Di bagian timur Planet Zhuque, cahaya hijau melesat secepat meteor. Di dalam cahaya itu terdapat seorang orang tua. Namun tubuh fisiknya tidak sedang terbang, melainkan Jiwa Yuan Shen-nya yang keluar dari tubuh.
Ia terlihat compang-camping, di Jiwa Yuan Shen-nya terdapat tiga cap tinju, kilau kristal terus-menerus menyembur keluar, membanjiri langit dan bumi.
Orang tua ini tak lain adalah Sang Leluhur klan Raksasa. Saat itu dia terluka oleh boneka iblis Sun Tai, terpaksa melepaskan Jiwa Yuan Shen sambil membawa kantong penyimpanan kabur, bahkan tak sempat menangkap Wang Lin.
Namun, boneka iblis itu sangat misterius. Sepanjang perjalanan tak sepatah kata pun diucapkannya, hanya fokus mengejar. Hampir beberapa bulan ini mereka mengelilingi Planet Zhuque.
Sang Leluhur klan Raksasa bahkan terkena beberapa pukulan dari boneka itu. Meski bekas tinjunya kecil, langsung merusak Jiwa Yuan Shen-nya. Andai bukan karena usianya yang sangat uzur dan penguasaan Teknik Rahasia klan Raksasa, mungkin dia takkan selamat dari tribulasi ini.
Kemampuan supernatural bawaan pun tak bisa lagi digunakannya. Akhirnya dia mengarahkan boneka iblis itu ke kawasan ekstrem utara kecil, memanfaatkan Larangan alami yang telah ada sejak kelahiran Planet Zhuque, baru berhasil melemparkan boneka itu.
Saat ini kondisinya sangat lemah, tidak berani mencolok, melainkan bergerak dengan kecepatan ekstrem kembali ke klan Raksasa. Mengenai hidup-matinya Chi Hu dan anggota klan lainnya, sudah lama terlupakan.
Setelah tiba di klan Raksasa, dia langsung mengambil alih tubuh seorang anggota keluarga dan memulai pertapaan.
Adapun Wang Lin, dia tidak berani mencari sekarang. Negara Zhuque telah memulai penyelidikan atas peristiwa ini, terpaksa dia menggigit gigi melepaskan niatnya.
Meski gagal menangkap Wang Lin, dia mendapatkan pedang terbang misterius. Kini Sang Leluhur klan Raksasa membuka mata dalam pertapaan, menggerakkan tubuh hasil rebutannya, sorot mata menunjukkan kemuraman.
Tubuh hasil pengambilalihan membutuhkan waktu untuk menjadi jasmani sejati. Durasi ini bervariasi tergantung individu dan tingkat kultivasi.
Mata Sang Leluhur berkilat. Tepukan pada kantong penyimpanan mengeluarkan Pedang Immortal yang melayang di hadapannya.
Tangan kanannya menyentuh pedang. Seketika terdengar jeritan menyayat diselingi suara permohonan ampun dari dalam senjata itu.
“Jiwa Pedang, muncul!” Sang Leluhur berseru pendek.
Seketika, kabut hitam menyembur dari dalam Pedang Immortal, berubah wujud menjadi Xu Liguo. Melihat Sang Leluhur klan Raksasa, dia segera memohon dengan histeris: "Tuan, ampun! Jangan bunuh saya! Dulu saya juga dipaksa oleh si Wang brengsek itu! Kebencian saya padanya tak kalah dari Tuan! Saya membencinya sampai ke tulang sumsum!"
Sang Leluhur klan Raksasa tertegun mendengar perkataan Xu Liguo, lalu tertawa getir: "Kau ini Jiwa Pedang yang cukup unik. Jiwa Pedang lain biasanya setia dan tak tergoyahkan."
Xu Liguo segera menunjukkan ekspresi menjilat: "Kakek Xu dari rumah kalian ini..."
Sang Leluhur melototkan matanya.
Xu Liguo segera menampar pipinya sendiri, lalu berketa dengan hati-hati: "Mereka mana bisa dibandingkan dengan budak hina seperti saya! Yang bijak adalah yang bisa menyesuaikan diri dengan situasi!"
Sang Leluhur klan Raksasa melirik Xu Liguo, jari telunjuk tangan kanannya bergerak. Semburat hijau tiba-tiba menyambar dan mencak tubuh Xu Liguo yang langsung menjerit-jerit kesakitan, tak henti memohon ampun sambil mencaci maki Wang Lin.
Sang Leluhur mendengus pelan, menyimpan cap mantra sambil menggertak: "Mulai saat ini kau menjadi Jiwa Pedang Lao Fu! Karena kau menyerah sukarela, takkan kusegel dirimu. Lagipula mustahil kau kabur dari genggamanku!"
Sebenarnya semburat hijau tadi sudah merupakan bentuk penyegelan. Tapi di tubuh Xu Liguo, efeknya hanya menyiksa tanpa ada tanda-tanda terkunci sama sekali.
