Suara Ouyang Hua terdengar terburu-buru, penuh dengan kepahitan.
Seiring ucapan itu, terlihat Ouyang Hua memimpin puluhan orang keluar dari lembah. Meskipun usia mereka bervariasi, semuanya adalah laki-laki dan sebagian besar tubuh mereka diolesi getah hijau.
Setelah Ouyang Hua muncul, ia memandang Wang Lin yang berada sepuluh langkah darinya. Sorot matanya memperlihatkan ekspresi kompleks sesaat sebelum akhirnya menghela napas dalam hati. Dengan gerakan hormat, ia membungkuk dalam-dalam sambil berkata dengan nada pasrah: "Ouyang Hua tidak tahu Tuan adalah Dewa. Segala kesalahan sebelumnya akan kutanggung sendiri. Mohon Dewa mengingat kebajikan Langit yang menghargai kehidupan. Jangan hancurkan formasi ini agar seluruh anggota keluarga tidak terpapar benih iblis dan menjadi santapan mereka."
Di belakang Ouyang Hua, puluhan orang itu serentak menatap Wang Lin. Di wajah mereka terpancar ketakutan yang tersamar.
Wang Lin menyapu sekilas pandang ke arah kerumunan itu. Tangan kanannya diangkat, jari-jarinya membentuk mantra di udara sebelum menusuk ke depan. Tiba-tiba kehampaan bergetar mengeluarkan gelombang energi yang menyebar bagai kanvas terdistorsi di antara langit dan bumi, perlahan menghilang.
Dengan lenyapnya gelombang energi itu, formasi di luar lembah mulai pulih. Kekuatan pelindung yang sebelumnya terkikis dengan cepat, kini berhenti sepenuhnya dari proses disintegrasi.
Ouyang Hua akhirnya merasa lega di dalam hati, pandangannya yang kompleks pada Wang Lin kini tercampur dengan secercah rasa hormat.
"Dewa, waktu sudah larut, kami khawatir Malam Benih Iblis akan tiba. Silakan masuk ke lembah untuk berbicara." Ouyang Hua segera berkata, lalu menggigit ujung jari kanannya hingga mengeluarkan setetes darah segar. Dengan gerakan tangan, darah itu langsung mendarat di tebing lembah di sampingnya.
Seketika, seluruh lembah bagai raksasa yang bangun dari tidur, suara bergemuruh mulai bergulung dari dalamnya. Seiring makin kerasnya gemuruh, tebing di kedua sisi lembah berubah seperti lukisan yang terdistorsi, lalu tiba-tiba terkoyak bagai dirobek oleh gunting raksasa dari tengah!
Sebuah koridor lurus tiba-tiba membentang dari dalam lembah, melewati Ouyang Hua dan rombongannya, hingga mencapai kaki Wang Lin.
"Dewa, silakan!" Ouyang Hua berkata dengan penuh hormat.
Wang Lin tidak banyak bicara. Terkait tempat ini, memang banyak hal yang perlu dia pahami. Saat ini, dia mengangkat langkah dan langsung melangkah.
Di dalam lembah, terasa seperti keluar dari kegelapan menuju terang. Tempat ini tampak seperti pasar kultivator yang sangat padat dengan banyak bangunan sederhana. Namun hanya ada bangunan, tanpa kultivator yang berjualan kepingan giok atau Magic Treasure seperti di pasar biasa.
Lingkungan dalam lembah cukup elegan dengan banyak pepohonan. Meski matahari sudah condong ke barat, rindangnya dedaunan masih terlihat jelas.
Di beberapa bangunan, pandangan Wang Lin menembus langsung dinding, melihat beberapa orang bersembunyi di dalamnya.
Hampir setiap bangunan berisi orang-orang yang bersembunyi. Mereka semua adalah perempuan-perempuan dan anak kecil. Pakaian mereka tidak setengah telanjang seperti laki-laki, namun masih menutupi sebagian tubuh.
Adapun anak-anak itu, beberapa di antaranya mengambil kesempatan saat ibu mereka tidak di samping, mengintip keluar melalui jendela dan celah pintu. Pandangan mereka yang hitam putih yang kontras, memancarkan rasa ingin tahu yang mendalam.
Saat melihat pemandangan ini, langkah Wang Lin tiba-tiba terhenti.
Segala yang terlihat di hadapannya sangat berbeda dengan yang ia bayangkan. Wang Lin mengerutkan kening. Meski ia tak membedakan baik-buruk dan selalu mengikuti kata hati, kali ini ia tak bisa menahan helaan napas penuh penyesalan.
Dengan tingkat kultivasinya di Tahap Menengah Transformasi Bayi yang telah menguras seluruh tenaga spiritualnya untuk menghancurkan formasi, tak disangka-sangka tempat ini ternyata hanyalah sebuah desa!
