Ilmu kutukan maut adalah kemampuan supernatural yang diciptakan kultivator kuno dengan meniru Ekstrem setelah gagal mempelajarinya. Teknik ini sangat sulit dikuasai, namun dibandingkan dengan Ekstrem yang tak terpahami, ini masih bisa dipelajari.
Setelah berhasil menguasainya, target yang ditunjuk akan langsung menemui ajal begitu kata "mati" diucapkan.
Untuk melatih teknik ini, dibutuhkan penyatuan Tiga Energi.
Tiga energi tersebut adalah aura kematian, energi Yin, dan aura pembunuh.
Aura kematian terbentuk dari pengumpulan energi tulang-belulang. Meskipun atributnya Yin, namun Yin ini mengandung ciri kematian.
Energi kedua, Yin, berasal dari Energi Yuan perempuan. Dengan teknik pengumpulan Yin, energi ini mengandung unsur kehidupan.
Peleburan dua energi, melatih Yin Mang dengan dua energi yang berbeda, dikombinasikan dengan energi ketiga, aura pembunuh! Tiga energi menyatu, setelah mengalami eliminasi hidup-mati sembilan kali, yang selamat bisa menguasai ilmu kutukan maut secara dasar. Setelah mempelajari ilmu ini, setiap hari harus menahan rasa sakit yang sulit dibayangkan manusia biasa, dan setiap tiga tahun sekali mengalami eliminasi hidup-mati sembilan kali.
Setelah melewati beberapa siklus seperti ini, ilmu kutukan maut baru bisa dianggap mencapai kesempurnaan kecil. Jika ingin melanjutkan kultivasi, peluang kematian diri sendiri semakin besar, mengingat teknik ini meniru konsep Ekstrem.
Kekuatannya jauh lebih lemah banyak dibandingkan Ekstrem, namun tingkat bahaya dalam berlatih justru jauh melampaui Ekstrem. Setelah direnungkan, rasanya kerugian lebih besar daripada keuntungan. Meski daya serangannya mengerikan, seiring waktu semakin sedikit kultivator yang melanjutkan praktik teknik ini.
Sima mengucapkan kata "Mati", mengaktifkan kemampuan supernatural ilmu kutukan maut. Saat jari tangan kanannya menusuk angkasa, tiba-tiba gelombang energi yang secara iblis menyebar dengan cepat dari titik yang ditunjuknya.
Angkasa itu, bagai permukaan danau tenang yang dilempari batu, berubah menjadi riak-riak bergelombang.
Wang Lin memandang dengan kilauan aneh di matanya. Tubuhnya tak bergerak, tetap berdiri merasakan kekuatan ilmu kutukan maut. Hampir bersamaan dengan tusukan jari Sima, ia seketika merasakan energi spiritual dalam tubuhnya tiba-tiba memisahkan seberkas energi Yinhan.
Energi Yinhan ini sama sekali berbeda dengan yang dilatih melalui Jurus Kenaikan Gerbang Neraka. Begitu muncul, seketika muncul lagi hawa lain dari dalam tubuh Wang Lin.
Kemunculan hawa ini membuat Wang Lin tertegun. Hawa ini sangat ia kenal. Jika muncul dalam tubuh aslinya, itu wajar. Namun tubuh sekarang ini, yang seumur hidupnya tak banyak membunuh, ternyata masih bisa memusatkan aura pembunuh.
Meskipun aura pembunuh ini samar, begitu muncul langsung menyatu dengan energi Yin, membentuk kekuatan aneh yang sangat tajam, menyusuri tubuhnya dan langsung masuk ke dalam Jiwa Yuan Shen.
Namun dengan kekuatan Wang Lin yang luar biasa, kekuatan aneh yang ditimbulkan oleh ilmu kutukan maut ini bisa dihancurkan hanya dengan satu pikiran. Saat jiwanya bergerak, kekuatan aneh itu langsung membeku di Jiwa Yuan Shen. Setelah mengamati sejenak dengan pemahamannya akan Ekstrem, Wang Lin langsung menembus esensi ilmu kutukan maut ini.
