Penampilan Kylin ini, kecuali perbedaan warna, hampir identik dengan milik Ling Tianhou dari Dunia Dewwa di masa lalu!
Hanya saja, hawa yang dipancarkannya jauh tak sekuat Kylin milik Sang Penghormatan Pedang Ling Tianhou.
“Sisa Jiwa Kylin!”
Wang Lin menatap tajam makhluk itu. Tangan kanannya menghantam udara dan mencengkeram, seketika gas-gas hitam dari segala penjuru berkumpul membentuk tombak panjang hitam di genggamannya.
Kylin emas itu mengaum keras, tiba-tiba sebuah gumpalan cahaya keemasan raksasa muncul di depannya, berkilat sekejap sebelum menghantam Wang Lin.
Wang Lin menggoyangkan tombak panjang di tangannya, tubuhnya bergerak cepat menusukkan senjata itu.
"Bum!"
Dentuman dahsyat mengguncang, aliran spiritual di sekitarnya mulai retak-retak. Wang Lin mundur dua langkah, gumpalan cahaya itu berubah menjadi kilau kristal sebelum menghilang sepenuhnya.
"Menarik! Kylin milik Ling Tianhou meski makhluk hidup, tapi tak punya warisan sehingga tak bisa menggunakan ilmu. Jiwa terfragmentasi ini meski lebih lemah, justru bisa memakai ilmu - jelas memiliki ingatan warisan!"
Mata Wang Lin berkilat. Ia menepuk kantong penyimpanan, dua lonceng segera muncul. Dengan gerakan melempar, lonceng-lonceng itu memancarkan cahaya dan membentang menutupi Kylin.
Tubuh qilin melompat, kuku depan terangkat tinggi lalu menghentak tanah. Langsung terdengar gemuruh, aliran spiritual di sekitarnya collapse total. Kekuatan dahsyat menghantam, membuat dua lonceng bergetar halus, gerakannya melambat.
Wang Lin mendengus pelan. Tubuhnya tiba-tiba bergerak, tombak panjang di tangannya bergetar lalu ditusukkan dengan keras. Gemuruh terdengar saat tombak berubah menjadi cahaya hitam, menyambar dan menembus tubuh makhluk qilin.
Makhluk itu mengaum, dari bagian yang tertembus menyemburkan Gas Hitam yang berubah menjadi jiwa-jiwa.
Wang Lin tanpa bicara langsung menepuk kantong penyimpanan. Bendera Arwah langsung muncul di tangannya. Saat dikibaskan, jiwa-jiwa itu langsung terbang menuju bendera.
Makhluk qilin meraung. Jiwa-jiwa yang terbang langsung terhisap kembali ke dalam tubuhnya.
Wang Lin matanya berkilauan, tangan kanannya mengayun di depan badan, pusaran jiwa muncul, memulai pertarungan merebut jiwa-jiwa dengan makhluk qilin ini.
Terhambat sejenak, dua lonceng itu segera membesar, dalam sekejap menyelimuti. Makhluk qilin itu mengaum sementara lubang hidungnya menyemburkan kabut hitam, berubah menjadi dua ekor qilin berukuran lebih kecil yang menyerbu ke arah lonceng.
Tangan kanan Wang Lin membentuk mantra, larangan-larangan langsung berdesir keluar, mendarat di sekeliling, serempak menekan dua makhluk yang menyerbu itu, mengurungnya di dalam, lalu ditutup dan disimpan oleh dua lonceng.
Memandangi jiwa-jiwa yang beterbangan dari tubuh makhluk qilin tadi, sorot mata Wang Lin berkilat. Ia mendengus pelan, membentak: "Hewan terkutuk! Jika kau memiliki kemampuan leluhurmu, tentu aku takkan sanggup melawan. Tapi kini, kau hanyalah wujud ilusif yang terbentuk dari kumpulan sisa jiwa yang terpecah-pecah, menghancurkanmu bukanlah hal sulit!"
