Wang Lin memandang perempuan itu dengan tenang, "Mengapa?"
Aura pembunuh di wajah perempuan itu semakin pekat, "Tidak ada alasannya. Kau boleh tinggal di mana saja, tapi tidak di sini!"
Wang Lin mengedipkan mata, menatap Paviliun Ungu Awan di belakang perempuan itu. Diam sejenak, ia berbalik mundur beberapa langkah, duduk bersila sambil memejamkan mata untuk meditasi.
Baru tiba di Planet Tianyun, Wang Lin tidak ingin mencari masalah. Tidak perlu bermusuhan hanya karena masalah tempat tinggal.
Situasi di sini agak kompleks. Dalam hati, Wang Lin merenung: Semua ini mungkin ada hubungan erat dengan Paviliun Ungu Awan!
Perempuan itu mengerutkan kening melihat Wang Lin duduk, "Di sini juga tidak boleh! Dalam radius 100 li dari Paviliun Ungu Awan, jangan kau injak sedikitpun. Sekarang, pergi!"
Wang Lin mengangkat kepala tajam, sorot mata memancarkan niat membunuh. Tingkat kultivasi perempuan ini masih tahap awal Transformasi Bayi, sama sekali tidak ia hiraukan.
Perempuan itu menatapnya tanpa berkedip, pandangan sama tajamnya.
Beberapa saat kemudian, Wang Lin menarik pandangannya, berdiri lalu pergi menjauh.
Hingga punggungnya menghilang dari pandangan perempuan itu, angin berhembus membuatnya tiba-tiba menyadari—baju belakangnya sudah basah oleh keringat.
"Dia menggigit bibir bawahnya, sorot mata redup perlahan keluar dari Gerbang Ungu Awan, duduk di samping, menatap langit dengan hampa, berkata lembut: 'Saudara Senior Sun Yun, selama adik junior perempuan masih ada, takkan kubiarkan siapapun merebut posisimu... Siapapun juga!'"
Di area 100 li luar Gerbang Ungu Awan, di tepi jurang dengan pemandangan indah, Wang Lin menggerakkan tangan kanannya. Seberkas cahaya pedang melesat dari kantong penyimpanan, secepat kilat menusuk tebing jurang. Dengan gerakan menusuk dan mengukir, tak lama kemudian terbentuklah sebuah gua persembunyian.
Wang Lin menarik kembali Pedang Terbang, masuk ke dalam, mengaktifkan beberapa lapisan Larangan, lalu duduk bersila sambil menghela nafas dalam-dalam.
Sorot mata penuh perenungan terpancar darinya.
"Di dalam Sekte Tianyun ini, suasana terasa aneh. Tiga ujian masuk sebenarnya belum sepenuhnya kulewati, namun Zhao Xingsha malah memanggilku sebagai adik seperguruan, bahkan mengatakan Tian Yunzi telah menetapkanku di Gerbang Ungu Awan."
Kini, Gerbang Ungu Awan itu dijaga ketat, tak memperbolehkan siapapun mendekat...
Semua ini tertutup kabut, tak dapat dilihat dengan jelas. Perlu dicari cara untuk mengetahui kisah masa lalu semua ini, terutama cerita Menara Ungu Awan!"
Di tengah malam yang sunyi di Sekte Ungu Tianyun, kecuali beberapa murid penjaga gunung, sebagian besar orang tenggelam dalam meditasi.
Dalam gelapnya malam, Wang Lin membuka mata. Tubuhnya limbung saat keluar dari gua persembunyiannya. Matanya berkilauan memandang sekeliling. Kaki menginjak tanah, tubuhnya berubah menjadi asap hitam yang menghilang tanpa jejak.
Menara Ungu Awan bagai makhluk purba tertidur, berdiam tenang di kejauhan. Saat itu, seberkas asap hitam melayang dan menerobos masuk ke dalam menara.
Menara Ungu Awan memiliki tiga lapisan. Siluet Wang Lin kini muncul di lapisan pertama. Perlengkapan di sekelilingnya sangat sederhana, namun tidak terkesan duniawi. Justru memancarkan kesan segar.
Setelah melihat sekeliling, Wang Lin naik ke lantai dua. Di sini terdapat sebuah tempat tidur dan beberapa bantal duduk. Di dinding tergantung lukisan pegunungan, di sebelahnya tersimpan pedang kuno.
Semuanya terlihat sangat biasa, tak ada keanehan sama sekali.
Lantai tiga merupakan ruang bawah tanah, jelas merupakan tempat meditasi sehari-hari. Material langit-langitnya tak dikenal Wang Lin. Saat menengadah, tak terlihat penghalang apapun, pandangan langsung menembus angkasa.
Dari ujung rambut hingga telapak kaki, tak ditemukan jejak mencurigakan sama sekali oleh Wang Lin.
Waktu berlalu perlahan. Sekejap mata, Wang Lin telah terjebak di Sekte Tianyun cabang Ungu selama dua minggu.
Selama setengah bulan ini, tak seorang pun mendatanginya. Bahkan murid-murid biasa di sini pun langsung mengubah ekspresi dan buru-buru menjauh saat melihatnya, seolah ia adalah roh pembawa sial.
