Zhu Que Zi diam sejenak, wajahnya berubah-ubah antara gelap dan terang. Akhirnya ia menghela napas dalam hati, tidak berani kembali untuk menyelidiki situasi sebenarnya. Langkahnya menghentak keras di langit, menciptakan celah besar sambil menatap penuh kebencian ke arah Negara Pilu.
“Generasi Kedua Zhu Que...” Tubuh Zhu Que Zi bergerak, terbang menuju Gunung Zhuque.
Di dalam Sekte Lianhun negara Pilu.
Siluet Wang Lin, setelah merasakan kepergian Zhu Que Zi yang telah menjauh, tubuhnya limbung terjatuh dari udara.
Dun Tian kaget, segera menyambut dan menahan Wang Lin. Saat ini, raut wajah Wang Lin pucat pasi dengan mata terpejam, menunjukkan ekspresi kesakitan.
Dun Tian mengamati dengan seksama beberapa saat, tiba-tiba raut wajaknya berubah drastis: "Mengambil Alih Tubuh!"
Tanpa ragu, dia menggigit giginya dan mengangkat tangan kanan, hendak menekan antara alis Wang Lin untuk membantunya melawan kekuatan pengambilalihan tubuh. Namun, tepat sebelum jarinya menyentuh, Wang Lin membuka mata - sorot mata hitam putihnya sama sekali tak menyisakan kesombongan seperti sebelumnya.
"Senior, hentikan." Ucap Wang Lin dengan kondisi lemah.
Dun Tian menatapnya dengan suara berat: "Apa sebenarnya yang terjadi?"
“Dasar anak kecil nekat! Tidak bisa melihat situasi! Kalau dulu, gue sudah menghabisi lo dengan sekali tepukan! Meski umurmu sudah habis, gue tetap bisa bikin lo merasakan sensasi umur dicabik sedikit demi sedikit!”
Suara arogan terdengar dari antara alis Wang Lin. Semburat hijau melesat dari dahinya dan berubah menjadi sosok tinggi besar. Pria paruh baya ini berwajah kasar, bertubuh kekar. Begitu muncul, hawa dahsyat langsung menyembur.
Langit bergemuruh. Di bawah hantaman hawa pria itu, lapisan awan terkumpul disertai kilat bergelora. Tetesan hujan mulai jatuh dari langit.
Pria paruh baya itu menengadah dan menggeram: "Bubar! Siapa suruh hujan?!"
Geramannya membuat lapisan awan langsung collapse total, menghilang sepenuhnya. Bahkan tetesan hujan yang sudah jatuh tersedot kembali, tak ada yang menyentuh tanah.
Tubuh Dun Tian bergetar hebat, ia terdiam memandang pemandangan di depan matanya, tak bisa berkata-kata.
Wang Lin tersenyum getir, batuk kecil. Sebelum api Zhu Que tiba, ia telah menyatukan kembali Jiwa Yuan Shen-nya, mencapai tahap Bayi Yuan Ying. Namun pertempuran antara Zhu Que Zi dan Dun Tian tak bisa ia ikuti, terpaksa bersembunyi di dalam Mutiara Tian Ni di bawah gempuran api Zhu Que.
Di sana, Situ Nan, bangkit dari tidur!
Hanya saja Situ Nan yang baru terbangun ini, meski memancarkan kewibawaan, sebenarnya dalam kondisi sangat lemah. Bahkan mereka hampir tak punya waktu untuk berbincang, Situ Nan langsung merasakan situasi di luar, masuk ke dalam tubuh fisik Wang Lin, dan membuat Zhu Que Zi kabur dengan paksa.
Harus diakui, akting Situ Nan dalam berpura-pura perkasa benar-benar matang.
Saat menyuruh Zhu Que Zi memotong jarinya, Wang Lin yang menyaksikan adegan ini sangat tegang. Sebaliknya Situ Nan sama sekali tak khawatir, tetap mempertahankan sikap angkuhnya yang khas.