Ilmu kutukan maut ini meskipun kuat, namun masih jauh kalah dibandingkan dengan Ekstrem.
Ekstrem adalah jenis tribulasi langit yang bermutasi, mampu membunuh kultivator setingkat dengan satu serangan.
Tapi ilmu kutukan maut ini adalah kemampuan supernatural. Terhadap yang tingkat kultivasinya lebih rendah dari pengguna, bisa membunuh dengan satu serangan. Namun jika lebih tinggi, efeknya sangat minimal.
Sebagai contoh, dengan tingkat kultivasi Pembentukan Inti tahap tengah, menggunakan kemampuan supernatural ini cukup untuk mendominasi mereka yang berada di bawah tahap tengah. Bahkan ketika berhadapan dengan kultivator selevel Pembentukan Inti tahap tengah, ada kemungkinan tertentu untuk berhasil. Jika gagal, setidaknya akan membuat jiwa lawan bergetar.
Namun, jika berhadapan dengan kultivator tahap akhir Pembentukan Inti, efeknya sangat minimal. Sedikit kecerobohan justru bisa mengundang serangan balik.
Terlalu jauh berbeda dengan Ekstrem.
Wang Lin menggeleng halus. Meski ilmu kutukan maut ini misterius, sama sekali tidak membantunya. Dengan satu gerakan pikiran, kekuatan aneh dari kutukan itu langsung menghilang dalam tubuhnya.
Saat kekuatan itu lenyap, tubuh Sima gemetar. Matanya menyiratkan ketidakpercayaan saat menyemburkan darah segar dalam jumlah besar. Pupilnya meredup tanpa cahaya. Kehancuran ilmu kutukan membuat tingkat kultivasinya tak mampu menahan serangan balik energi maut dalam tubuh. Tubuhnya limbung lalu roboh ke tanah.
Dari dalam sekte Lianhun, sinar spiritual kembali melesat. Membelit tubuh Sima lalu menariknya kembali ke dalam gerbang sekte.
Tanpa kejutan, Wang Lin menjadi pemenang kompetisi besar kali ini.
Murid Dalam yang memimpin kompetisi ini menyatukan tinju dan tersenyum, "Saya Wang Zhen. Lain kali bertemu, saya akan memanggilmu Adik Seperguruan. Qingmu, ikut saya menghadap Sesepuh."
Wang Lin tersenyum mengangguk, bersama lawannya berubah menjadi cahaya panjang yang terbang berurutan menuju area dalam sekte Lianhun.
Area dalam sekte Lianhun membentuk alam mandiri. Saat melewati formasi pertahanan dalam, pemandangan yang terlihat oleh Wang Lin adalah pegunungan tak berujung dengan tiga gunung raksasa yang menembus langit berdiri mengerikan.
"Tiga gunung raksasa ini adalah lokasi tiga aliran dalam sekte Lianhun: Lianhun (Pemurnian Jiwa), Choupo (Penyedotan Roh), dan Suoshen (Penguncian Spirit," jelas Wang Zhen selama terbang.
Wang Lin mengangguk, matanya menatap tiga gunung raksasa tersebut.
Di belakang tiga gunung ini, terdapat lingkaran-lingkaran cahaya keemasan raksasa yang berlapis-lapis. Di dalam lingkaran cahaya tersebut seolah terdapat dimensi lain. Dari kejauhan, kilauan cahaya keemasan terus memancar, menyinari seluruh area dalam sekte Lianhun.
"Sembilan lingkaran emas itu adalah tempat bertapa sembilan senior Tahap Transformasi Dewa dari sekte kami. Suatu hari nanti, aku juga akan mencapai Tahap Transformasi Dewa dan menjadi lingkaran kesepuluh!" Sorot mata Wang Zhen memancarkan kekaguman yang membara.
Wang Lin melirik lingkaran emas tersebut. Di tempat ini, ia bisa merasakan dengan jelas gelombang energi spiritual yang dahsyat yang berasal dari sembilan lingkaran cahaya itu.