Tian Yunzi juga tak pernah memanggilnya, seolah telah melupakan keberadaannya.
Radius sepuluh li sekitar gua persembunyian buatannya sendiri benar-benar sepi, seolah menjadi zona terlarang yang dihindari semua orang.
Selama dua minggu, tidak ada satu pun yang berbicara dengan Wang Lin. Zhao Xingsha juga seolah menghilang, belum pernah muncul.
Hanya di luar Paviliun Ungu Awan, setiap matahari terbit, perempuan berbaju ungu itu akan datang dan menatap loteng dengan pandangan kosong sepanjang hari. Rutinitas ini tak terputus selama setengah bulan.
Andai keadaan terus begini, Wang Lin takkan keberatan bertapa di sini dengan tenang. Namun pada sore hari ke-17, saat ia sedang duduk bersila bermeditasi di dalam gua persembunyian, alisnya tiba-tiba berkerut. Matanya terbuka tajam menatap ke luar gua.
Di luar gua, dua cahaya panjang meluncur dari cakrawala. Setelah berputar sebentar, kedua cahaya itu mendarat tidak jauh dan berubah menjadi dua orang tua berbaju ungu muda.
Kedua sesepuh ini satu gemuk dan satu kurus. Wajak mereka dingin membeku. Pandangan mereka menyapu gua persembunyian Wang Lin. Yang gemuk membentak: "Murid siapa berani membangun kediaman liar tanpa izin sesepuh? Enyahlah kau dari sini!"
Siluet Wang Lin muncul dari dalam gua persembunyian, raut wajaknya muram. Matanya menyapu sekilas kedua orang tua ini yang semuanya memiliki tingkat kultivasi tahap awal Transformasi Bayi.
"Siapa yang mengizinkanmu membangun gua persembunyian di sini? Batas waktu sebatang dupa, hancurkan tempat ini! Jika tidak, kau akan dihukum sesuai peraturan sekte!" Sorot mata orang tua itu berkilat, suaranya dingin menusuk.
Sorot mata Wang Lin semakin tenang. Dengan suara berat ia bertanya, "Kalian berdua siapa?"
"Sesepuh Penegak Hukum Sekte Ungu!" Jawab orang tua satunya yang selama ini diam, dengan nada datar.
Tangan kanan Wang Lin menepuk angkasa di belakangnya. Gemuruh dahsyat menggema. Gua persembunyian yang telah dihuninya selama dua minggu itu tiba-tiba runtuh, menghempaskan debu tebal ke segala penjuru.
Siluet Wang Lin di balik kabut debu tampak samar-samar, namun sorot matanya justru semakin tenang bagai danau tak beriak.
"Meskipun gua persembunyian telah dihancurkan, kau tetap melanggar peraturan sekte. Ikut kami ke aula utama! Di sana akan ada yang menentukan hukumanmu!" ujar orang tua yang terus-menerus memaksa itu dengan tertawa dingin.
Wang Lin menarik napas dalam-dalam, memandang kedua orang itu dengan tenang: "Aku hanya ingin mencari tempat tenang untuk berlatih kultivasi, tak ingin terlibat intrik. Namun sejak tiba di sini, terus mendapat penolakan. Cukup!"
Saat berbicara, tubuhnya melangkah maju. Tangan kanannya menepuk kantong penyimpanan. Dalam sekejap mata, Bian Kunji muncul di genggamannya. Dilemparkannya cambuk itu bagai naga sungai yang mengamuk menerjang keluar.
Kedua orang tua itu segera berubah raut wajanya, mundur terburu-buru. Mantra kutukan bergema dari mulut mereka sementara kedua tangan mereka membuat gerakan mantra yang rumit. Tiba-tiba, dua berkas cahaya Hitam dan Putih memancar dari tubuh mereka.
"Berani-beraninya menyerang sesepuh penegak hukum!" salah seorang tua itu meraung keras.
Namun Bian Kunji bergerak dengan kecepatan ekstrem. Hanya terlihat bayangan yang bergoyang sesaat, raut wajak orang tua yang berbicara itu langsung berubah drastis. Tubuhnya terguncang keras, disusul bunyi "plak" yang nyaring. Seketika ia mundur kembali, memuntahkan darah segar dari mulutnya. Jiwa Yuan Shen-nya bahkan tercabut paksa hingga 3 chi keluar dari tubuh.
Bian Kunji, khusus menghantam Jiwa Yuan Shen!
Ekspresinya menunjukkan kengerian yang sulit dibayangkan. Jiwa Yuan Shen-nya berjuang keras untuk kembali ke tubuh. Namun Wang Lin tak memberinya kesempatan. Jari telunjuk tangan kanannya mengukir garis melengkung di angkasa.
Kilatan merah menyambar, kilat melengkung melesat langsung menuju Jiwa Yuan Shen orang tua itu. Raut wajak orang tua menjadi suram. Ia membuka mulut menyemburkan kabut gas, nyaris menahan laju kilat melengkung yang mendekat.
