Sang Leluhur klan Raksasa menggenggam kapak raksasa merah dengan tangan kanannya, seketika seluruh wujudnya berubah drastis bagai menjelma menjadi sosok lain saat memegang senjata itu.
Aura merah menyebar keluar dari kapak, menyusuri lengan Sang Leluhur dan menerobos masuk ke dalamnya. Dari tujuh lubang di wajahnya, asap kemerahan mulai mengepul keluar, membentuk pemandangan yang mengerikan dari kejauhan.
Asap merah itu tidak terkumpul di depannya, melainkan diserap kembali oleh kapak untuk membentuk siklus.
Setiap sekejap napas saat proses ini berlangsung - asap merah mengalir dari kapak ke tubuh leluhur lalu keluar kembali untuk diserap kapak - aura Sang Leluhur klan Raksasa semakin kuat.
Berada di udara, ia menatap ke bawah ke arah Wang Lin dengan cemberut kejam di bibir. Di bekas luka tangan kiri yang dipotong Xu Liguo, asap merah tiba-tiba berkumpul membentuk lengan baru berwarna darah.
Dengan berseru rendah, Sang Leluhur klan Raksasa segera melemparkan kapak di tangan kanannya ke depan. Sementara tangan kiri yang sepenuhnya terbentuk kembali dari asap merah mencengkeram kapak itu. Pada momen ini, kilatan asap merah menyala-nyala.
"Wang Lin, Matilah!" teriak Sang Leluhur klan Raksasa sambil melangkah maju. Kapak di tangannya terangkat tinggi lalu diayunkan dengan gila-gilaan.
Dengan kecepatan ekstrem, hampir dalam sekejap mata, dia tiba di depan Wang Lin. Tubuhnya menyusuri aliran kapak yang jatuh bergemuruh.
Mata Wang Lin berkilat. Pedang Immortal di tangannya segera diangkat secara horizontal, bertabrakan dengan kapak merah raksasa itu dalam seketika.
"Gemuruh!"
Suara yang menggemparkan langit-bumi dan menusuk sembilan langit bergema dari titik tumbukan kapak-pedang.
Wang Lin merasakan kekuatan dahsyat tiba-tiba memancar dari kapak. Tubuhnya langsung terguncang, darah segar mengalir dari sudut bibirnya, dan tubuhnya langsung mundur.
Satu langkah mundur ini mencapai 100 zhang (sekitar 333 meter).
Melihat ke arah Sang Leluhur klan Raksasa, saat ini dia memuntahkan darah segar, namun kakinya bagai tertanam sebagai akar, tidak mundur selangkah pun. Hanya saja tubuh fisiknya langsung menyusut dengan kecepatan yang terlihat oleh mata, hampir sekejap mata telah menyusut sepertiga.
Saat ini, meski bukan sampai kulit pembungkus tulang, penampilan Sang Leluhur klan Raksasa sama sekali tidak lagi memberi kesan kekar seperti sebelumnya.
Suara mengaum keluar dari mulut Sang Leluhur klan Raksasa. Kini dia bagaikan binatang buas kuno, kedua matanya memancarkan kilau merah menyilaukan. Dengan menginjakkan kaki ke depan sambil memegang kapak raksasa, seluruh tubuhnya berubah menjadi kilatan merah menyambar, menerjang Wang Lin dengan ganas.
"Bocah Wang Lin, mati!" teriak Sang Leluhur klan Raksasa sambil mengangkat kapak raksasanya kembali, menebas ke bawah.
Wang Lin yang sedang mundur memancarkan kilau dingin di matanya. Tangan kanannya membentuk mantra dengan jari-jarinya, menggenggam kosong ke depan, dan berbisik lembut: "Bendera Arwah!"
Langit tiba-tiba menjadi gelap, seolah semua cahaya terkumpul di depan Wang Lin. Tampak sebuah bendera arwah raksasa setinggi tiga zhang yang ilusif bagai api yang berkedip-kedip, muncul di tangannya.
Bendera ini tingginya tiga zhang dengan kain bendera yang lebih lebar. Seluruhnya berwarna ungu, dihiasi dua belas kilau emas yang memancarkan cahaya ungu keemasan.
Saat bendera arwah ini muncul, bumi bergema dengan deru angin ribuan hantu penasaran. Gas-gas hitam segera mengepul dari tanah, berhamburan ke segala arah bagai kabut yang panik.
Di langit di atas, cahaya meredup dan kegelapan menyelimuti, bagai pasir hitam menutupi angkasa, matahari dan bulan kehilangan sinarnya.
Kembali melihat Sang Leluhur klan Raksasa, laju serangannya yang secepat kilat tiba-tiba melambat. Kapak merah di tangannya mengeluarkan dengungan keras.
Di balik kilau merah mata Sang Leluhur klan Raksasa, terlihat secercah kengerian dan ketakutan yang disembunyikan sangat dalam.
