Master Mantra Enam Daun yang diam-diam diikuti Wang Lin, setelah tiba di sini segera berubah wujud menjadi manusia dan mendarat di samping. Wang Lin menyamarkan diri saat lawannya sedang berubah wujud.
Dengan tingkat kultivasinya, mustahil semua orang di sini mendeteksi Wang Lin. Hanya Master Mantra Delapan Daun yang bersila bermeditasi di Pohon Samsara itu yang memiliki kualifikasi untuk menemukannya.
Wang Lin langsung menyadari bahwa sang Master Mantra Delapan Daun itu mengalami luka parah dan dalam kondisi yang sangat lemah.
Tiba-tiba, para Master Mantra Enam Daun di sekitar Pohon Samsara satu per satu duduk bersila. Mantra-mantra kompleks nan misterius bergema dari mulut mereka, sementara simbol-simbol magis mulai bermunculan di tubuh mereka sebelum akhirnya terlepas dan melayang di udara.
Kini, para kultivator di belakang para ahli mantra itu berjalan lesu menuju Pohon Samsara. Mereka duduk bersila di bawah pohon suci itu dalam formasi yang begitu padat, berjumlah sekitar ratusan kultivator.
Sejak awal Wang Lin telah mengetahui bahwa semua kultivator ini memiliki tingkat kultivasi yang sama persis - semuanya berada di Tahap Inti Pelana.
Saat itu, begitu ratusan kultivator itu duduk, para Master Mantra Enam Daun serentak mengeluarkan raungan keras bernuansa iblis. Bersamaan dengan teriakan mereka, mantra-mantra yang melayang di sekeliling langsung menyergap Pohon Samsara dengan ganas.
Dalam sekejap, mantra-mantra itu melebur ke dalam Pohon Samsara dan menghilang. Namun tiba-tiba, batang pohon tersebut bergetar hebat. Ranting-ranting lentur tumbuh cepat dari batangnya, bagai ular-ular panjang yang menari-nari menyebar ke segala penjuru, segera melilit tubuh para kultivator satu per satu.
Hampir dalam sekejap mata, semua kultivator di bawah Pohon Samsara terbelit ranting yang tak terhitung jumlahnya, terseret ke angkasa.
Di mata Wang Lin, pemandangan ini terasa sangat mistis. Dari Pohon Samsara setinggi tiga zhang lebih, menjulur ribuan ranting. Setiap helai ranting mengikat seorang kultivator. Dengan gerakan ranting yang meliuk-liuk dan bergeliat, pohon itu seolah-olah hidup.
"Dia sedang menyembuhkan luka!" Mata Wang Lin berkilat.
Di atas Pohon Samsara muncul beberapa mantra yang berkilat sekejap, semua kultivator yang terikat ranting langsung menggigil hebat. Esensi darah dan daging di seluruh tubuh mereka menyusut dengan kecepatan yang terlihat oleh mata telanjang.
Bersamaan dengan itu, energi spiritual dalam tubuh para kultivator bagai kuda liar yang tak terkendali, menerjang keluar dari tubuh dan melebur ke dalam Pohon Samsara melalui ranting-ranting.
Setelah esensi darah-daging dan energi spiritual diserap Pohon Samsara, melalui metode ganjil mereka diubah menjadi kekuatan misterius yang mampu memulihkan luka Tukang Mantra Delapan Daun, lalu menerobos masuk ke dalam tubuhnya melalui batang pohon.
Luka di dada pria itu perlahan menutup, sementara hawa di sekujur tubuhnya berangsur pulih.
Sorot mata Wang Lin memancarkan kilau dingin, tubuhnya tiba-tiba bergerak berubah menjadi bayangan ilusif. Di tengah ketidaksadaran para Master Mantra Enam Daun di sekelilingnya, dalam sekejap ia telah muncul di Pohon Samsara tepat di samping Tukang Mantra Delapan Daun tersebut.
Kecepatannya secepat kilat. Begitu muncul, tangan kanannya langsung terangkat menepuk cincin cahaya yang membungkus Orang tua Delapan Daun.
Tangan kanan Wang Lin memancarkan cahaya putih susu - manifestasi nyata dari energi surgawi.
Sekali turun tangan, langsung tanpa ampun menghabisi musuh!
Di dalam cincin cahaya, Orang tua Delapan Daun itu tiba-tiba membuka mata lebar-lebar, sorot matanya memancarkan secercah kengerian.
Telapak tangan Wang Lin menghantam cincin cahaya. Gemuruh yang menggemparkan langit dan bumi seketika menggema di seluruh lapisan keempat. Daya tumbukan dahsyat langsung menciptakan gelombang energi berlapis-lapis. Para Master Mantra Enam Daun di bawah Pohon Samsara seketika tertiup dengan paksa hingga ratusan zhang jauhnya. Mereka memuntahkan darah segar, kekuatan mantra dalam tubuh mereka tidak stabil, dan tidak dapat pulih dalam waktu singkat. Sedikit saja kecerobohan, nyawa mereka akan melayang.
