Dari keempat orang ini, salah satu perempuan menggulung rambutnya dengan dua helai poni terjuntai di pelipis. Antara alisnya dihiasi kilauan kristal kecil. Bulu mata lentiknya memantulkan sorot mata berkilau bagai mutiara. Wajah ovalnya yang anggun bersinar bak giok halus. Meski tak secantik dewi, kecantikannya mampu mengalahkan sinar bulan. Meski terlihat berusia dua puluh tahun, kematangan dalam sorot matanya tak sesuai dengan usia lahiriah.
Jubah putih longgar yang dikenakannya tetap membentuk lekuk tubuhnya yang proporsional, menggugah decak kagum.
Para kultivator ahli dalam menjaga keremajaan, bahkan kultivator berlevel tinggi mampu memperpanjang umur. Dari penampilan luar, sangat sulit menebak usia sebenarnya.
Di samping perempuan itu, perempuan satunya terlihat lebih biasa. Rambutnya panjang terurai di bahu, tubuhnya kurus lemah seolah-olah tertiup angin akan melayang pergi. Ia mengenakan baju merah muda yang membuat raut wajaknya terlihat pucat. Dibandingkan dengan perempuan berparas menawan tadi, ia kurang memukau namun memancarkan aura yang mengundang belas kasihan.
"Dua adik junior, inilah Awan Kabut Gunung Laut Kabupaten Iblis Air. Dulu saya tak sengaja menemukan tempat ini dan terpikat hingga lupa pulang. Meski belum pernah ke dunia dewa, tapi keindahan tempat ini pasti melebihi negeri para dewa! Bagaimana menurutmu, Saudara Murong?" Seorang pemuda berbaju merah di samping dua perempuan itu berkata dengan suara lembut.
Pemuda ini berparas tampan dengan aura kesombongan alami, bagaikan Bintang Pilihan langit.
"Cukup!" Pria lain di sampingnya berkata dingin. Lelaki berbaju hitam ini memiliki wajah dingin. Setelah berkata, ia langsung memejamkan mata dan tak berbicara lagi.
Pemuda berbaju merah tersenyum kecil. Ia sudah lama terbiasa dengan gaya bicara singkat lawannya.
"Apakah Saudara Senior Du berlama-lama di sini hanya demi kabut ini?" Perempuan berparas bulan purnama itu menyunggingkan bibir sambil tertawa ringan.
"Jujur saja, Adik Junior Zhao. Di tengah lautan awan ini, aku menemukan celah tanah. Tempat ini mungkin adalah Jurang Gelombang Pasang yang legendaris." Pemuda merah itu tersenyum.
Saat perempuan Zhao hendak berbicara dengan sorot mata yang berkilauan, tiba-tiba pemuda hitam yang sebelumnya memejamkan mata membuka matanya lebar-lebar dan menatap tajam ke kejauhan.
"Sangat kuat!" Mata pemuda hitam itu berkilat saat mengucapkan kata-kata ini.
Di kejauhan ufuk langit, seberkas cahaya panjang membelah udara, berubah menjadi seorang pemuda berbaju putih di udara. Wajahnya biasa-baik saja tanpa keistimewaan. Berdiri di udara, ia sama sekali tidak memandang ke arah empat orang itu, melainkan menyapu kabut dengan sorot mata dingin sebelum melangkah maju.
"Dia!" Seru pria berjubah merah yang seketika terkejut setelah mengenali wajah itu. Kilatan keheranan melintas di matanya saat menyadari tingkat kultivasi lawan yang telah mencapai Puncak Kekuasaan! Dengan senyum terkembang ia berkata, "Junior Wang, tunggu sebentar!"
Pemuda berbaju putih itu tak lain adalah Wang Lin. Tubuhnya berhenti mendadak. Ia menoleh memandang keempat orang itu. Bukan dua perempuan atau pria berjubah merah yang pertama kali diamatinya, melainkan pria berjubah hitam itu.
"Dia bisa mendeteksiku dari 1.000 li, pasti bukan kultivator sembarangan. Dari kekuatan energi immortal dalam tubuhnya, sepertinya baru memasuki tahap awal Puncak Kekuasaan!" Sorot mata Wang Lin tetap datar saat menyapu sekilas satu per satu, akhirnya tertancap pada pria berjubah merah yang agak dikenalnya - murid Sekte Merah Tian Yunzi.