Semua orang di sini, kecuali pria tua bernama Ouyang Hua itu, adalah orang biasa...
Shen Shi Wang Lin menyapu seluruh lembah dalam sekejap.
Ouyang Hua dan anggota klan yang melihat Wang Lin tiba-tiba berhenti sambil terus mengerutkan kening memindai sekeliling, jantung mereka berdebar kencang. Beberapa anggota klan bahkan menggigit bibir dan mengepal tangan.
Dalam pikiran mereka, tempat ini adalah rumah mereka sendiri. Demi tempat ini, mereka bisa mengorbankan segalanya, termasuk nyawa!
Ouyang Hua segera mendekat, berdiri di belakang Wang Lin, dengan ekspresi pahit bertanya: "Dewa... Bagaimana...?"
Wang Lin berbalik, pandangannya menyapu sekilas anggota keluarga di belakang Ouyang Hua. Dengan kecerdasannya, Wang Lin langsung memahami isi hati mereka.
Wang Lin diam sejenak, lalu menyatukan tinju ke arah anggota keluarga sambil berkata lembut: "Wang telah mengganggu, tak perlu masuk lembah!" Setelah itu, ia merenung sejenak, merogoh kantong penyimpanannya, dan mengeluarkan tiga botol giok yang langsung melayang turun ke tanah.
"Dalam tiga botol giok ini terdapat puluhan butil pil penguat dasar, sebagai hukuman atas gangguan Wang kali ini." Wang Lin menghela napas, menggelengkan kepala, lalu berjalan keluar lembah.
"Pandangan Ouyang Hua saat ini memancarkan cahaya tajam yang belum pernah terlihat sebelumnya. Ia menatap botol-botol giok itu dengan tatapan tajam, melangkah beberapa langkah ke depan dan menyambar botol-botol tersebut. Setelah membukanya, ia menghirup dalam-dalam aroma isinya, raut wajaknya langsung berubah. Segera ia menyimpan botol-botol itu di dalam pelukannya.
Ia berbalik badan, mengucapkan beberapa kalimat dalam bahasa lain kepada anggota keluarga di belakangnya. Para anggota keluarga itu mengangguk satu per satu, beberapa di antaranya bahkan langsung menunjukkan senyum ramah ke arah Wang Lin sambil berulang kali menyatukan tinju sebagai penghormatan.
Setelah Ouyang Hua selesai berbicara, puluhan orang di sekitarnya berduyun-duyun berpencar dan kembali ke bangunan masing-masing. Tak lama kemudian, suara riuh rendah perlahan mulai terdengar.
Di dalam lembah, anak-anak kecil berlarian keluar sambil tertawa bermain. Para perempuan yang selama ini bersembunyi di dalam rumah pun satu per satu keluar.
Hampir seketika, lembah yang sebelumnya terasa sunyi dan kosong itu dipenuhi oleh nyawa kehidupan.
"Dewa, mohon ditahan langkahnya, ditahan!" Ouyang Hua melangkah beberapa kali ke depan sambil terus mengucapkan permohonan. Ekspresinya menunjukkan ketulusan yang sangat dahsyat.
Wang Lin tidak berbicara, langkahnya melangkah, tampak hendak keluar dari lembah. Ia telah memutuskan untuk meninggalkan tempat ini dan melanjutkan perjalanan ke barat. Ia ingin menyelidiki misteri di balik wilayah ini, terutama Kota Gu Yao yang terletak tiga juta li di kejauhan.
Mengenai niat awalnya untuk bertanya, minat Wang Lin telah sirna. Sorot mata polos anak-anak kecil dan tatapan takut para perempuan itu mengingatkannya pada banyak kenangan.
"Dewa, malam ini adalah Hari Benih Iblis! Meski tenaga gaibmu luar biasa, mustahil melawan ribuan benih iblis sendirian. Lebih baik tinggal di sini. Jika ingin pergi, berangkatlah besok!" seru Ouyang Hua dari kejauhan, tak berani mendekat.
Ini kedua kalinya Wang Lin mendengar istilah "Malam Benih Iblis" dari Ouyang Hua. Langkahnya terhenti, ia berbalik menatap lelaki itu.
"Apa itu Malam Benih Iblis?"
“Dewa, masalah ini akan hamba jelaskan secara mendetail pada Yang Mulia. Bagaimana jika kita berbincang di bangunan hamba?” Ouyang Hua segera menjawab.
Wang Lin merenung sejenak, lalu mengangguk.
Bangunan Ouyang Hua terletak di sudut paling utara lembah. Di sekitar area seluas lebih dari sepuluh zhang, tak ada bangunan lain yang berdiri. Hal ini semakin menegaskan keanehan tempat tersebut.
Bangunan itu berbentuk bulat seperti roti kukus yang menempel di tanah. Warna dominan hijau menutupi sebagian besar permukaannya.
