Bahkan banyak makhluk spiritual yang terbentuk dari kumpulan Jiwa, turut collapse total dan menghilang sepenuhnya...
Kematian makhluk roh Jiwa memicu reaksi berantai. Kini di Planet Zhuque, sejumlah orang biasa, kultivator, maupun iblis mulai menemui ajal.
Pemusnahan ini terjadi tanpa suara, tak terhindarkan, hanya bisa disebut sebagai tribulasi.
Untungnya jumlah yang musnah belum banyak. Namun seiring collapse total Kristal Xiuxing Zhijing, pada akhirnya seluruh Planet Zhuque akan menjadi penjara kematian...
Tawa liar Zhu Que Zi bergema di dalam Gunung Zhuque. Saat ini ia duduk bersila di dalam gunung, mata memancarkan kegilaan, senyum kejam mengiang di bibir. Ia bergumam, "Adik Seperguruanku, bagaimana permainan ini... Baru saja dimulai, puncaknya belum tiba. Murid kesayanganku, Qian Feng, Guru sangat menantikanmu menggunakan harta karun yang Kuberikan. Begitu kau gunakan, puncak permainan ini... Bisa dimulai!"
Di dalam Makam Zhuque, di atas gunung spiritual, guncangan collapse total kali ini berlangsung selama 60 sekejap napas. Dalam collapse total ini, celah di pintu raksasa angkasa semakin banyak, begitu padat menyelimuti permukaannya.
Pada saat itu, tiba-tiba tubuh Burung Pipit bergerak. Seketika ia muncul di samping pintu raksasa itu, sebuah topi jerami muncul di tangannya. Setelah ditepuk, topi itu bergetar dan segera berpencar berubah menjadi mantra-mantra. Mantra-mantra ini saling menjalin bagai meteor-meteor yang meluncur gila-gilaan ke arah pintu raksasa tersebut.
Gemuruh mengaum mengguncang angkasa. Celah-celah di pintu itu langsung menyebar dengan cepat.
"Turun tangan!" teriak Burung Pipit keras-keras.
Dua anggota Suku Immortal Peninggalan segera melesat ke udara. Masing-masing mengerahkan ilmu dan kemampuan supernatural mereka, menghujamkan serangan ke pintu itu.
Tiba-tiba, orang tua beraura mengerikan itu menyipitkan matanya yang memancarkan kilau merah. Senyum sinis mengembang di bibirnya. Dengan gerakan kasar ia berdiri, tangan kanannya menunjuk-nunjuk ke angkasa sambil berbisik: "Keserakahan... Kebodohan..."
Segera setelah kata-kata ini terucap, kedua anggota Suku Immortal Peninggalan yang sedang menyerang pintu raksasa itu tubuh bergetar. Sorot mata magis tiba-tiba berpendar, cahaya hijau dan ungu mengalir deras dari tubuh mereka.
“Ledakkan!” orang tua dengan suara mengerikan berbisik pelan.
Dua ledakan gemuruh menggema. Tubuh kedua anggota Suku Immortal Peninggalan itu meledak dengan liar, gelombang energi menghantam pintu raksasa.
Saat melihat ilmu ini, Wang Lin matanya berkilat. Ia mengenali teknik legendaris Raja Iblis Enam Nafsu - Ilmu Setan Enam Nafsu.
Pintu di angkasa bergetar keras setelah ledakan diri kedua anggota suku. Retakan di permukaannya semakin banyak.
Burung Pipit berbalik kasar, melirik singkat sang orang tua. Dengan mendengus, ia membentuk mantra dengan jari-jarinya sambil menggeram dan menekankan tangannya ke pintu.
“Bum”
Suara menggemparkan langit dan bumi menggema di seluruh Makam Zhuque. Di celah sisi kiri pintu raksasa, seketika satu blok runtuh tertembus. Kilau cahaya keemasan menyembur keluar, langsung menembus cakrawala dan bertahan lama tak pudar.
Tubuh Burung Pipit limbung, langsung berubah menjadi kilau merah menerobos masuk melalui celah. Orang tua menyeramkan mengikuti dari jarak dekat, melesat masuk setelahnya.
Kemudian beberapa orang di atas Gunung Ling secara berduyun-duyun mengerahkan kemampuan supernatural masing-masing, menerjang masuk ke dalam.
Wang Lin adalah orang keempat yang memasuki celah. Dengan kaki menginjak tanah, seluruh tubuhnya berubah menjadi asap hijau yang melayang masuk melalui celah lalu menghilang.
Di dalam Gerbang Gunung Ling terbentang lautan keemasan. Dari pandangan pertama, lautan ini sangat luas tak terlihat batasnya. Ombak besar bergulung-gulung di dalamnya mengalir seperti awan, terdengar gemericik percikan air yang saling bertubrukan.