Sambil berkata, kedua tangan Wang Lin bergerak cepat, lapisan demi lapisan Larangan bayangan segera terlepas dan mengelilingi makhluk qilin, bagai jaring laba-laba kental yang menutup ke bawah.
Makhluk qilin itu mengaum dan meronta-ronta, suara berderak-derak terdengar saat Larangan runtuh. Namun, kedua tangan Wang Lin tak pernah berhenti, banjir Larangan tak henti-hentinya dilontarkan ke tubuh qilin.
Perlahan, keringat mulai mengucap di dahi Wang Lin. Ribuan Larangan telah dilepaskannya dalam hitungan sekejap napas. Teriakan qilin semakin keras, namun tubuhnya seperti tenggelam dalam air, gerakannya melambat.
Mata Wang Lin berkilat. Tangan kanannya menyentuh kantong penyimpanan, sehelai bendera kecil segera meluncur keluar.
Bendera Larangan ini, setelah digoyangkan, mengeluarkan energi larangan yang menderu-deru. Tombak-tombak panjang hitam tiba-tiba muncul di depan Wang Lin. Dengan berseru rendah, Wang Lin mengarahkan jarinya. Seketika tombak-tombak hitam itu melesat menuju Qilin Emas.
Sementara itu, tangan kanan Wang Lin tak berhenti. Dengan cepat jari-jarinya membentuk mantra, menciptakan pusaran-pusaran jiwa. Siluetnya bergerak secepat kilat, sementara pusaran-pusaran jiwa bermunculan sambung-menyambung di sekitarnya.
Ratusan tombak hitam meluncur deras menusuk Qilin Emas. Di mata makhluk itu terpancar kemarahan. Tubuhnya menggigil, dan seketika belasan gumpalan cahaya keemasan muncul mengelilinginya.
"Bum!" "Bum!"
Dentuman dahsyat bergema saat tombak larangan bertabrakan dengan gumpalan cahaya emas. Keduanya lenyap bersamaan. Namun beberapa tombak masih berhasil menembus tubuh Qilin. Jiwa-jiwa dalam jumlah besar menyembur keluar, langsung diserap habis oleh pusaran jiwa yang telah dipersiapkan Wang Lin di sekitarnya.
Makhluk qilin mengaum keras, segera bergerak memberontak dengan dahsyat. Larangan di tubuhnya langsung retak satu per satu.
Wang Lin mengerutkan kening. Ia tak menyangka bayangan ilusi dari jiwa-jiwa terfragmentasi qilin ini ternyata memiliki kekuatan sehebat ini. Jiwa terfragmentasi ini hampir setara dengan tahap akhir Transformasi Dewa. Hanya perlu dipupuk beberapa tahun lagi, bisa mencapai kekuatan Tahap Transformasi Bayi.
Pandangan Wang Lin menjadi muram. Tangan kanannya diangkat ke depan, lingkaran pengendali binatang di pergelangan tangannya segera melesat keluar, mendarat di samping dengan bunyi "bum", berubah menjadi Kereta Dewa Penembak.
Binatang Jiwa di atas kereta ini, setelah pertempuran dengan Hong Die, memang berada dalam kondisi lemah. Namun saat ini, begitu Binatang Jiwa di gerobak perang melihat jiwa-jiwa terfragmentasi qilin, langsung bersemangat. Matanya menunjukkan kilau keserakahan yang membara.
Jiwa Kylin yang terfragmentasi itu langsung menggeram rendah begitu melihat Binatang Jiwa, seolah bertemu predator alami. Alih-alih terus meronta melawan Larangan di sekitarnya, matanya justru memancarkan semangat bertarung.
