Di luar Planet Zhuque, di hamparan angkasa yang luas, Liu Mei menunjukkan raut wajah yang suram. Di bawah kakinya menginjak cahaya Ungu-Emas, melesat dengan cepat.
"Wang Lin…" Liu Mei menggigit bibir bawahnya, siluetnya berubah menjadi meteor yang meluncur bagai halilintar ke kejauhan.
"Seandainya Guru tidak diam-diam memberiku Jiwa Keempat dari Bendera Arwah, mungkin saat itu ketika dikejar-kejar empat Arwah Utamamu, aku pasti sudah binasa!" Di kening Liu Mei, kilauan Ungu-Emas berkedip, sebatang jarum tipis terus memancar di antara alisnya.
"Ketika kita bertemu lagi, aku takkan lagi serapuh ini. Wang Lin, kau pasti takkan mengenaliku. Setelah Jalan Illusi Seribu Tanpa Amarah, akan kucapai Jalan Iblis Sepuluh Ribu Ilusi!" Kilau dingin berkedip di mata Liu Mei saat siluetnya menghilang dari angkasa.
Bukan hanya Liu Mei yang meninggalkan Planet Zhuque. Saat ini, di hamparan angkasa luas, ada seorang perempuan lain yang sedang melesat cepat.
Perempuan ini mengenakan tirai sutra ungu di wajah, pandangannya tetap tenang. Dialah Zi Xin!
Di Planet Zhuque, wilayah Negeri Chu, Sekte Yun Tian Zong.
Di dalam loteng yang dulu menjadi tempat tinggal Li Mawan, kini duduk seorang pria.
Pria ini mengenakan jubah putih, rambut hitamnya diikat sederhana dan terurai di belakang kepala. Wajahnya biasa, namun memancarkan aura misterius yang tak terlupakan sekilas pandang.
Sorot matanya tenang bagai anak kecil dengan kontras hitam putih yang jelas, namun menyimpan kedalaman yang bisa membuat siapapaun terhanyut.
Saat ini, raut wajaknya tetap tenang. Ia duduk di sana, pandangannya menembus jendela ke luar.
Di area kosong di luar jendela, seekor harimau malas berjemur di bawah matahari. Sesekali membuka mata sambil menggeram rendah, lalu berguling menjemur perutnya.
Di bawah naungan pohon di sebelah harimau, duduk bersila seorang perempuan. Perempuan ini memiliki rupa yang jernih dan polos, terutama dengan aura kenaifan yang membuatnya semakin memesona. Ia duduk di sana seolah sedang melakukan latihan pernafasan, dua ekor naga udara putih keluar dari hidungnya, berkabut di atas kepala tanpa terdisintegrasi.
Pria di dalam loteng itu tak lain adalah Wang Lin!
Setahun yang lalu setelah keluar dari Makam Zhuque, ia kembali ke Negeri Chu. Sesampai di sini, ia segera bertapa. Masa bertapa ini berlangsung selama satu tahun!
Dalam satu tahun itu, Wang Lin akhirnya berhasil memulihkan luka yang ditinggalkan di Makam Zhuque secara total. Tingkat kultivasinya sedikit meningkat, meski belum mencapai Tahap Menengah Transformasi Bayi, namun tahap awal Transformasi Bayi-nya menjadi lebih stabil.
Tujuh hari sebelumnya, Zhou Wutai dari Negara Zhuque mengirim undangan untuk mengundang Wang Lin menghadiri upacara penganugerahan gelarnya. Hal ini ditolak secara halus oleh Wang Lin.
Zhou Wutai tahu tekad Wang Lin sudah bulat, tak lagi menahan. Ia mengucapkan sumpah: Selama dia hidup, semua yang berhubungan dengan Wang Lin akan dilindunginya!
Wang Lin memandang ke luar jendela, lalu menarik pandangannya. Tangan menepuk kantong penyimpanan, Pedang Immortal segera melesat dan melayang di hadapannya.
Begitu pedang ini muncul, sebilah pedang melengkung otomatis terbang dari kantong penyimpanan. Mengitari Pedang Immortal sambil berputar-putar, bagai menunjukkan kegembiraan.
"Tuan, si Paman Keempat ini sudah jinak betul di bawah didikanku! Paman Keempat, sembah tuanmu!" Suara Xu Liguo bergema dari pedang. Kabut hitam menyembul membentuk wujudnya, dengan ekspresi penuh kesombongan.
Pedang melengkung bergetar. Kabut biru tua menguap membentuk sosok Pelayan yang samar wajahnya. Setelah muncul, ia mengangguk kaku ke arah Wang Lin sambil mengirimkan Shen Shi yang kaku: "Hormat!"
Melihat pedang melengkung ini, dalam hati Wang Lin tak bisa tidak mengakui kemampuan Xu Liguo.