Di ujung samudera ini, terdapat sebuah pulau berwarna emas gelap. Di atas pulau tersebut, berdiri tegak sebuah istana yang sangat megah dan luar biasa besar, memancarkan cahaya keemasan yang menyilaukan.
Yun Quezi muncul di sini, sorot matanya memancarkan kilau aneh. Sekejap kemudian, dia langsung menembus ombak dan melesat dengan cepat menuju pulau tersebut.
Orang tua yang menyeramkan segera mengikuti. Dengan menggoyangkan kakinya, dia membelah udara dan berubah wujud. Dalam kilatan cahaya, jaraknya dengan Yun Quezi hanya tersisa kurang dari tiga puluh zhang. Monyet kecil di pundaknya kini bermata merah berkilauan, menunjukkan pancaran kegembiraan.
Selain mereka berdua, para kultivator lain yang memasuki tempat ini - Qian Feng dan Liu Mei - terbang menuju pulau dengan kecepatan penuh masing-masing.
Zhou Wutai dan Zi Xin saling bertukar pandang ragu-ragu. Mereka sengaja memperlambat kecepatan dan tidak terburu-buru maju.
Adapun orang yang mengenakan topeng itu, sama sekali tidak melirik pulau tersebut. Ia malah menunduk, memandang samudera di bawah kakinya dengan sorot mata penuh perenungan.
Siluet Wang Lin bagai kilat, berubah menjadi cahaya panjang, juga melesat menuju istana itu.
Seketika, di dunia emas ini, cahaya panjang membelah langit. Dentuman angin menderu tiada henti memenuhi telinga.
Siluet Burung Pipit tiba-tiba bergoyang, muncul di atas istana pulau itu. Dengan secepat kilat ia menyambar turun, lalu tiba-tiba menyusup masuk melalui pintu masuk istana.
Persis saat itu, mata berkilau merah orang tua itu menyala-nyala. Tangan kanannya mencengkeram kera kecil di pundaknya, meneriakkan mantra, lalu melemparkannya ke depan. Kera itu memanfaatkan momentum lompatan, seluruh siluetnya langsung menghilang. Saat muncul kembali, bahkan lebih cepat sedikit dari Burung Pipit, menyusup ke dalam istana lebih dulu.
Raut wajah Burung Pipit langsung muram. Ia mendengus pelan, tubuhnya menyusul segera ke dalam istana.
Namun, tiba-tiba istana berguncang dengan gemuruh. Kilau keemasan setinggi sepuluh ribu zhang langsung menerjang keluar. Siluet Burung Pipit segera mundur gila-gilaan dari istana, dengan raut wajah yang suram dan sorot mata yang menunjukkan keterkejutan.
Monyet kecil itu pun mengeluarkan suara cicitan, terbang kembali sambil memancarkan kilau merah sepanjang satu chi dari matanya. Dari kejauhan terlihat sangat mencolok. Meski bergerak dengan kecepatan ekstrem, ia tidak kembali ke sisi orang tua yang menyeramkan, melainkan melayang di udara sambil memperlihatkan gigi ke arah istana.
Bersamaan dengan itu, suara gemuruh beruntun terdengar dari dalam istana. Di antara sinar sepuluh ribu zhang itu, terlihat seorang pria kekar berzirah emas melangkah keluar setapak demi setapak.
Pria berzirah emas ini berpenampilan berwibawa dengan sorot mata bagai kilat. Di tangannya tergenggam pedang besar keemasan yang memancarkan kilauan keemasan beruntun.
Rambut hitamnya berkibar-kibar di belakang kepala. Pria kekar itu melompat dan tiba-tiba muncul di atas istana. Matanya menyala bagai obor menyapu semua orang dengan tatapan dingin. Pedang besar di tangannya diayunkan, seketika lautan emas bergemuruh menghempas ombak raksasa menyapu pulau.
Seketika, seluruh pulau ditelan ombak dan menghilang dari lautan emas.
Raut wajak Burung Pipit menjadi muram. Tanpa basa-basi ia hendak menyelam ke dalam lautan, namun pria berzirah emas itu melotot. Pedangnya menyambar, mengirimkan energi pedang sepanjang 100 zhang yang melesat dahsyat.
Burung Pipit meraung. Rambutnya berkibar tanpa angin. Jari kanannya menunjuk ke angkasa, kilau merah terkumpul di telapak lalu bertabrakan dengan energi pedang.
"GEMURUH!" Dentuman dahsyat mengguncang. Siluet Burung Pipit berubah menjadi meteor, tiba-tiba menerobos ke dasar laut dan menghilang.