Menyaksikan pemandangan ini, Wang Lin mengeluarkan suara terkejut. Matanya berkilat, tanpa basa-basi tangan kanannya melemparkan mantra spiritual yang tercap pada gerobak perang. Untuk pertama kalinya, Binatang Jiwa di gerobak itu melesat keluar dengan sorak gembira. Juga pertama kalinya, begitu muncul ia tidak menunggu gerobak perang terbuka, bahkan tidak mencoba menyerap Wang Lin, melainkan langsung menerjang jiwa Kylin yang terfragmentasi dengan ganas disertai rantai besi hitam yang tak terhitung.
Jiwa Kylin yang terfragmentasi mengaum keras. Seketika bermunculan lagi gumpalan cahaya emas di sekelilingnya yang tiba-tiba menghadang di depan, berusaha mencegah serangan Binatang Jiwa.
Binatang Jiwa menerjang sambil meraung kencang. Bum! Semua gumpalan cahaya retak berkeping. Tubuh Binatang Jiwa bertabrakan dahsyat dengan jiwa Kylin yang terfragmentasi.
Langsung, kedua binatang itu mengerang kesakitan. Binatang Jiwa yang menabrak terlalu keras membuat rantai di tubuhnya tertarik lurus, saat ditarik ia kesakitan dan terpaksa mundur. Dengan gerakan cepat, ia berbalik dan menggigit rantai dengan ganas, namun gagal memutusnya. Dalam kemarahan, binatang itu segera mengaum ke arah Wang Lin, niatnya jelas terlihat.
Jiwa Kylin yang tersisa tak mampu melawan Binatang Jiwa. Larangan di tubuhnya langsung runtuh akibat benturan, badannya terlempar jauh sambil memancarkan banyak fragmen jiwa.
Begitu fragmen-fragmen jiwa ini muncul, langsung diserap habis oleh pusaran jiwa di sekelilingnya dalam sekejap mata.
Siluet Kylin emas tak lagi sepadat sebelumnya, berubah menjadi ilusif. Ia menatap Binatang Jiwa dengan pandangan tak rela, menggeram rendah namun tak berani mendekat.
Ia memang hanya jiwa yang terfragmentasi, andai dalam masa kejayaannya tentu tak gentar menghadapi Binatang Jiwa, namun saat ini jelas tak sebanding.
Makhluk Qilin terhempas, di tempatnya semula tiba-tiba terlihat Bendera Arwah Emas itu. Wang Lin matanya berkilat, tanpa ragu langsung menyambar ke samping Bendera Arwah Emas, tangan hendak mencengkram benda itu.
Qilin Emas itu langsung mengaum keras, tiba-tiba menyerbu. Wang Lin tertawa dingin, tangan kanannya menghantam udara ke arah gerobak perang. Seketika rantai besi yang mengikat Binatang Jiwa di gerobak langsung menghilang.
Tanpa rantai pengikat, Binatang Jiwa itu meraung gembira, tubuhnya secepat kilat langsung menerjang, mulut menganga hendak menelan jiwa qilin yang terfragmentasi.
Jiwa Qilin yang terfragmentasi itu menggeram penuh ketidakrelaan, terpaksa membatalkan serangan ke Wang Lin dan berbalik kabur.
Langsung, dua makhluk itu mulai kejar-kejaran dan bertarung di sekitar. Sejumlah besar jiwa berhamburan dari tubuh makhluk qilin, terserap ke dalam pusaran jiwa.
Wang Lin menggenggam erat Bendera Arwah Emas. Saat tangannya menyentuh bendera, aura dingin menyusup ke tubuhnya, mengaliri beberapa putaran sebelum mereda. Matanya berbinar saat ia menyemburkan sejumlah darah esensial jiwa yang langsung diserap bendera itu.
"Bangkit!" teriak Wang Lin keras-keras. Dengan gerakan tangan, Bendera Arwah Emas itu langsung tercabut dari tanah.
Tiba-tiba, Gas Hitam sebesar lengan melesat keluar dari bekas lubang bendera emas, menerobos seluruh Gunung Lianhun.