Setelah kejadian itu, Wang Lin pernah bertanya padanya mengapa memaksa Zhu Que Zi memutuskan jari, tidakkah khawatir lawan melakukan serangan balik.
Jawaban Situ Nan adalah: "Karena gue adalah Situ Nan!"
"Barusan hampir saja kau bocah kecil ini merusak rencana gue! Ngapain minta jiwa keempat? Kalau si anak burung gereja itu sampai curiga, baru bangun tidur gue langsung harus tidur lagi dong! Soal jiwa keempat itu, nanti setelah gue punya tubuh fisik dan pulih tingkat kultivasi, langsung menyerbu Gunung Zhuque dan merebutnya kembali!" Situ Nan melototi Dun Tian.
Dun Tian telah berkultivasi hingga sekarang selama ribuan tahun tanpa pernah dipanggil 'bocah kecil'. Saat ini, dia hanya bisa tersenyum getir dan berkata: "Senior adalah...?"
Situ Nan mengangkat kepala dan dengan angkuh berkata: "Wang Lin, beritahu bocah kecil ini siapa gue!"
Wang Lin tersenyum getir, menatap Dun Tian, dan berkata: "Dia adalah Situ Nan."
"Situ Nan?" Dun Tian berpikir lama, tapi tak bisa mengingat ahli sejati mana dari dulu hingga sekarang yang bernama Situ Nan.
"Generasi Kedua Zhu Que!" Wang Lin menambahkan.
Tubuh Dun Tian bergetar, mundur beberapa langkah dengan langkah terhuyung "deng deng deng", sorot matanya menunjukkan keterkejutan yang mencapai puncak ketidakpercayaan. Ia langsung memahami mengapa Zhu Que Zi bisa terusir dengan paksa oleh orang ini.
Reputasi Generasi Kedua Zhu Que sungguh terlalu besar! Bahkan dalam beberapa aspek, telah secara total melampaui Generasi Pertama Zhu Que.
Sejenak kemudian, Dun Tian menarik napas dalam-dalam, lalu membungkuk sangat dalam ke arah Situ Nan dengan penuh hormat: "Junior Dun Tian dari Sekte Lianhun, memberi hormat pada Senior."
Situ Nan mengangguk, berkata: "Melihat jasamu menjaga Wang Lin dan memberikan Bendera Arwah Miliar, Lao Fu berjanji padamu - jika ada kesempatan, pasti akan membantu memulihkan tradisi Sekte Lianhun!" Sorot mata Situ Nan menunjukkan kilasan kenangan yang sangat nyata. Ia teringat sahabatnya dari Sekte Lianhun tempo dulu. Jika bukan karena bantuan orang itu, dalam perang melawan kultivator luar wilayah saat itu, mungkin ia bahkan tak sempat menyembunyikan diri ke dalam Tian Ni.
Wajah Dun Tian menampakkan senyuman. Seluruh hidupnya telah ia dedikasikan untuk sekte Lianhun. Sekte Lianhun adalah keengganan terbesar dalam hidupnya untuk dilepaskan. Karena itu, sebelum usia-nya benar-benar habis, ia tak segan mengeluarkan segala upaya untuk menjalin hubungan dengan Wang Lin, bahkan menaruh harapan besar padanya. Tujuannya adalah demi menyisakan secercah warisan bagi sekte Lianhun.
Kedatangan Zhu Que Zi sempat membuat Dun Tian merasakan keputusasaan. Namun melalui lika-liku ratusan putaran, di antara duka dan suka, seolah mengalami siklus reinkarnasi yang berbeda. Kini, generasi kedua Zhu Que secara pribadi menjamin kelangsungan aliran sekte Lianhun. Dun Tian pun merasa puas.
Dengan senyuman mengembang di bibir, ia duduk bersila di tanah, perlahan menutup kedua matanya...