Raksasa Berbaju Emas itu tidak mengejar, melainkan memusatkan pandangan pada monyet kecil yang terbang tadi. Matanya berkilat, tangan kanannya kembali mengayun. Energi pedang segera terkumpul di pedang emasnya, bersiap untuk menebas.
Tiba-tiba sorot mata merah monyet kecil itu menyala terang, memancarkan kilau sepanjang tiga chi. Kemarahannya membara bagai samudera.
Tubuh Raksasa Berbaju Emas itu bergetar. Cahaya pedang di tangannya seketika melambat.
Monyet itu menyeringai, tubuhnya secepat kilat berada dalam jarak sepuluh zhang dari orang tua beraura mengerikan. Bersama sang tua, mereka mulai tenggelam hendak memasuki lautan.
Raksasa itu segera memandang tajam ke arah orang tua tersebut. Pedang emasnya kembali diayunkan. Cahaya pedang yang sempat melambat tiba-tiba berpendar lagi, membesar menjadi seratus zhang dan menghujam dari langit. Hantaman dahsyatnya bahkan telah menekan lautan di bawah sang tua, membentuk parit lebar dalam sebelum serangan itu menyentuhnya.
Orang tua itu menggeram rendah, sorot mata merahnya berkilau keras. Saat cahaya pedang itu mendekat, tiba-tiba bayangan ilusif berwarna merah muncul dari dalam tubuhnya.
Bayangan merah ilusif ini hanya terlihat sebagai sosok manusia, namun tidak jelas jenis kelaminnya. Setelah muncul, tangan kanannya menekan ke depan. Cahaya pedang langsung berhenti, diremas dengan paksa.
Bayangan ilusif itu menggerakkan tangan kanannya, melemparkan cahaya pedang ke samping hingga tenggelam ke dalam samudera.
Pria kekar berzirah emas itu menatap orang tua sebentar, mengangguk, lalu memalingkan pandangan.
Bayangan ilusif kembali ke tubuh orang tua seram. Tubuhnya bergetar, mata memancarkan kilau merah. Dengan gerakan cepat, ia masuk ke dalam samudera. Monyet kecil itu juga menggoyangkan tubuh lalu menerobos permukaan air.
Wang Lin menyaksikan semua ini. Berdasarkan pengalamannya, ia langsung pahas bahwa pria berzirah emas itu tidak berniat melukai, hanya ingin memastikan bahwa yang masuk ke samudera mencari istana harus mampu bertahan dari pedangnya untuk mendapat kualifikasi.
Wang Lin mata berkilat, ia samar melihat keanehan, contohnya orang tua yang diambil alih tubuh dan monyet kecil itu. Saat manusia dan monyet tersebut terpisah, raksasa berbaju emas jelas bersiap menghadapi mereka satu per satu.
Namun ketika manusia dan monyet itu berkumpul, raksasa berbaju emas hanya mengayunkan satu cahaya pedang.
Jelas, raksasa berbaju emas itu menilai bahwa satu manusia dan monyet tersebut merupakan satu kesatuan.
Tiba-tiba, raksasa berbaju emas itu mata berkilat. Pedang emasnya tiba-tiba bergerak, seberkas cahaya pedang seketika turun dari langit dan menghujam samudera. Gemuruh dahsyat menggema dari dalam laut, disusul gelombang raksasa yang menyembur ke angkasa. Zhou Wutai dan Zi Xin terlempar keluar dengan compang-camping, berhenti di jarak 100 zhang. Zhou Wutai memuntahkan darah segar, wajah pucat pasi.
Sementara Zi Xin, matanya mencerminkan keheranan.
Keduanya sebelumnya bersembunyi di dasar laut dan berjalan diam-diam, namun tak menyangka gerakan mereka tak luput dari sorotan mata Raksasa Berbaju Emas. Cahaya pedang menderu mendekat, memaksa mereka mundur cepat. Meski begitu, tetap terkena sapuan cahaya pedang itu dan langsung terluka.
Raksasa Berbaju Emas tidak mengejar, melainkan mengarahkan pedang emasnya sambil memusatkan pandangan pada Wang Lin.
Kilau dingin berkedip di mata Wang Lin. Kekuatan pria kekar berbaju emas ini luar biasa dahsyat. Satu tebasannya setara dengan serangan Puncak Kekuasaan, sehingga orang tua menyeramkan itu mengeluarkan jiwa pengambilalih tubuh dari dalam tubuhnya untuk bisa melawan.
Hanya Burung Pipit yang mampu bertahan dengan tenang, bahkan memanfaatkan momentum untuk menyelam ke dalam laut.
Tapi jelas pria kekar berbaju emas ini tidak berniat jahat. Jika tidak, Zhou Wutai dan Zi Xin pasti sudah tewas.