Orang tua itu terheran namun tak menunjukkan reaksi, berencana akan meneliti lebih detail setelah penyatuan tubuh fisiknya selesai.
Xu Liguo segera menunjukkan ekspresi rasa syukur yang mendalam di wajahnya, tangan kanannya menepuk-nepuk dada sambil berkata dengan sikap menjilat: "Tuan tak perlu khawatir! Aku Xu Liguo selalu setia tanpa syarat. Wang Lin memperlakukanku dengan buruk, makanya aku memberontak. Tapi Tuan baik padaku, mulai sekarang aku takkan pernah berkhianat! Jika melanggar sumpah ini, biarlah aku Xu Liguo ditusuk oleh ribuan iblis hingga jantungku hancur!"
Melihat raut wajak Sang Leluhur klan Raksasa mulai melunak, Xu Liguo dalam hati menghela napas lega. Ia berbisik dalam hatinya: "Memang Xu Ye ini cerdik! Dasar bangsat tua! Si bintang pembawa malapetaka entah kapan bisa menyelamatkanku. Lebih baik aku merendahkan diri sementara, nanti setelah bebas, Xu Ye pasti balas dendam pada si tua bangka ini! Aku selalu setia tanpa syarat, selama bertahun-tahun si bintang pembawa malapetaka itu tak pernah mengecewakanku, mana mungkin aku mengkhianatinya!"
Sorot mata berkilat Sang Leluhur klan Raksasa. Awalnya ia ingin menghancurkan perlahan Jiwa Pedang ini dan menggantinya dengan yang baru. Namun jika bukan Jiwa Pedang asli, mustahil bisa mengontrol sepenuhnya kekuatan pedang tersebut.
"Dan, jiwa pedang ini tidak biasa, bahkan bisa memohon ampun dan memiliki kecerdasan untuk memilih. Karena itu, aku semakin enggan melepaskannya."
"Harus diketahui bahwa jiwa pedang yang memiliki kecerdasan adalah hal yang sangat langka. Dalam pertempuran, ini akan memberikan efek ajaib."
"Dia tidak tahu bahwa Xu Liguo sebenarnya bukan jiwa awal pedang ini. Kecerdasannya muncul karena dia sendiri adalah Raja Iblis."
"Bahkan sumpah 'ditusuk ribuan iblis' tadi bagi Xu Liguo bukanlah hukuman, malah secara samar membuatnya berharap merasakan rasa nikmat yang menyenangkan dan bergizi."
"Orang tua klan Raksasa merenung sejenak, menekan Xu Liguo kembali ke dalam Pedang Terbang, lalu mengamati pedang itu dengan seksama. Semakin lama, hatinya semakin berdebar."
"Pedang ini pasti bukan benda biasa! Tapi entah dari bahan apa disuling!"
"Matanya berkilat, dia menyimpan Pedang Terbang itu dengan hati-hati ke dalam kantong penyimpanannya."
Kembali ke Wang Lin, membawa token Sekte Lianhun, melaju mengikuti gunung hingga menemukan gua persembunyian 1090, lalu masuk ke dalamnya.
Gua persembunyian ini benar-benar kecil, tak jauh beda dengan kediaman di gunung belakang Sekte Hengyue dulu. Di dalamnya selain ranjang batu, bahkan tak ada meja.
Namun, energi spiritual di sini sangat melimpah, beberapa kali lebih pekat dibanding dunia nyata. Bahkan lebih baik daripada kolam tempat tiga batu spirit ekstrem yang hampir habis di Desa Awan Api.
Bagaimanapun, energi spiritual yang terpancar dari batu spirit ekstrem meski mudah diserap, tapi kurang vitalitas. Apalagi ketika hampir habis, benar-benar kehilangan daya hidup. Tak sebanding pancaran energi dari ribuan batu spirit yang terpusat di pegunungan spiritual besar ini.
Wang Lin duduk bersila di atas ranjang batu, memulai latihan pernafasan.
Tiga hari kemudian, Wang Lin membuka matanya dan menggeleng perlahan. Ia merasa kecepatannya masih terlalu lambat. Setelah merenung sejenak, ia menepuk kantong penyimpanan dan mengeluarkan tiga batu spirit ekstrem yang ditempatkan di sekelilingnya. Dengan kedua tangan membentuk mantra, ia mengaktifkan beberapa lapisan Larangan di dinding dan mulut gua, lalu kembali melanjutkan latihan pernafasan.
Seketika itu, energi spiritual di Gua 1090 menjadi semakin pekat. Saat energi ini menyentuh dinding, Larangan yang terpasang memancarkan cahaya ungu dan memantulkan energi tersebut, mencegahnya terdispersi.