“Saudara Senior, ramalanmu terbukti benar... Aku Dun Tian, bisa bertemu kalian dengan senyum, bertemu Guru, bertemu para leluhur... Aku Dun Tian bukan penjahat Sekte Lianhun. Aku telah menemukan harapan baru untuk Sekte Lianhun. Aku bisa melihat, di masa depan Sekte Lianhun akan menjadi entitas yang melampaui negara cultivation tingkat enam. Namaku Dun Tian akan tercatat dengan tinta emas dalam sejarah Sekte Lianhun...
Guru, janjiku padamu telah kutepati. Seumur hidupku Dun Tian rela menghapus kecerdasan ini, menjadi arwah Bendera Arwah, tersenyum di alam baka,!”
Di jalan utama malam hujan, perampok membantai, di tengah puing-puing berdarah, seorang pemuda menangis dalam guyuran hujan...
Sebuah desahan panjang terdengar. Dari kegelapan malam hujan muncul seorang pria tua. Ia mengusap kepala pemuda itu lembut dengan senyum penuh kasih sayang, hanya mengucapkan satu kalimat.
“Apakah kau mau ikut denganku?”
Di dalam Sekte Lianhun, pemuda itu tumbuh dewasa. Dengan bakat cerdasnya, ia menonjol di antara para murid. Semua ini demi memenuhi janji yang pernah diucapkan di masa lalu.
"Untuk mengikuti langkah Orang tua itu, ia berlatih kultivasi dengan kecepatan ekstrem dan ketekunan asketik, hari demi hari, tahun demi tahun. Proses cultivation yang monoton, pemahaman terhadap Jalan Langit, mencapai tahap Transformasi Dewa, baru kemudian resmi menjadi murid sang Orang tua, diberi gelar Dun Tian, mengabdi di sisinya."
"Waktu mengalir bagai melodi, selalu ada saat melodi berakhir dan orang berpisah. Sebelum jiwa Guru masuk ke dalam Bendera Arwah, ia mengucapkan sumpah: Dengan sisa hidupnya, akan menjaga sekte Lianhun. Semua ini, juga demi janji di masa remaja dulu..."
"Kau mau ikut denganku?"
"Guru, murid... datang..." Dun Tian tersenyum bahagia, sorot matanya menutup, kilau terakhir perlahan lenyap, duduk bermeditasi hingga meninggal...
"Sebilah cahaya Ungu-Emas melesat dari antara alisnya. Tiba-tiba Bendera Arwah muncul di angkasa, tergoyang sekali membuat cahaya ini masuk ke dalam bendera, lalu menghilang."
"Bendera Arwah, meski kehilangan sepertiga jiwanya, kehilangan sepuluh Arwah Utama, kehilangan jiwa keempat, tapi ia tetaplah Bendera Arwah!"
Tiga zhang bendera besar ini mewakili warisan dao Sekte Lianhun. Seolah memiliki kesadaran, ia melayang ke arah Wang Lin.
Wang Lin mengangkat tangan kanannya, menggenggam Bendera Arwah. Matanya menatap kosong ke arah sosok Dun Tian yang pergi dengan senyum. Perasaan kompleks dan melankolis memenuhi hatinya. Diam-diam ia bersujud di tanah, memberikan tiga kali penghormatan dengan menyentuhkan kepala ke lantai.
"Meski Senior bukan guruku, namun telah mengajarkanku layaknya murid... Wang Lin tidak akan pernah melupakan ini seumur hidup..." Mata Wang Lin semakin dipenuhi kepiluan. Sejujurnya, waktu yang dihabiskan bersama Dun Tian tidaklah lama, namun kebaikan Senior itu terukir dalam di hatinya.
"Zhu Que Zi! Tentang penghancuran Sekte Lianhun ini, suatu hari nanti aku Wang Lin akan mencarimu!" Wang Lin mengangkat kepala, menatap ke arah Negeri Zhuque. Kilau dingin berkelebat di pupil matanya.