Dulu di dalam Makam Zhuque, saat menemukan Xu Liguo, tidak diketahui metode apa yang digunakan Xu Liguo sehingga bisa berinteraksi dengan pedang melengkung tersebut dengan sangat harmonis.
Melihat Xu Liguo hendak pergi, pedang melengkung itu langsung mengikutinya. Hal ini di luar perkiraan Wang Lin.
Hingga saat ini, meskipun Wang Lin tidak bisa mengontrol pedang melengkung itu maupun meninggalkan Shen Shi padanya, namun begitu Xu Liguo menghadapi bahaya, pedang tersebut segera memberikan bantuan.
Dengan demikian, kesombongan Xu Liguo langsung melambung berlipat ganda. Andai bukan karena hatinya benar-benar takut pada Wang Lin, dan hidup-matinya berada di genggaman Wang Lin, jika menghadapi orang lain, mungkin Xu Liguo sudah lama membelot.
Wang Lin mengakui dirinya bukanlah lawan pedang melengkung itu. Sekali terlibat pergulatan, akan sangat merepotkan. Untungnya, entah mengapa pedang tersebut sangat terikat pada Xu Liguo, sehingga masih bisa dikontrol secara tidak langsung.
Selama setahun ini, Wang Lin juga pernah meneliti pedang melengkung ini, berusaha mencari tahu di Planet Zhuque, jiwa siapa yang begitu kuat hingga bisa membentuk pedang ini.
Namun hingga kini, tidak ada kemajuan sama sekali. Lama-kelamaan, Wang Lin pun berhenti memikirkannya.
"Tuan, saya ajak Paman Keempat jalan-jalan!" Setelah berkata demikian, Xu Liguo segera menggulung Pedang Immortal-nya menjadi cahaya panjang dan melesat keluar jendela begitu melihat Wang Lin mengangguk.
Pedang melengkung itu mengikuti dari jarak aman sambil mengeluarkan gemerincingan tajam.
Pedang dan golok itu lenyap dari cakrawala dalam sekejap, entah ke mana perginya.
Wang Lin meraba kantong penyimpanannya. Sebelum berangkat, masih ada beberapa hal yang harus diselesaikan—banyak Magic Treasure di dalam kantong yang perlu disempurnakan kembali, mengingat perjalanan ke Planet Tianyun ini penuh kabut ketidakpastian.
Di tengah perenungannya, suara penuh kesombongan tiba-tiba muncul dari kehampaan, menerobos masuk ke telinga Wang Lin.
“Wang Lin, urusan yang kau minta gue selidiki sudah ada titik terang! Di luar Kota Phoenix Negeri Chu, ada sebuah desa bernama Sangyuan! Lain kali jangan ganggu gue lagi untuk urusan sepele begini, sekarang status gue sebagai pangeran bikin hidup gue seneng banget, nggak ada waktu buat urusin lo.
Ngomong-ngomong, kabarin aja pas lo mau berangkat, kita berdua bisa pergi bareng!”
Suara Situ Nan yang dipenuhi keceriaan perlahan menghilang.
Senyum tipis mengembang di bibir Wang Lin. Setelah meninggalkan Makam Zhuque dan bertemu Situ Nan, awalnya mereka berencana kembali ke Negeri Chu bersama untuk menyelesaikan urusan sebelum berangkat. Namun di tengah perjalanan, Situ Nan melihat istana kerajaan orang biasa, langsung kecanduan jadi pangeran. Dengan segala kemampuan, keesokan harinya dia langsung dinobatkan kaisar sebagai Raja Sejajar!
Sejak itu dia hidup bersenang-senang, tapi Situ Nan tak lupa rencana kepergian. Dia berpesan pada Wang Lin untuk menjemputnya sebelum berangkat.
Wang Lin menarik napas dalam-dalam, berdiri, lalu mendorong pintu kamar dan keluar.
Begitu dia keluar, perempuan yang sedang bermeditasi di bawah pepohonan rindang itu langsung membuka mata indahnya. Melihat Wang Lin, dia tersenyum manis, menghentikan latihan pernafasan, dan berseru riang: "Paman, lihat kemajuan latihan Ru'er! Sekarang aku sudah mencapai tahap kedua Kondensasi Qi!"
Perempuan ini tak lain adalah Zhou Ru!
Setahun yang lalu ketika Wang Lin tiba di Negeri Chu, dia segera memanggil pagoda dan mengeluarkan Zhou Ru serta Xiao Bai dari dalamnya.
Makanan di dalam pagoda yang ditinggalkan Wang Lin sebelumnya cukup banyak, cukup untuk dikonsumsi Zhou Ru.
