mengontrol Raksasa, malah menekan sepenuhnya Gas Hitam.
Tubuh Raksasa langsung lincah. Ia menggerakkan tinju kanannya, seketika bayangan samar cambuk muncul.
Wang Lin tanpa keraguan sedikitpun segera mengangkat pedang sebagai tameng di hadapannya. Gemuruh menggema, tubuhnya terlempar mundur lebih dari sepuluh zhang. Meskipun Pedang Immortal tak terluka, tubuh Wang Lin yang menahan kekuatan dahsyat itu langsung memuntahkan darah segar.
Tiba-tiba, sang Raksasa menginjakkan kaki lalu melompat ke udara di atas Gunung Wang Lin. Suara auman mengguncang, kepalan tangannya menghantam keluar. Di dalam kepalan itu, bayangan samar cambuk berkibar-kibar.
Wang Lin dengan raut wajah garang, segera melemparkan Pedang Immortal di tangan kanannya. Pedang itu berubah menjadi cahaya panjang, menyambar dengan kilat ke depan.
Saat tinju raksasa itu menghantam tubuhnya, Pedang Immortal tiba-tiba menyapu sekilas dari lengan kanan raksasa. Raksasa itu langsung mengaum keras, seluruh lengan kanannya terputus dan jatuh dari tubuhnya.
Cahaya pedang berbeda sama sekali dengan hantaman fisik Pedang Immortal. Setelah menembus tubuh raksasa, pedang itu mendarat di tanah sejauh 100 zhang (sekitar 333 meter), menancap dalam.
Tubuh Wang Lin menyemburkan darah dari berbagai bagian, tulang-tulangnya retak. Terlempar jauh, namun dia justru tertawa terbahak: "Hong Die, kuremukkan satu lenganmu! Sekarang si sampah raksasa ini juga kehilangan lengan - sungguh sepadan!"
Tangan kanan menggerakkan, lengan putus raksasa itu segera jatuh ke tangan Wang Lin. Kilau hijau muncul di tangannya, lengan raksasa itu langsung retak dengan suara "bum", mengeluarkan balok-balok es besar. Ukuran lengan langsung menyusut setengah.
Saat ini, duri-duri mengerikan pada gerobak perang memancarkan cahaya hitam. Cahaya hitam ini menyatu ke jiwa binatang, membuatnya perlahan mengembang. Kedua matanya memancarkan kilau ganas.
Raksasa itu mengaum, tubuhnya melangkah maju mengejar lengan putus.
Sorot mata Wang Lin berkedip dingin. Ia membuka mulut menyemburkan sinar putih yang langsung membungkus lengan putus, mempercepat mutasi sekuat tenaga.
Lengan putus itu kembali menunjukkan retakan, kemudian menyusut lagi.
Raksasa bergerak dengan kecepatan ekstrem. Tubuhnya melompat sementara tinju kiri diayunkan.
"Gemuruh"
Wang Lin mundur, tubuhnya berkedip lalu menghilang di tempat. Area tempatnya berdiri sebelumnya langsung retak-retak.
Muncul saat itu, Wang Lin berdiri di samping Pedang Immortal, langsung menggenggam erat senjata tersebut.
"Hancur!" teriak Wang Lin keras. Lengan putus yang terbungkus sinar putih itu seketika retak lagi, melepaskan banyak balok es sebelum menyusut setengah ukuran sebelumnya. Kini ukurannya sudah sebesar lengan manusia biasa.
Raksasa itu berbalik cepat, melayangkan pukulan lagi yang secepat kilat meluncur mendekat. Wang Lin mengangkat Pedang Immortal-nya lalu menebaskan pedang itu ke bawah.
Tiba-tiba dari dada sang Raksasa, bayangan cambuk itu menyambar. Raut wajah Wang Lin berubah. Meski Pedang Immortal berhasil menahan di depan, cambuk itu justru mengitari pedang dan mendarat di tubuhnya.
"Bum!"
Wang Lin menyemburkan darah segar, tubuhnya terlempar lebih dari sepuluh zhang (sekitar 33 meter) sebelum jatuh ke tanah. Jiwa Yuan Shen-nya kembali tercabut dengan paksa, melayang hingga 100 zhang (sekitar 333 meter) ke kejauhan.
Raksasa itu matanya memancarkan cahaya redup, tidak menghiraukan Jiwa Yuan Shen Wang Lin, melainkan mengayunkan tinjunya dan melangkah menuju tubuh fisik Wang Lin.
"Kereta perang, buka!" Jiwa Yuan Shen Wang Lin matanya berkilat. Setelah penundaan selama ini, Kereta Dewa Penembak akhirnya menyelesaikan proses pembukaannya.
Binatang Jiwa di atas gerobak perang mengaum sambil menerjang keluar. Rantai besi di tubuhnya telah lenyap, namun kali ini ia bukan menyerang raksasa, melainkan menyambar Jiwa Yuan Shen Wang Lin untuk menelannya.
"Hewan terkutuk!" Pandangan Wang Lin berkilat. Kedua tangannya membentuk mantra dengan jari-jarinya, segera sebuah rantai besi melesat dari kereta perang dan mengunci Binatang Jiwa dengan erat.
Binatang Jiwa menggeliat keras sambil terus mengaum, arahnya tak berubah. Jelas ia ingin menelan Wang Lin dengan segala cara.
Saat itu, sang raksasa telah tiba di depan tubuh fisik Wang Lin. Dengan cemberut kejam, ia menghantamkan tinju ke bawah.