Angin berhembus, mayat Dun Tian perlahan menghilang di antara langit dan bumi. Segala hal tentangnya terhapus sepenuhnya, seolah pria ini tak pernah ada. Hanya dalam ingatan Wang Lin, siluet Dun Tian tetap tersimpan...
"Pertemuanmu dengannya adalah takdirmu. Dia layak kau kenang dalam hati..." Situ Nan mendesah pelan, nada bicaranya tak lagi angkuh melainkan bernuansa nostalgia. Pikirannya melayang pada sahabat lamanya...
"Apa rencanamu sekarang?" Wang Lin diam sejenak sebelum menatap Situ Nan.
Mata Situ Nan berkilat, kesombongan kembali muncul. "Tentu mencari tubuh fisik yang sepadan dengan Linggen Lao Fu! Setelah pulihkan tingkat kultivasi, aku akan membantai satu per satu orang-orang itu! Jika mereka sudah mati, keturunan merekalah yang akan kuhabisi!"
Karakter Situ Nan memang selalu demikian. Sejak awal, dia terus menerus menanamkan pola pikir aliran sesat pada Wang Lin. Sesungguhnya, pembantaian membara yang dilakukan Wang Lin tak lepas dari pengaruh didikan Situ Nan di masa lalu.
Wang Lin mengangguk, berkata: "Mutiara Langit Terbalik telah melebur dengan Shen Shi-ku, tidak bisa dikeluarkan lagi..."
Sebelum Wang Lin sempat bicara, Situ Nan melotot dan membentak: "Omong kosong! Kira gue mau batu mutiara hancur itu? Justru benda itulah yang membuat gue compang-camping seperti ini! Kau beri pun gue nolak!"
Wang Lin memandang Situ Nan, berkata lembut: "Situ."
"Apa lagi?" Situ Nan mengangkat kelopak matanya dengan ekspresi kesal.
"Terima kasih..."
Situ Nan diam. Sebenarnya selama bertahun-tahun ini ia mulai menyadari bahwa Mutiara Langit Terbalik adalah harta karun agung di antara langit dan bumi, bahkan mungkin telah melampaui tingkat harta immortal.
Meski berwatak kejam dan arogan, ia sangat menghargai budi baik. Dulu ketika Generasi Pertama Zhu Que berjasa padanya, ia rela mengorbankan kesempatan kabur demi menjaga Planet Zhuque.
Hubungan antara Wang Lin dan dirinya memang cukup kompleks, namun semakin demikian, ikatan di antara mereka berdua justru semakin tak terpisahkan. Di mata Situ Nan, Wang Lin hampir seperti anak yang ia lihat tumbuh besar, adalah muridnya!
Karena itu, Mutiara Langit Terbalik ini tak bisa ia ambil!
Situ Nan mendengus pelan, memalingkan wajah sambil berkata: "Kalau mau berterima kasih, carikan gue tubuh fisik! Tunggu sebentar, gue mau periksa apakah di Planet Zhuque ini ada tubuh yang cocok. Meski sekarang gue tidak bisa melawan musuh, tapi kemampuan supernatural masih utuh. Mencari tubuh yang cocok semudah membalik telapak tangan." Sorot mata Situ Nan tiba-tiba berkilat, Shen Shi-nya menyapu seluruh area.
"Zhu Que Zi punya murid bernama Qian Feng. Tubuh fisiknya seharusnya cukup bagus." Pandangan Wang Lin berkilat, ia berkata.
"Murid Zhu Que Zi... Sudahlah, generasi pertama Zhu Que pernah berbuat baik padaku. Kau bunuh dia aku tak peduli, tapi kalau aku yang membunuhnya, agak kurang etis... Hmm? Kenapa di Planet Zhuque ada tubuh fisik seperti ini? Menarik! Meski tubuh ini milik seorang Pelayan, tapi merupakan wadah kelas atas! Bagus, brengsek! Pelayan ini memang disiapkan untuk!!" Situ Nan memandang ke utara ekstrem, sorot matanya menunjukkan kegembiraan.