"Jika tingkat kultivasiku pulih, tak satu pun kultivator Transformasi Dewa di dalam sembilan lingkaran ini yang bisa menjadi lawanku." Pandangan Wang Lin tetap tenang.
"Qingmu, kau kenal Zeng Niu?" Wang Zhen menoleh dan bertanya.
"Zeng Niu?" Ekspresi Wang Lin tetap biasa. Ia mengangguk dan berkata: "Pernah dengar."
“Dulu, Sekte Lianhun kami awalnya memiliki 10 Kultivator Transformasi Dewa. Salah satunya tewas di tangan Zeng Niu!” Sorot mata Wang Zhen memancarkan kekaguman, lalu melanjutkan, “Zeng Niu inilah targetku. Suatu hari nanti, aku akan menyamainya sebagai yang terkuat di bawah Tahap Transformasi Bayi di Planet Zhuque!”
“Oh?” Wang Lin tertegun. Ia berpikir lama, namun tak bisa mengingat kapan dirinya pernah membunuh seorang Kultivator Transformasi Dewa dari Sekte Lianhun.
“Tak banyak yang tahu peristiwa ini. Waktu itu, Sang Leluhur Transformasi Dewa Zhou You sedang mengembara ke negeri lain. Sayangnya, akhirnya terjadi perselisihan dengan Zeng Niu hingga ia terbunuh.” Wang Zhen menjelaskan.
Wang Lin mengusap hidungnya. Ia benar-benar tak bisa mengingat adanya kejadian seperti itu.
“Zeng Niu ini menghilang di waktu yang tepat. Leluhur Duntian dari Sekte Lianhun kami sudah bersiap untuk mencarinya dan menanyakan alasan.” Wang Zhen menghela napas.
“Leluhur Duntian?” Sorot mata Wang Lin berkilat seketika.
“Hal-hal ini tidak masalah untuk kukabarkan padamu. Lagi pula kau juga akan menjadi Murid Dalam. Sekte Lianhun kami memiliki dua Leluhur Bayi Yuan Ying, salah satunya adalah Leluhur Dun Tian. Lihatlah cincin emas itu, di belakangnya terdapat dua cincin darah yang merupakan tempat bertapa kedua leluhur.” Wang Zhen berkata.
Wang Lin mengangkat pandangan, samar-samar melihat bayangan darah di balik sembilan lapisan cincin emas besar.
Dalam perbincangan mereka, mereka tiba di Puncak Lianhun. Di puncaknya berdiri aula besar dari batu hijau besar. Wang Zhen berhenti di depan aula, “Qingmu, masuklah. Sesepuh di dalam akan mengatur untukmu.”
Wang Lin mengangguk, wajah tenang melangkah masuk ke dalam aula.
Interior aula gelap gulita. Saat masuk, tekanan aura langsung menyergap. Namun bagi Wang Lin tekanan ini tak berpengaruh. Dia pura-pura menunjukkan ekspresi seperti terbebani, berhenti di tempat.
Tiba-tiba tekanan itu ditarik, suara tua bergema: “Mendekatlah.”
Wang Lin menunjukkan ekspresi lega di wajahnya, lalu melangkah maju.
Tiba-tiba, aula utama itu terang benderang. Satu persatu api hijau mulai menyala di sekelilingnya. Di tengah, berdiri seorang tua berbaju panjang hijau dengan pandangan tajam bercahaya yang menatap Wang Lin.
Tingkat kultivasi orang ini telah mencapai kesempurnaan tahap akhir Bayi Yuan Ying, hanya selangkah lagi menuju Transformasi Dewa. Yang kurang hanyalah pemahaman mendalam terhadap Jalan Langit.
"Siapa namamu?" Sang tua menarik kembali pandangannya dari tubuh Wang Lin, bertanya dengan nada datar.
“Murid Qing Mu.” Wang Lin menyatukan tinju, berkata dengan hormat.
