Pojok bibir Wang Lin menampakkan tawa dingin. Saat dia berkedip mendekat, tangan kanannya mengusap kantong penyimpanan. Beberapa ukiran kayu 'Tahun-tahun' langsung meluncur dari sakunya.
"Waktu!" Wang Lin menggeram rendah. Semua ukiran kayu langsung meledak sendiri berturut-turut, makna waktu menyebar liar. Meski Lapisan Spiritual Qianseribu Liu Mei sudah sempurna, namun makna waktu pada ukiran kayu ini dipersiapkan Wang Lin dengan cermat. Meski tak bisa melukai Liu Mei, bahkan efek memperlambatnya singkat, di momen kritis ini, jeda sesaat ini menjadi fatal!
Tubuh Liu Mei tak terhindarkan melambat. Siluet Wang Langsung terjun bebas, mendarat di bawah Liu Mei.
Saat ini, dua cahaya pedang di langit tiba-tiba menyatu sempurna, menghantam dengan gila ke bawah. Sasaran utamanya adalah Liu Mei!
Kilatan niat membunuh terlihat di mata Wang Lin. Tangan kanannya menunjuk ke angkasa, semburan energi larangan tiba-tiba melesat dari ujung jarinya menuju Liu Mei.
Wang Lin tak peduli hasilnya. Ia tahu waktu sangat mendesak. Tanpa ragu, tubuhnya segera melesat cepat dan masuk ke dalam lautan. Di dasar laut, istana raksasa memancarkan cahaya keemasan.
Tubuh Wang Lin bergerak, menerjang dengan kecepatan maksimal ke arah istana. Di dalam lautan, kekuatan aneh menyelimuti. Tanpa perlu mencoba, Wang Lin tahu pasti ada ilmu supernatural yang membatasi teleportasi di sini. Sensasi ini pernah ia rasakan di tempat-tempat misterius sebelumnya.
Saat tubuhnya hampir memasuki istana, suara raungan bertubi-tubi seketika bergema dari permukaan laut. Air laut di sekitar Wang Lin langsung berpencar ke kedua sisi dengan ganas. Sebuah cahaya pedang sepanjang 100 zhang (sekitar 333 meter) melesat turun dari langit dengan kecepatan yang sangat tinggi, memburu Wang Lin.
Cahaya pedang semakin mendekat. Wang Lin bahkan bisa merasakan aura tajam yang luar biasa dari senjata itu. Sakit perih langsung menyebar dari ubun-ubunnya.
Dengan menggigit giginya keras-keras, ia melihat jarak menuju istana tinggal kurang dari 100 zhang. Namun cahaya pedang di belakangnya sudah menyelimuti tubuhnya.
Setetes darah segar mengalir dari ubun-ubun Wang Lin. Rasa sakit itu semakin menjadi-jadi.
Sembilan puluh zhang... delapan puluh zhang... tujuh puluh zhang... enam puluh zhang...
Jarak terus menyusut sedikit demi sedikit, namun cahaya pedang di atas kepala mengaum bagai menggema di jiwa. Wang Lin yang sedang melesat dengan cepat memuntahkan darah segar, tangannya dengan cepat mengusap kantong penyimpanan, dan seketika sebuah kapak perang muncul di tangannya.
Seketika ia menoleh tajam, meneriakkan pekikan sambil menyilangkan kapak perang di depan dada.
Saat itu, cahaya pedang tiba-tiba menghantam kapak perang. Raut wajah Wang Lin memerah, darah segar menyembur dari mulutnya, Jiwa Yuan Shen-nya bergetar hebat. Dengan geraman rendah dan tekad yang membara, ia menepuk kantong penyimpanan hingga pagoda meluncur keluar.
Lapisan Zhou Yi langsung menyebar, membuat cahaya pedang melambat sejenak.
Memanfaatkan momentum perlambatan itu, tubuh Wang Lin melesat lebih cepat dari kilat melintasi 50 zhang (±165 meter), akhirnya memasuki istana.
Begitu tubuhnya masuk ke dalam istana, cahaya pedang bergoyang pelan lalu menghilang tanpa jejak.
Wang Lin mengeluarkan darah dari bibirnya, menarik kembali kapak perang dan pagoda, segera duduk bersila. Dia mengambil segenggam pil dan meminumnya. Begitu mulai bermeditasi, rasa sakit menusuk seluruh tubuhnya. Menggigit gigi, dia mengeluarkan satu Giok Surgawi. Setelah menatapnya sebentar, dia menelan giok itu. Seketika energi surgawi yang dahsyat bergemuruh dalam tubuhnya.
Dengan dorongan energi itu, tubuh Wang Lin terasa ringan. Memanfaatkan energi surgawi untuk menekan lukanya, dia berdiri dan melangkah cepat ke dalam istana.