"Kultivator Tahap Transformasi Bayi!!!!" Teriak salah satu Master Mantra Enam Daun dengan histeris setelah memuntahkan darah dari mulutnya.
Begitu kata-kata itu terucap, Master Mantra Enam Daun lainnya langsung menggigil ketakutan. Tanpa basa-basi, mereka langsung melarikan diri.
Sebelum mencapai Tahap Transformasi Bayi, Wang Lin mustahil menghasilkan kekuatan sehebat ini hanya dengan sekali tepukan tanpa menggunakan Magic Treasure sama sekali. Kekuatan tepukan ini hampir menyamai pukulan Tubuh Asli Dewa Kuno Tiga Bintang miliknya.
Sebab, dalam tepukan itu tersirat energi surgawi!
Kultivator Tahap Transformasi Bayi, alasan mereka begitu kuat dan bisa menikmati kehormatan di planet kultivasi mana pun, tak lain karena keberadaan energi surgawi.
Cincin cahaya orang tua berdaun delapan langsung collapse total. Tubuh pria tua itu bergetar, memuntahkan darah segar dalam jumlah besar. Mantra penuh kesan zaman di atas kepalanya langsung berpendar dan muncul di sampingnya, menghalangi energi surgawi yang menerjang bagai angin topan.
Sebuah kekuatan dahsyat memancar dari mantra tersebut. Telapak tangan Wang Lin tak bisa tidak sedikit melambat.
Di momen perlambatan ini, pria tua berdaun delapan itu langsung mengaum keras. Tubuhnya terlempar mundur, melarikan diri secepat meteor.
"Kau takkan bisa kabur!"
Kilau dingin berkelebat di mata Wang Lin. Telapak tangannya menekan ke bawah, menghantam Pohon Samsara.
Energi surgawi yang ganas menerjang bagai angin puyuh, menerobos masuk ke dalam Pohon Samsara. Gemertak suara benda pecah terdengar dari dalam pohon, lalu BOOM! Pohon itu langsung collapse total, berubah menjadi serpihan kayu.
Ranting-ranting yang menjulur dari batang pohon itu langsung patah berantakan. Ratusan tubuh kultivator segera terjatuh dari udara.
Pada saat mendarat, sorot mata mereka langsung jernih kembali. Ekspresi kebingungan lenyap seketika.
"Tinggalkan tempat ini!" Wang Lin meninggalkan perintah tergesa. Tubuhnya bergerak secepat kilat, menerjang mengejar Orang Tua Berdaun Delapan yang melarikan diri. Sambil itu, ia menepuk kantong penyimpanan. Tubuh besar Nyamuk Gaib langsung muncul di udara. Setelah bertahun bersama Wang Lin, makhluk ini telah memiliki kecerdasan terbatas. Tanpa perlu perintah, ia langsung memahami maksud tuannya.
Begitu muncul, Nyamuk Gaib mengaum keras lalu berubah menjadi kilat hitam. Ia menyambar salah satu Master Mantra Enam Daun yang kabur. Mulut tabung raksasanya menusuk langsung ke kepala sang master. Saat menghisap, pria itu menjerit kesakitan. Tubuhnya mengkerut cepat, akhirnya menjadi tulang terbungkus kulit, menemui ajal total.
Menghabisi satu, Nyamuk Gaib tanpa ragu langsung melemparkan mayat kering di mulutnya, lalu menerjang target berikutnya.
Dengan kecepatannya, meski para Master Mantra Enam Daun ini lari secepat apapun, takkan sanggup menandinginya.
Di antara para kultivator Pembentukan Inti yang selamat dari tribulasi, salah seorang langsung mengenali identitas Wang Lin saat melihatnya, berseru gembira: "Shi Shi!!"
Sebelum pergi, Wang Lin menoleh memandang orang yang menyapanya sebagai Shi Shi. Wajahnya tak familiar, tapi tak sempat ditanya. Sekejap kemudian, ia menyambar mengejar orang tua delapan daun yang kabur.
Semua kejadian ini terkesan panjang, namun sebenarnya terjadi dalam waktu sekejap mata.
Siluet Wang Lin bagai halilintar menyambar, menderu membelah angkasa. Di kejauhan depan, wajah pucat pasi orang tua delapan daun itu menggigit gigi sambil terus melarikan diri.
Ia sesungguhnya adalah Master Mantra Delapan Daun di sisi Lima Leluhur, bahkan di Suku Immortal Peninggalan pun menjabat sebagai Sesepuh dengan kekuasaan besar. Sejak kemunculan suku mereka, tak terhitung kultivator yang tewas di tangannya.
Sebulan yang lalu, dia terluka parah oleh seorang kultivator level Nascent Soul akhir dari Negara Zhuque yang nyaris merenggut nyawanya. Akhirnya dia dikirim kembali ke tempat ini untuk diobati dengan Pohon Samsara. Namun dia tak menyangka, di tengah proses penyembuhan tiba-tiba muncul seorang kultivator tahap Bayi Yuan Ying.