Gua persembunyian ini kini berubah menjadi semacam kukusan raksasa. Energi spiritual terjebak tanpa bisa bocor, dan semakin lama semakin terkumpul. Latihan pernafasan Wang Lin pun menjadi satu-satunya saluran pelepasan bagi energi yang terakumulasi ini.
Dalam setiap tarikan nafasnya, gelombang energi spiritual yang masif ini berkumpul dengan liar mengarah padanya.
Raut wajah Wang Lin memancarkan kemerahan sehat sementara ia terus menyerap energi dengan tenang melalui latihan pernafasannya.
Energi spiritual dalam tubuhnya perlahan meningkat, namun masih jauh dari cukup untuk membongkar jejak dan segel Lapisan Makna Teh. Bahkan segel dan lapisan ini secara mandiri menyerap energi spiritual. Seiring peningkatan tingkat kultivasi Wang Lin, mereka semakin mengeras.
Waktu berlalu perlahan. Sudah sebulan Wang Lin menjadi murid luar sekte Lianhun.
Pada hari ini, Wang Lin membuka matanya dengan sorot mata yang lebih terang dari biasanya. Dengan segala upaya, selama sebulan ini dia gila-gilaan menyerap energi spiritual. Dari tiga batu spirit ekstrem, dua sudah rusak total. Batu terakhir pun sudah di ambang kehancuran.
Dengan pengorbanan sebesar ini, pencapaiannya selama sebulan sangat signifikan. Tingkat kultivasinya melesat dari tahap awal Pembangunan Fondasi hingga puncak tahap menengah Pembangunan Fondasi. Hanya selangkah lagi untuk memasuki tahap akhir.
"Masih terlalu lambat, harus menghabiskan batu spirit ekstrem baru bisa mencapai standar saat ini. Tapi di kantong penyimpanan hanya tersisa kurang dari lima belas butir batu spirit ekstrem, jelas tidak akan cukup!" Wang Lin mendesah pelan, menggerakkan tubuhnya.
Seketika, terdengar suara berderak-derak. Ranjang batu tempatnya duduk mulai menunjukkan jejak retak-retak yang saling menyambung.
Bahkan dinding-dinding di sekitarnya pun mulai retak, memperlihatkan jejak-jejak halus yang rapat.
Wang Lin tertegun sejenak, setelah merenung sebentar akhirnya memahami situasinya. Ruang batu ini pasti tidak mampu menahan energi spiritual yang terlalu pekat selama sebulan ini, sehingga akhirnya retak.
Jika dibiarkan lebih lama, retakan ini pasti akan semakin meluas.
"Ruang batu ini sudah tidak bisa dipakai lagi, harus ganti yang baru!" Mata Wang Lin berkilat. Kedua tangannya membentuk mantra dengan jari-jarinya, menekan ke kedua sisi. Secara iblis, retakan-retakan itu mulai bergerak-gerak dan menyatu, perlahan kembali halus.
Bahkan tempat tidur batu itu, setelah tekanan Wang Lin, kembali utuh seperti semula.
Hanya saja, Wang Lin tahu ini hanya di permukaan. Jika energi spiritual di sini bertambah, retakan di dinding ini akan muncul lagi.
Namun selama tidak menggunakan batu spirit ekstrem, retakan tidak perlu dikhawatirkan sehingga menimbulkan kecurigaan.
Wang Lin merenung sejenak, lalu berdiri dan membuka pintu gua persembunyian, keluar.
Saat itu senja, matahari terbenam di kejauhan memancarkan cahaya merah. Sudah bulan terakhir tahun ini. Wang Lin memandang mentari musim dingin yang hangatnya tak cukup, berubah menjadi dingin membeku saat menyentuh kulit.
Ia teringat hari ini adalah malam terakhir tahun ini. Esok tahun baru. Ia bertanya-tanya apa yang dilakukan Zhou Ru kecil sekarang - apakah masih menyiksa Xiao Bai...
Pikiran itu membuat senyum tipis mengembang di bibir Wang Lin. Menatap mentari senja, ia menarik napas dalam-dalam.
"Selamat dari tribulasi!" Wang Lin bergumam pelan. Dari posisi yang melambung, terhempas ke duniawi. Semua ini, dengan keteguhan hatinya, berhasil ditopang dengan gigih.
Hingga hari ini, barulah ia memiliki waktu untuk mengungkapkan perasaan ini dengan penuh perenungan. Mengenang berbagai hal setelah kehilangan energi spiritual, perasaan kompleks membanjiri hati Wang Lin.
Hari ini adalah hari terakhir tahun lama, mewakili keterpurukan Wang Lin saat ini. Namun, besok adalah hari pertama tahun baru, mewakili awal segalanya, semua kemungkinan.
"Sudah berlalu..." ucap Wang Lin dengan lembut.
Saat itu, di balik senja, siluet anggun seorang perempuan perlahan mendekat, melayang dari kejauhan.
"Orang ini... terasa familiar..." pandangan Wang Lin mengeras.