Di permukaan laut, cahaya pedang menyergap. Liu Mei hendak menghindar, tapi Larangan tiba-tiba menyelimuti punggungnya. Wajahnya berubah pucat. Dengan gigi terkunci, dia memuntahkan kabut putih. Dalam kabut itu, pita putih meliuk-liuk. Sekali cambukan, Larangan hancur. Pita putih itu segera membungkus tubuhnya. Saat cahaya pedang hampir menyentuh, dia sudah mundur 1.000 zhang. Cahaya pedang bergetar lalu lenyap.
"Pria kekar berzirah emas itu tidak melanjutkan serangan. Tugasnya adalah menjaga tempat ini, hanya mereka yang memenuhi syarat yang diizinkan masuk ke dalam istana."
"Persyaratan ini hanya satu: mampu melawan seberkas cahaya pedang."
"Qian Feng saat ini juga tampak compang-camping, berhasil menghindar. Untungnya cahaya pedang itu tidak melakukan pengejaran. Asal seseorang pergi, serangan akan berhenti."
"Zeng Niu!!! Aku Qian Feng bersumpah, pasti akan menghancurkan jasadmu berkeping-keping! Jika melanggar sumpah ini, biarlah Qian Feng mati mengenaskan!!!" Qian Feng dengan raut wajah garang mengaum seperti orang gila.
Liu Mei dengan raut wajak muram menatap laut tetap membisu. Setelah beberapa saat, melihat Qian Feng masih terus mengutuk seperti orang gila, ia mengerutkan alisnya: "Diamlah! Kalau bukan karena niat jahatmu, kami bertiga bisa benar-benar bekerja sama. Sekarang mungkin sudah masuk ke dalam istana, tak perlu sampai seperti ini!"
Qian Feng dengan raut wajah garang, melotot ke arah Liu Mei dan berkata, "Kau dan bocah itu main mata, saling menggoda, kira aku tidak melihat? Adik Junior Perempuan, jangan lupa janjimu padaku dulu!"
Liu Mei memandang dingin ke arah Qian Feng, "Selama Burung Pipit ada di sini, Zeng Niu sulit menarik kembali Jiwa. Burung Pipit takkan membiarkannya sukses dengan mudah."
Qian Feng menarik napas dalam-dalam, menghilangkan ekspresi garangnya. Tangannya mengelus kantong penyimpanan, suaranya berat: "Benda yang diberikan Lao touzi padaku awalnya untuk melawan Bendera Arwah Miliar. Jika bisa lawan Bendera Arwah, pasti juga berpengaruh pada kultivator Puncak Kekuasaan. Setelah Burung Pipit keluar, akan kuaktifkan benda ini. Aku hanya mau Jiwa. Jika dia tak mau memberi... toh mati juga akhirnya, lebih baik tembak!"
Di dalam istana bawah laut, di depan Wang Lin terbentang sebuah koridor raksasa. Di sekelilingnya terdapat beberapa lampu yang redup-terang tak menentu, memancarkan aura misterius dari permukaannya.
Cahaya ini bukan berasal dari api, melainkan suatu benda aneh yang belum pernah diliat Wang Lin sebelumnya.
Dalam sorotan redup, koridor tak berujung yang berkelok-kelok ini terpantul menciptakan suasana mistis.
Mata Wang Lin memancarkan kewaspadaan, ia melangkah hati-hati. Koridor ini bagai tak berujung, bahkan setelah berjalan lama, pemandangan di sekeliling tetap sama.
Di tempat ini, Wang Lin tidak berani menyebarkan Shen Shi terlalu jauh. Saat pertama masuk, sebagian Shen Shi-nya langsung lenyap tanpa jejak seolah diserap oleh entitas kehampaan.
Karenanya, Wang Lin menjadi sangat berhati-hati.
Tidak tahu berapa lama waktu berlalu, tiba-tiba gelombang ilmu terdeteksi dari depan koridor. Kedua mata Wang Lin membeku, tubuhnya berhenti. Shen Shi-nya menyebar ke depan dengan hati-hati.
Namun seketika, raut wajak Wang Lin berubah. Di ujung koridor tempat Shen Shi-nya menyapu, terdapat sebuah ruang kosong yang sangat luas.
Di pusat area kosong tersebut berdiri menara raksasa yang tinggi. Di puncaknya terdapat sebuah singgasana. Saat ini, seorang pria sedang duduk di sana mengenakan jubah merah gelap panjang, rambutnya terurai longgar di belakang kepala.
Pria ini tampak berusia paruh baya dengan wajah biasa, namun memancarkan hawa kewibawaan yang menggentarkan. Kedua matanya tertutup rapat, seluruh tubuhnya tidak ada tanda nyawa - jelas-jelas seorang mayat.
Namun dari sosoknya yang duduk di sana, memancar aura dahsyat bagai gelombang samudera yang pekat tak terurai, mengitari seluruh wilayah sekitar.
Saat Shen Shi Wang Lin melihat pria ini, tiba-tiba muncul dorongan tak terkendali untuk bersujud. Energi surgawi dalam tubuhnya berputar, menekan dorongan ini. Di sini, seolah ada kekuatan tak kasat mata yang membuat semua yang memandangnya mengalami guncangan jiwa.