“Ilmu kutukan maut Sima, bagaimana Anda berhasil membongkarnya?” Orang tua itu mengeraskan pandangan, bertanya.
Wang Lin tetap tenang, menjawab dengan tenang: “Murid menyembunyikan tingkat kultivasinya. Sesungguhnya telah mencapai tahap akhir Pembentukan Inti dengan kesempurnaan. Ilmu kutukan itu tak bisa melukai saya.”
Orang tua itu mengangguk. Baginya, Qing Mu tidak berbohong dan memang menyembunyikan tingkat kultivasinya. Sejak orang ini memasuki Aula utama, ia telah merasakan bahwa tingkat kultivasi aktual Qing Mu bukanlah Pembentukan Inti tahap menengah, melainkan Pembentukan Inti sempurna.
Orang tua itu tubuhnya bergerak, dalam sekejap sudah berada di dekat Wang Lin. Jempol tangan kanannya menekan ke depan secepat kilat, tepat di antara alis Wang Lin.
Wang Lin tidak menghindar. Saat jempol lawan menyentuhnya, hawa dingin menyusup masuk ke dalam tubuh. Namun, dengan Jiwa Yuan Shen-nya Wang Lin, hal ini sama sekali tidak menjadi masalah.
Sesaat kemudian, orang tua itu menarik kembali jempolnya. Pandangannya pada Wang Lin tak lagi sedingin tadi. Dengan suara berat ia berkata: "Lao Fu adalah Sesepuh Besar Puncak Lianhun. Pergilah ke paviliun samping untuk mengambil seragam murid dan token. Kamu juga bisa memilih teknik kultivasi di Paviliun Kitab Suci Puncak Lianhun. Buka gua persembunyian di mana saja di puncak ini untuk berlatih."
"Di sekte Lianhun kami, tidak ada Guru. Semua bergantung pada pembelajaran mandiri. Jika ada pertanyaan, datanglah mencariku. Pergilah."
Wang Lin mengangguk menyetujui, lalu membalikkan badan dengan hormat dan pergi.
Tak lama setelah kepergiannya, dua pancaran Shen Shi kuat seketika muncul di aula utama.
"Adik Seperguruan, bagaimana dengan orang ini?"
"Tidak apa-apa!" Orang tua itu mendengus pelan, berkata.
"Adik Seperguruan, belakangan ini para Leluhur sedang bertapa, kita harus lebih waspada agar tidak ada orang dengan niat tersembunyi yang menyusup."
"Lucu! Apakah masih kurang orang berniat jahat di sekte Lianhun kami? Satu lebih atau kurang tidak berarti. Dari sepuluh murid di puncak kalian berdua, satu pasti punya agenda lain. Uruslah urusan kalian sendiri, jangan ikut campur urusan puncak Lianhunku!" Suara orang tua itu dingin menusuk.
"Kelihatannya Adik Seperguruan masih menyimpan dendam. Hmm... Junior dengan kemampuan prediksi itu sudah kupilih. Yang menguasai ilmu kutukan maut sudah diambil Adik Suo Shen. Yang tersisa ini adalah pemenang terakhir. Masih belum puas?"
"Omong kosong! Keduanya punya kemampuan supernatural. Orang ini hanya tingkat kultivasinya sedikit lebih tinggi. Bagaimana bisa dibandingkan? Dua Saudara Senior, tidak perlu antar!" Raut wajak orang tua itu gelap.
Dua Shen Shi itu tertawa terbahak-bahak sebelum akhirnya menghilang berangsur.
Wang Lin berjalan di puncak Lianhun sambil menarik kembali Shen Shi-nya.
“Kultivator Transformasi Dewa semuanya sedang bertapa, saat ini sekte Lianhun dijaga oleh tiga orang ini.” Mata Wang Lin berkilat, ia berjalan menuju paviliun samping.
Di sana, setelah menukar seragam murid dan token, Wang Li melihat langit masih terang, lalu pergi ke Paviliun Kitab Suci.