"Asalkan bisa kabur sampai lapisan ke-11, pasti selamat. Tiga Leluhur Agung yang sedang menjaga Pohon Roh Leluhur terluka parah oleh Zhu Que Zi, sedang menjalani pemulihan di sana. Jika aku bisa mencapai sana, Pasti Tiga Leluhur Agung akan turun tangan menyelamatkanku." Orang tua delapan daun itu menggigit giginya, melesat dengan cepat menuju pintu masuk ke lapisan kelima.
Wang Lin memburunya tanpa henti dari belakang. Kilau dingin berkerlip di matanya. Tangan kanannya menepuk kantong penyimpanan, seketika Pedang Immortal muncul di genggamannya. Dengan pedang di tangan, Wang Lin menarik napas dalam-dalam. Energi surgawi dalam tubuhnya bergelora, melebur ke dalam Pedang Immortal.
“Matilah!” Wang Lin berbisik pelan, mengangkat tangan kanannya. Pedang Immortal di genggamannya memancarkan sinar putih menyilaukan. Saat diayunkan, bagai membelah langit dan bumi, seluruh lapisan keempat gempar seketika. Cahaya pedang itu berubah menjadi siluet raksasa yang dalam sekejap melesat menghujam.
Raut wajah Orang tua berdaun delapan berubah drastis. Tanpa perlu menoleh, ia telah merasakan hawa mengerikan di belakang yang membuat bulu kuduknya merinding. Andai tak terluka parah, mungkin masih ada cara melawan. Namun saat ini, tenaganya bagai busur terakhir yang hampir patah, dalam tubuhnya tinggal sisa-sisa energi layaknya lampu minyak yang hampir habis.
Dengan teriakan getir, orang tua itu berbalik kasar. Sorot mata gila muncul sekelebat. Di detik cahaya pedang bermuatan energi surgawi menghujam itu, ia menepuk dahinya keras-keras: "Leluhur Rune!"
Mantra yang sebelumnya melayang di dahinya saat penyembuhan - simbol yang pernah menahan telapak tangan bertenaga surgawi Wang Lin - tiba-tiba muncul di hadapannya. Mantra ini sangat kompleks, memancarkan aura zaman berlapis-lapis seolah telah melewati ribuan tahun kesengsaraan.
Wang Lin dengan pandangan dingin berhenti pada jarak 100 zhang (sekitar 333 meter). Begitu tubuhnya berhenti, cahaya pedang dan mantra itu bertabrakan dengan gemuruh.
"Bum!"
Ledakan dahsyat mengguncang, menghembuskan gelombang energi setinggi tiga zhang (sekitar 10 meter) yang menyapu sekeliling, menggaruk tanah hingga sedalam tiga chi (sekitar 1 meter).
Talisman Leluhur itu berderak-derak lalu retak. Orang tua di belakangnya juga kehilangan sorot mata, hawa kewujudannya menghilang dengan cepat.
Luka di dada orang tua itu memuntahkan darah segar. Meski matanya tak berdaya, tatapannya memancarkan kebencian pekat. "Kau... siapa?!" geramnya pada Wang Lin dengan suara serak.
"Identitasku takkan kau ketahui!" Tubuh Wang Lin berkelebat muncul di samping orang tua itu. Tangan kanannya membentuk mantra dengan jari-jarinya, menanamkan tanda dalam tubuh lawan. Pedang Immortal ditusukkannya, memisahkan kepala utuh dari tubuh yang langsung direngkuh Wang Lin.
Jasad tanpa kepala itu terjatuh ke tanah dengan suara "bum".
Wang Lin menggerakkan jari telunjuk tangan kanannya ke antara alis tengkorak itu. Sejenak, ia mengerutkan kening dan bergumam, "Tidak ada jiwa?"
Saat memenggal kepala lawannya, ia telah menggunakan Teknik Rahasia Sekte Lianhun yang bisa menjamin jiwa korban tetap terkonsentrasi di dalam tengkorak tanpa terdispersi setelah kematian.
Setelah merenung sejenak, ia melirik tengkorak itu lalu mengibaskan tangan kanannya. Seketika api You membungkus kepala tersebut, disertai desis nyaring saat daging dan darah orang tua itu dimurnikan dengan paksa.
Namun tengkoraknya sama sekali tidak meleleh oleh api You. Pada permukaan tulang kepala yang hitam legam, terukir simbol rusak seolah dicap dengan besi panas.
Simbol ini identik persis dengan Lambang Leluhur yang dilepaskan orang tua tadi.
Setelah berpikir sejenak, Wang Lin menyimpan tengkorak itu ke kantong penyimpanan. Tubuhnya segera melesat menjauh seperti anak panah.
Saat terbang, dari kejauhan terdengar desingan udara pecah. Tubuh Nyamuk Gaib tiba-tiba muncul, alat penghisap raksasanya masih meneteskan darah segar, matanya memancarkan kegembiraan.
Setelah menarik Nyamuk Gaib, Wang Lin menyapu sekilas lapisan keempat. Tak menemukan Pohon Samsara lagi, barulah ia memasuki lapisan kelima.