"Ini... ini milik sekte Lianhun..." Sang Leluhur klan Raksasa menarik napas dalam-dalam. Ia samar-samar mengenali asal usul bendera ini, namun tak sepenuhnya yakin. Bagaimanapun, bendera arwah dalam ingatannya mustahil berada di tangan Wang Lin.
Tapi saat ini, penampakan bendera arwah ini hampir identik dengan benda dalam ingatannya, membuatnya tak bisa tidak percaya.
Untuk pertama kalinya, Bendera Arwah Miliar dipanggil dan digunakan oleh Wang Lin.
Di perbatasan klan Raksasa, perempuan berbaju ungu yang mengamati pertarungan ini tiba-tiba mengerutkan alisnya. "Dun Tian mengusirku dari sekte Lianhun ternyata ingin Wang Lin mewarisi Bendera Arwah Miliar... Meski hanya Bendera Pemisahan Ilusif, kekuatannya tetap tak bisa dilawan Sang Leluhur klan Raksasa."
Perempuan itu mendesah pelan. Hati Jalan Wang Lin telah lama ia selidiki, namun tak menemukan jejak. Hanya saat pria itu tak sadar, mungkin teknik rahasianya bisa berhasil.
"Membayangkan ini, dia melangkah hendak pergi, tapi tiba-tiba langkahnya terhenti, menoleh ke kejauhan.
Tampak seorang pria kekar berbaju ungu bertopi jerami, mendekat selangkah demi selangkah dari jauh.
"Nona Liu Mei, lawanmu adalah aku!" Teriak pria itu sebelum tubuhnya terlihat.
Perempuan berbaju ungu menyapu sekilas pria itu dengan matanya yang indah, berkata lembut: "Memakai Topi Jerami Li Ming Paman Sepenguruan, pastilah Tuan salah satu dari keempat orang pilihannya. Tapi dengan tingkat kultivasi Transformasi Dewa tahap menengahmu, takkan sanggup menghalangiku."
Pria itu terkekeh: "Tingkat kultivasi Nona Liu Mei memang mencapai langit, hamba jelas tak mampu melawan. Tapi perintah Senior Burung Pipit harus kuturuti. Bagaimana jika kita minum arak bersama sebentar, lalu hamba pulang melapor? Dengan begitu hamba punya alasan untuk mundur."
Perempuan berbaju ungu menyisir helai rambut yang tertiup angin di dekat telinganya, bagai bunga lili yang mekar ia tersenyum sambil menutup mulutnya: "Kau memang lucu, tapi tunggu sebentar. Biarkan aku membantu Sang Leluhur klan Raksasa dulu, baru kita minum arak bersama, bagaimana?"
Pria kekar itu menggeleng sambil tertawa: "Tidak baik. Wang Lin adalah teman lamaku, mana mungkin kubiar kau pergi."
Perempuan berbaju ungu mendesah pelan, memandang pria itu lalu berkata lembut: "Pergilah, aku tak ingin menyakitimu." Begitu kata-katanya, tubuhnya langsung bergerak hendak pergi.
Pria kekar itu duduk bersila, kedua tangannya membentuk mantra dengan jari-jari. Jiwa Yuan Shen-nya bergetar, Lapisan menyelimuti tubuhnya seketika. Di belakangnya muncul bayangan samar seorang pemuda berusia sekitar 20 tahun bermuka tampan. Setelah muncul, pemuda itu menatap pria kekar dengan pandangan penuh kekaguman layak anak pada ayahnya.
Perempuan berbaju ungu itu kembali menghentikan langkahnya, berbalik menatap pria kekar. Ekspresinya yang sebelumnya menggoda telah lenyap, digantikan kilau dingin yang tersembunyi sangat dalam di matanya. Dengan suara lembut ia berkata: "Jalan Memutus Kasih... Pantas saja Tuan dipilih Paman Sepenguruan. Rupanya Tuan memahami Lapisan Spiritual ini. Sungguh tekad yang besar, hati yang kejam..."
Memahami cinta guru-murid: Dengan niat menggerakkan pikiran, dengan pikiran menarik murid, dengan cinta membesarkan anak, dengan kebaikan memberi manfaat, dengan hati menumbuhkan kasih, dengan kesedihan masuk ke tahap dewa. Setiap gerak-geriknya sepenuhnya ditujukan untuk menyelami secara total hubungan guru-murid ini.
Ketika akhirnya ia memahami Lapisan Spiritual-nya dan hendak mencapai Transformasi Dewa, itulah saat ia harus turun tangan membunuh muridnya sendiri - murid yang telah dianggap sebagai anak sekaligus penerus, tempat ia curahkan seluruh jiwa raganya. Bukan dengan kematian instan, tapi melalui siksaan tak terhitung yang membuat hatinya merasakan kepedihan menyelubungi tulang, hingga kesedihan dahsyat di hati mencapai puncaknya: Langkah terakhir masuk ke tahap dewa melalui kesedihan!