Sesepuh lainnya langsung pucat pasi. Tanpa basa-basi ia mengayunkan sinar putih di tangannya ke depan, menepuk kantong penyimpanan. Seketika muncul pedang ungu di genggamannya. Ujung pedang diarahkan ke Wang Lin siap membentak: "Qixing Sui!"
Baru saja ucapannya meluncur, Pedang Terbang Ungu itu segera menggoyang, diiringi suara berderak-derak, retak tepat di tengah dan pecah menjadi tujuh segmen. Dengan kekuatan dahsyat, serpihan-serpihan itu melesat menghujam ke arah Wang Lin.
Wang Lin menoleh tajam, sorot mata merah menyala-nyala. Niat membunuh yang membara dari matanya langsung menerjang keluar bagai badai.
"Ini... sorot mata macam apa ini!!! Monster macam apa yang telah kuhadapi?!!" Orang tua itu gemetar tak terkendali melihat kegilaan di mata Wang Lin. Persis di detik itu, Wang Lin menepuk kantong penyimpanan. Pedang Immortal, lebih cepat dari kilat, muncul!
Mengiringi sang Pedang Immortal, golok melengkung yang bahkan membuat Wang Lin sendiri ketakutan itu turut melesat.
Gemuruh bergema di udara. Tujuh serpihan pedang yang belum sempat mendekati Pedang Immortal itu langsung meledak berantakan hanya terkena aura nya. Dari dalam Pedang Immortal, terdengar tawa liar Xu Liguo.
Orang tua itu tanpa basa-basi langsung berbalik kabur. Dari pengamatannya tadi, penyebab hancurnya Pedang Terbang-nya bukanlah Pedang Immortal itu, melainkan pedang melengkung di belakangnya. Pedang melengkung itu ternyata dalam sekejap mata telah bolak-balik tujuh kali, setiap kali menabrak tepat pada potongan pedang yang berbeda, sehingga ketujuh pecahan pedang itu semuanya hancur.
Hanya karena kecepatannya terlalu tinggi, ketujuh pecahan pedang itu terlihat seolah hancur bersamaan.
Menyadari hal ini, bagaimana mungkin orang tua itu tidak panik? Hatinya dipenuhi keluhan, dalam hati menggerutu seharusnya tidak mendengarkan bujukan Zhao Xingsha. Penyesalan datang, namun sudah terlambat.
Wang Lin bahkan tidak melirik orang tua itu. Dengan satu langkah, ia langsung muncul di samping sosok yang jiwa Yuan Shen-nya terpental. Jiwa itu sedang berusaha melawan kilat berbentuk lengkung. Ketika menyadari kedatangan Wang Lin, langsung menjerit ketakutan, melepaskan perlawanan dan berusaha melarikan diri.
Wang Lin sorot mata memancarkan kilau dingin, tangan kanannya menggerakkan Bendera Larangan, dengan sekali goyangan, ribuan larangan membentuk jaring langit dan bumi yang seketika jatuh dari langit, menyegel rapat jalan mundur Jiwa Yuan Shen itu.
Bersamaan itu tangan kanannya mencengkeram angkasa, mulutnya membentak: "Kembalilah!!"
Jiwa Yuan Shen itu hanya merasakan kekuatan dahsyat menarik dari belakang, sementara seluruh sekelilingnya telah dibungkus larangan. Waktu yang dibutuhkan untuk menghancurkannya tidak lama, tapi di momen ini, itu adalah masalah nyawa!
Dengan menggigit gigi, ia menoleh tajam sambil melengking: "Aku Sesepuh Penegak Hukum! Jika kau membunuhku, meskipun murid Leluhur Suci, semua peraturan sekte akan diberlakukan!!"
"Rupanya kau tahu identitasku!" Wang Lin tertawa dingin, tangan kanannya mencengkeram keras. Jiwa itu menjerit-jerit tak sadar sebelum sepenuhnya dikuasai dan ditarik kembali.
Pada saat yang sama, Wang Lin menepuk kantong penyimpanannya. Sebuah lonceng melesat keluar, berubah mengikuti angin menjadi sebesar tiga zhang. Dengan tangan kanannya, Wang Lin melemparkan jiwa Yuan Shen ke arah lonceng yang langsung mengurungnya dan menindasnya dengan keras ke tanah.
"Leyan!" seru Wang Lin dengan suara dingin, lalu berbalik memandang ke kejauhan.
Di sana, seorang tua lainnya dengan wajah getir mundur tergesa-gesa dan berdiri dalam jarak sepuluh zhang dari Wang Lin, tak berani bergerak sedikitpun. Pedang melengkung di depannya terus berkedip-kedip, sementara dari Pedang Immortal terdengar raungan sombar Xu Liguo.
"Cucu! Berdirilah tegak di depan kakek! Kalau kau berani bergerak, kukikir sepotong dagingmu!"
Wang Lin memandang sang tua dengan tenang, berkata perlahan: "Jika tempat ini tak membutuhkan Wang yang pendiam, maka aku akan bertindak semena-mena sebagai orang yang angkuh! Sekarang, katakan padaku, siapa yang sebelumnya tinggal di Paviliun Awan Ungu?"