Ruangan dalam bangunan berukuran sedang. Terdapat tempat tidur kayu dan meja-kursi kayu, beberapa barang berserakan di sekelilingnya, serta hiasan dinding yang tergantung. Di salah satu sudut yang tak mencolok, terpajang sebuah lukisan.
Berdiri di dalam bangunan, pandangan Wang Lin tertuju pada lukisan di dinding. Ia tetap membisu.
Lukisan itu menguning dimakan usia, sudut-sudutnya sudah mulai hancur. Seluruh permukaannya berkerut-kerut, jelas akibat usianya yang telah sangat tua.
Gulungan lukisan menggambarkan seorang pria paruh baya berusia sekitar empat puluh tahun. Pria ini mengenakan jubah Tao berdesain aneh, pandangannya tertuju ke kejauhan seolah tengah merenung. Tangan kanannya dengan santai diletakkan di dada, membentuk cap jari yang tidak biasa.
Di ujung lain gulungan lukisan, tepat di arah pandangan sang pria, terdapat langit yang diselimuti kabut hitam. Di balik kabut itu, tampak bayangan-bayangan ilusif yang samar.
Namun karena lukisan ini telah berusia terlalu lama, gambarnya tidak jelas sehingga mustahil melihat apa sebenarnya yang tersembunyi di balik kabut hitam itu.
Ouyang Hua berdiri dengan sikap hormat di samping, sesekali mengikuti pandangan Wang Lin ke arah gulungan lukisan. Sorot matanya tanpa sadar memancarkan kekaguman yang dalam.
"Sejak kapan formasi di luar lembah ini ada?" Suara berat Wang Lin bergema perlahan, pandangannya masih tertancap pada gulungan lukisan itu. Setelah sebentar, barulah ia bertanya.
“Formasi ini telah ada sejak waktu yang terlalu lama, sudah tidak ada yang mengingatnya lagi. Sejak aku memiliki ingatan, yang kuketahui hanyalah bahwa berpuluh-puluh tahun yang lalu, ada seseorang bernama Huang Long yang membawa leluhur dan anggota keluarganya ke sini, lalu menetap di tempat ini... Konon pada masa itu, formasi ini sudah ada selama waktu yang tak terhitung.” Ouyang Hua diam sebentar, lalu berkata perlahan.
“Apakah orang ini?” Pandangan Wang Lin tetap tertancap pada gulungan lukisan.
“Benar, dialah Huang Long Shangxian!” Sorot mata Ouyang Hua dipenuhi lebih banyak kekaguman.
“Huang Long... Benar-benar bernama Huang Long...” Kilau aneh terpancar dari sorot mata Wang Lin. Setelah lama, ia mendesah pelan, jari-jari tangan kanannya mengusap perlahan area antara alisnya.
“Huang Long... Sebenarnya apa yang terjadi...” Wang Lin seolah melupakan kehadiran Ouyang Hua di sampingnya. Pandangannya tetap tak bergeser sedikitpun dari gulungan lukisan itu.
"Pria dalam lukisan itu memiliki rupa yang gagah, dipenuhi aura immortal dan kesan energi surgawi yang melingkupinya. Jika dikatakan sebagai dewa, pasti ada yang percaya."
"Huang Long..." Sorot mata Wang Lin menunjukkan kebingungan. Pandangan seperti ini sangatlah langka terlihat pada dirinya!!
Sifat polos Wang Lin selalu teguh seperti batu. Namun saat matanya baru saja menangkap lukisan di dinding ini, Jiwa Yuan Shen-nya langsung bergetar hebat!
"Bagaimana kau tahu namanya Huang Long?" Setelah diam cukup lama, Wang Lin akhirnya bertanya perlahan.
Pertanyaan ini membuat Ouyang Hua bingung. Dengan ragu-ragu ia menjawab hati-hati: "Apakah... apakah Tuan mengenal Dewa Huang Long?"
Wang Lin mengerutkan kening.
Ouyang Hua buru-buru menjelaskan: "Semua yang kuketahui diwariskan secara lisan dari leluhur. Nama Huanglong Zhenren pun turun-temurun seperti itu."
Wang Lin diam, ia menatap lukisan gulir itu, sorot matanya tanpa sadar menunjukkan kilasan nostalgia. Jiwa seolah menembus langsung Pintu Roh Iblis Laut Timur, menembus angkasa, menembus awan, menuju kampung halamannya – Planet Zhuque.
Jiwanya bahkan menembus ratusan tahun waktu, mengingat kembali sosok pemuda dari desa pegunungan berabad silam yang ditolak dewa, menjadi bahan ejekan seluruh anggota keluarga...
Pemuda itu, setelah melewati berbagai titik balik nasib, memasuki sekte yang disebut Sekte Hengyue...