Tampak penuh kasih, namun sebenarnya tak segan bertindak, namun dalam ketidaksudian ini terkandung cinta terdalam dan sifat sejati. Transformasi Biasa seperti ini sama sekali bukan pemahaman yang bisa dicapai manusia biasa.
Saat Wang Lin melihat orang ini bertahun-tahun lalu, ia pun tak bisa menahan decak kagum. Dirinya sendiri tak mampu mencapai tingkat seperti itu.
……
Wang Lin memegang Bendera Arwah Miliar, Yuan Shen-nya melebur dengan bendera ini. Begitu hatinya bergerak, Bendera Arwah Miliar langsung berkibar tanpa angin. Gemuruh dahsyat yang mengguncang sembilan langit dan menggemparkan sembilan bumi tiba-tiba bergema dari dalam bendera tersebut.
Ribuan jiwa menerjang keluar seperti gila dari bendera arwah. Di bawah pimpinan dua belas Bayi Yuan Ying ungu keemasan sebagai arwah utama, mereka mengaum-ngaum sambil muncul dari dalam bendera.
Sang Leluhur klan Raksasa raut wajahnya berubah drastis. Ia sama sekali tak menyangka Wang Lin memiliki harta magis seperti ini. Dalam hati terasa pahit, andai tahu sebelumnya, pasti ia takkan berani bertarung dan memilih langsung melarikan diri sebagai opsi terbaik.
Namun saat ini, situasi sudah seperti anak panah di busur—harus dilepaskan. Jika mundur sekarang, hanya kematian yang menantinya. Lebih baik tembak! Sang Leluhur klan Raksasa menunjukkan seberkas kegilaan di matanya. Dengan geraman rendah, tubuhnya melesat lagi tiga Fen lebih cepat, mengangkat kapak raksasa sambil meraung: "Leluhur memberkati, bantu hamba membantai orang ini!"
Langit disibak kilat berwarna merah. Saat menyambar, tanah seolah tercelup darah.
Sang Leluhur klan Raksasa-lah yang menggenggam kilat ini. Namun siluetnya tenggelam dalam murka langit, tak berarti bagai debu.
Seluruh langit hanya dihiasi satu kilat ini. Tiba-tiba, kilat itu menghunjam ke Wang Lin. Saat jatuh, bentuk kapak merah raksasa mulai terlihat di dalamnya.
Wang Lin menatap lautan merah di depan dengan pandangan tetap tenang. Tangan kanannya menunjuk ke depan, bibirnya berbisap pelan: "Bendera Arwah, Telan!"
"Miliaran jiwa, menderu datang. Saat kilat merah itu tiba, tiba-tiba dua belas Arwah Utama berwarna ungu keemasan menerjang keluar. Setara dengan dua belas kultivator tahap Bayi Yuan Ying, para Arwah Utama ini segera membentuk mantra dengan jari-jarinya. Berbagai kemampuan supernatural langsung muncul."
"Sebuah garis emas segera muncul di dalam tubuh dua belas Arwah Utama ungu keemasan ini, menyambung menjadi satu jaringan. Seketika terbentuk jaring langit dan bumi yang dengan paksa mengurung kilat merah di dalamnya."
"Bersamaan, di sekitar jaring langit dan bumi itu, ratusan juta jiwa seolah menerima panggilan Arwah Utama. Segera dari segala penjuru, dengan aura menggelegar bagai mampu membelah langit dan bumi, mereka datang bergemuruh."
"Jika dilihat dari ketinggian, dua belas Arwah Utama membentuk lingkaran. Di luar lingkaran terdapat lautan jiwa tak berujung. Kini, semua jiwa itu menerobos masuk ke dalam lingkaran."
"GEMURUH" "GEMURUH" "GEMURUH"
Dengan aliran masuk jiwa-jiwa, langit dan bumi berguncang, sama sekali tak terlihat pemandangan di dalamnya, hanya sesekali terdengar jerit-jerit tak sadar dari Sang Leluhur klan Raksasa.
Namun tiba-tiba, kilau merah bagai membelah langit menyambar dari dalam, membuka celah. Terlihat Sang Leluhur klan Raksasa yang kini seluruh tubuhnya sudah kulit membungkus tulang, bagai tak tersisa nyawa, membawa kapak raksasa menerjang keluar.
Begitu muncul, ia segera muntahkan darah segar dalam jumlah besar, matanya redup, melirik jahat ke arah Wang Lin sebelum berusaha kabur. Tapi, sudah terlambat.
Jiwa-jiwa yang tak terhitung jumlahnya kembali menderu mendekat, dua belas Arwah Utama ungu keemasan memperlihatkan cemberut kejam, sekali lagi menyerbu.