Dari kejauhan, di puncak Gunian Lianhun, Gas Hitam itu membumbung tinggi ke langit berubah menjadi lingkaran-lingkaran cahaya hitam pekat yang menyebar ke segala penjuru.
Pada saat ini, seluruh murid di Gunung Lianhun serentak mengangkat kepala, tertegun memandang gas hitam yang menyembul dari puncak gunung. Sebelumnya mereka telah mendengar suara auman dari dalam gunung, namun kekuatan yang terkandung dalam auman itu sangat dahsyat sehingga mereka tidak berani menjelajahinya.
Di kedalaman tiga puncak sekte Lianhun, sembilan lingkaran emas raksasa tiba-tiba bergetar halus. Pada lingkaran emas kedelapan muncul sesosok pria berambut putih dengan wajah muram. Matanya tertancap pada cahaya hitam itu, tubuhnya hendak bergerak untuk menyelidiki. Tiba-tiba dia berhenti, menunjukkan ekspresi mendengarkan sesuatu, lalu membalikkan badan menghadap dua lingkaran darah samar di belakang sembilan lingkaran emas sambil membungkuk hormat: "Menuruti titah Leluhur."
Setelah berkata demikian, dia kembali masuk ke dalam lingkaran emas dan menghilang tanpa jejak.
Wang Lin menggenggam Bendera Larangan emas, menggoyangkannya sambil berseru: "Arwah Utama Kylin, Tarik!"
Seketika, Kylin emas yang terus dipojokkan Binatang Jiwa hingga hampir tertelan beberapa kali, langsung mengaum keras. Tubuhnya berubah menjadi cahaya emas yang melesat masuk ke dalam Bendera Arwah dan menghilang tanpa jejak.
Wang Lin merakan getaran di Bendera Arwah yang dipegangnya. Hatinya dipenuhi kegembiraan, ia segera menyimpannya dengan cepat.
Binatang Jiwa yang murka, kebenciannya pada Wang Lin yang sudah sangat mendalam, kini semakin menjadi. Melihat mangsanya yang hampir didapat direbut, ia berbalik dengan geram sambil mengaum siap menelan.
Meski tak bisa sepenuhnya mengontrol Binatang Jiwa, Wang Lin tenang menyegelnya. Tangan kanannya membentuk mantra, tiba-tiba rantai besi dari gerobak perang menyambar dan mengikat Binatang Jiwa.
Diiringi auman kemarahan yang tak henti, Binatang Jiwa tertarik perlahan ke gerobak. Saat menyentuh gerobak, bum! Gerobak berubah menjadi lingkaran pengendali binatang.
Wang Lin tidak mengenakan cincin ini di pergelangan tangan, melainkan menyegelnya sepenuhnya sebelum memasukkannya ke dalam kantong penyimpanan. Setelah menyelesaikan ini, tubuhnya berkelebat dan menghilang ke kedalaman aliran spiritual, muncul kembali di puncak Gunung Lianhun.
Saat ini, Gas Hitam di puncak gunung sangat pekat. Wang Lin mengangkat kepala memandangi gas tersebut, sorot matanya berkilat menunjukkan ekspresi kontemplatif.
"Kegaduhan tadi pasti telah menarik perhatian kultivator Sekte Lianhun di atas tingkat Transformasi Dewa, tapi anehnya sampai sekarang tak seorang pun datang..." Wang Lin menatap tajam sembilan lingkaran emas, khususnya dua lingkaran darah di belakangnya. Meski tingkat kultivasinya belum pulih sepenuhnya, dia tidak gentar. Bahkan jika kultivator tahap Bayi Yuan Ying datang, dia bisa merobek celah dimensi dan melarikan diri menggunakan Kompas Bintang.
Samar-samar, dia melihat sorot mata penuh kesan zaman yang memancarkan kebaikan, menghilang sekejap dalam lingkaran darah.
"Hm?" Sorot mata Wang Lin berkedip-kedip.