Di depan pria itu, melayang sebuah objek berupa gumpalan cahaya sebesar kepalan tangan yang memancarkan cahaya ungu.
Cahaya ini menyinari tubuh pria paruh baya itu, meninggalkan bayangan hitam di belakangnya.
Namun saat ini, cahaya tersebut tampak meredup, seolah-olah bisa padam kapan saja, memancarkan warna redup-terang tak menentu.
Saat Shen Shi Wang Lin menyentuh cahaya ini, kekuatan dahsyat tiba-tiba menyembur keluar dan langsung menghantam Shen Shi-nya. Shen Shi Wang Lin segera ditarik kembali dengan gila-gilaan.
Di dalam koridor, wajah Wang Lin pucat pasi dengan tatapan penuh kengerian.
"Zhuque Generasi Pertama Ye Wuyou!" Hampir seketika itu juga dia menebak identitas pria paruh baya tersebut!
Adapun gumpalan cahaya yang memancarkan sinar ungu, sudah pasti adalah Kristal Xiuxing Zhijing!
Hanya saja Wang Lin merasa ada yang janggal, meskipun Kristal Xiuxing Zhijing ini terlihat sesuai dengan deskripsi Situ Nan, saat Shen Shi-nya menyentuh, tidak ada perasaan sesak di hati yang seharusnya muncul jika ada Jiwa di dalamnya.
"Kalau sudah datang, masuklah!" Suara Burung Pipit bergema dari dalam koridor.
Sorot mata Wang Lin berkilat. Saat Shen Shi-nya memasuki sana sebelumnya, dia hanya memperhatikan Zhuque Generasi Pertama dan Kristal Xiuxing Zhijing, sedangkan Burung Pipit dan orang tua yang menyeramkan yang lebih dulu masuk ke tempat ini sama sekali tidak terlihat.
Wang Lin merenung sejenak, lalu berjalan maju. Tak lama kemudian, dia tiba di ujung koridor dan melangkah masuk ke area kosong itu.
Kini saat benar-benar berada di sini, perasaan terkesima itu semakin kuat. Dibandingkan dengan menara raksasa setinggi ratusan zhang, perasaan kecil dan tak berarti langsung membanjiri hati Wang Lin.
Wang Lin menarik napas dalam-dalam, matanya berkilat melihat siluet Burung Pipit di sudut jauh.
Burung Pipit saat ini wajahnya pucat pasi, duduk bersila di sana dengan darah segar mengalir di sudut bibirnya.
Seluruh tubuhnya terlihat lunglai, sambil menatap Wang Lin ia tertawa parau: "Aku memang tidak salah menilaimu, kaulah orang ketiga yang masuk ke tempat ini."
Kewaspadaan terpancar di mata Wang Lin, suaranya berat bertanya: "Dia dimana?"
Raut wajak Burung Pipit menjadi suram, "Aku telah mengurungnya dengan formasi. Sekarang dia masih terjebak di dalam. Wang Lin, lukaku parah. Ambilkan Kristal Xiuxing Zhijing itu! Demi Suku Immortal Peninggalan, demi para kultivator, aku tak boleh membiarkan kristal ini collapse total!"
"Oh?" Ekspresi Wang Lin tetap tenang, pandangannya menyapu sekilas ke arah Burung Pipit, "Kau menyuruhku mengambil Kristal Xiuxing Zhijing ini?"
Burung Pipit menarik napas dalam-dalam dan menghela, "Aku tahu kau punya banyak keraguan. Periksalah aku dengan Shen Shi, maka kau akan mengerti bahwa aku sudah seperti lampu minyak yang hampir habis. Orang tua dengan monyet itu jelas bukan dari Planet Zhuque. Ilmu dan kemampuan supernaturalnya sangat iblis, aku hanya bisa mengurungnya sementara. Sekali dia lolos, pasti akan merebut Kristal Xiuxing Zhijing. Saat itu terjadi, seluruh penghuni Planet Zhuque akan menghadapi bahaya mematikan."
Pandangan Wang Lin berkilat. Ia menatap cahaya ungu di depan Ye Wuyou, Zhuque generasi pertama di atas pagoda. Tanpa keraguan, tubuhnya langsung terlempar mundur.
Dengan kecepatan beberapa kali lipat lebih cepat dari saat masuk, Wang Lin melaju dengan gila-gilaan menuju koridor.
Mata Burung Pipit berkilat. Tubuhnya langsung menghilang dari tempat semula, muncul kembali di depan koridor. Dengan tatapan yang mengerikan, ia membentak, "Lari apaan kau!"
Wang Lin matanya berkilat, mundur beberapa langkah, menatap Burung Pipit, tangan kanannya menggerakkan Bendera Arwah Miliar yang langsung terkumpul di tangannya. Dengan tenang ia berkata, "Junior ini belum ingin mati!"