Setelah keluar, Zhou Ru memohon pada Wang Lin untuk mengajarkannya berkultivasi. Wang Lin yang tak kuasa menolak, akhirnya memberikannya Mantra Pembuka Kondensasi Qi.
Memandangi gadis yang kini sudah dewasa di hadapannya, dalam sekejap bayangan Zhou Ru yang dulu masih anak kecil telah berubah menjadi sosok dewasa. Wang Lin menatap Zhou Ru, tanpa sadar teringat pada Li Mawan.
"Paman, ada apa denganmu?" Zhou Ru mendekat, memandang Wang Lin dengan tatapan penasaran.
Memori Zhou Ru tentang Li Mawan telah dihapus oleh Wang Lin, sehingga ia secara alami tidak mengetahui hal-hal terkait Li Mawan. Adapun Xiao Bai, juga tidak akan memberitahu Zhou Ru tentang hal-hal ini.
Membelai rambut indah Zhou Ru, pandangan penuh kasih sayang terpancar dari mata Wang Lin. Ekspresi seperti ini jarang terlihat padanya. Meski secara fisik usia mereka terlihat sebaya, namun pancaran kelembutan itu terasa sangat alamiah.
"Paman sudah tua. Melihatmu, aku teringat seseorang yang sudah lama dikenal..." ucap Wang Lin dengan suara lembut.
Zhou Ru tertawa manja seperti gemerincing lonceng perak tertiup angin, "Paman tidak tua sama sekali! Kemarin ada adik seperguruan yang baru masuk diam-diam bertanya padaku, apakah paman adalah kakak laki-lakiku?"
Wang Lin tersenyum kecil. Sebenarnya dua hari lalu Zhou Ru seharian penuh sedang bermeditasi, mana mungkin ada adik seperguruan yang datang. Perkataan ini jelas-jelas upayanya menghibur diri.
"Sudah hampir 600 tahun sejak Paman memulai cultivasi, mana mungkin tidak menua." Wang Lin menghela napas pelan, sorot matanya memancarkan kesan zaman.
Selama 600 tahun, dia telah mengalami terlalu banyak hal. Dari seorang orang biasa yang tak dikenal, langkah demi langkah hingga kini, bahkan menjadi orang yang bisa mempengaruhi pemilihan Zhu Que Zi. Terkadang Wang Lin merenungkan semua ini, merasa seperti berada dalam mimpi.
Enam abad cultivasi telah membuat Wang Lin memahami banyak hal. Hatinya pun semakin mengeras bagai batu karang.
"Ru'er, masih ingatkah Ayah dan Ibumu..." Wang Lin menatap Zhou Ru.
Tubuh Zhou Ru bergetar halus, sorot matanya menunjukkan kebingungan. Setelah beberapa saat, dia menunduk dan berbisik lembut: "Hanya ingatan samar-samar..."
Wang Lin memandang Zhou Ru dengan penyesalan di matanya. Andai bukan karena dirinya, Zhou Ru seharusnya masih bersama orangtuanya, menikmati masa kecil yang hangat, bukan hanya berteman dengan seekor harimau seperti sekarang.
"Ru'er, Paman akan mengantarmu pulang..." Wang Lin berkata lembut, mengibaskan lengan bajunya. Seketika awan keberuntungan muncul di bawah kaki mereka, mengangkat Zhou Ru dan melesat ke angkasa.
Xiao Bai langsung berguling bangun, menghentikan aktivitas berjemurnya. Dengan raungan keras, tubuhnya melesat ke udara mengikuti dari belakang.
"Paman...apa Paman sudah menemui ayah-ibuku?" Di atas awan mistis, Zhou Ru menggigit bibir bawahnya bertanya pelan.
"Sudah. Ru'er, setelah bertemu mereka kau harus berbakti. Ingat, bakti adalah perasaan utama manusia! Tanpa bakti, seseorang tak layak disebut manusia!" Sorot mata Wang Lin berkaca-kaca, siluet orang tuanya seolah muncul di hadapannya.
Zhou Ru mengangguk. Setelah ragu sejenak, ia bertanya: "Tapi Paman pernah bilang akan membawaku meninggalkan Planet Zhuque..."
Wang Lin menatapnya lalu mendesah pelan: "Ru'er...ikatan kita sudah putus..."
“Paman！！！”Zhou Ru gemetar, wajahnya berubah pucat, matanya memerah dengan air mata berputar di kelopak.
“Jangan banyak bicara!” Suara berat Wang Lin bergema, awan keberuntungan di bawah kakinya melesat cepat menjauh.
Xiao Bai di belakang mengaum marah, terus menerus melompat sambil berpikir dalam hati: "Kakek Harimau ini memang tidak cepat larinya, tapi ingin meninggalkanku? Mustahil! Sekalipun harus muntah darah, Kakek Harimau akan tetap menyusul!"