Di antara keempat orang ini, selain pria berjubah hitam, ketiga lainnya semuanya berada di tahap kesempurnaan akhir Transformasi Bayi. Namun, pemuda dari garis merah jelas sudah menginjakkan satu kaki ke Puncak Kekuasaan. Asalkan dia berkehendak, kapan saja bisa mencapai tahap itu. Mungkin karena khawatir dengan hambatan "pagi hidup sore mati" bagi Pencari Jalan, dia belum melangkah keluar!
"Junior Wang, saya Du Jian." Pemuda berjubah merah tersenyum. Setelah berpikir sejenak, dia menyadari kemungkinan Wang Lin ini tidak mengetahui namanya.
"Salam untuk Saudara Senior Du." Wang Lin menyatukan tinju sebagai penghormatan.
Du Jian tersenyum sambil menunjuk pria berjubah hitam, "Junior Wang, dia adalah Murong Zhuo dari Mo Men. Sedangkan kedua orang ini adalah rekan Tao dari Sekte Fu Yun."
Murong Zhuo, pria berjubah hitam itu, mengamati Wang Lin dengan seksama beberapa saat sebelum menyatukan tinju, "Rekan Tao Wang, saya Murong Zhuo, murid generasi keempat Mo Men!"
Setelah Murong Zhuo mengucapkan kalimat ini, Du Jian dan dua perempuan lainnya sama-sama menunjukkan keheranan di pandangan mereka. Sepanjang perjalanan, ketiganya belum pernah melihat Murong Zhuo mengucapkan kalimat lebih dari lima kata. Karakter pendiam yang jarang bicara ini telah tertanam dalam di dasar kalbu mereka.
Bahkan ketika bertemu rekan seangkatan di Puncak Kekuasaan tahap menengah selama perjalanan, Murong Zhuo tidak pernah mengucapkan begitu banyak kata.
Terutama penekanan perkataannya pada perkenalan diri sendiri. Ketiganya yang telah berlatih kultivasi selama puluhan tahun dan mencapai level ini, tentu bukan orang bodoh. Ucapan sederhana ini justru memancarkan rasa hormat setara di antara rekan seangkat.
Perempuan bermarga Zhao dengan kecantikan yang memesona menatap Wang Lin dengan mata indahnya, tersenyum manis: "Saudara Wang, adik junior bernama Zhao Yixuan. Ini adalah adik juniorku Xu Fei."
"Xu Fei..." Nama sederhana ini menggugah kenangan dalam diri Wang Lin. Ia pun menatap perempuan lemah itu yang kemudian membungkuk hormat: "Xu Fei menghadap Saudara Wang."
Du Jian melirik Wang Lin sambil tersenyum penuh makna: "Apakah Junior Wang mengenal Junior Xu?"
Wang Lin menggelengkan kepala: "Tidak. Hanya saja nama Junior Xu sama dengan seorang sesama anggota sekte di masa kecil Wang."
Du Jian tersenyum tipis, menghindari topik ini: "Junior Wang, apakah kedatanganmu ke sini untuk Jurang Gelombang Pasang?" Ia tidak berusaha menyembunyikan atau menjebak dengan pertanyaan, melainkan langsung ke inti permasalahan.
Raut wajah Wang Lin tetap tenang: "Benar!"
Pandangan Du Jian mengeras: "Junior Wang, bahaya di Jurang Gelombang Pasang sangat banyak. Meski kemampuanmu sudah mencapai tingkat Puncak Kekuasaan, tetap akan sulit memasuki sana. Target kami berempat juga Jurang Gelombang Pasang. Bagaimana jika kita bergabung? Saling menjaga."
Wang Lin merenung sejenak. Bahaya di Jurang Gelombang Pasang telah ia ketahui sebelumnya. Sebelum datang, ia telah menggunakan kristal pemberian Bello untuk menyelidiki. Ada beberapa area yang membutuhkan risiko besar untuk dilalui dengan tingkat kultivasinya saat ini.
Jika di antara keempat orang itu tidak ada Murong Zhuo, Wang Lin pasti akan langsung menolak. Tapi dengan kehadiran Murong Zhuo, situasi menjadi berbeda. Meski tingkat kultivasi Murong Zhuo hanya Puncak Kekuasaan tahap awal, kemampuannya bisa mendeteksinya dari jarak 1.000 li tentu memiliki keunikan tersendiri.
Wang Lin tersenyum tipis, "Bagus sekali!"
Ekspresi Du Jian tetap tersenyum, tapi dalam hati mendengus keras. Mustahil baginya tidak merasa curiga dan cemburu melihat Wang Lin mencapai level Puncak Kekuasaan dalam waktu singkat.
Dia ingat jelas, dulu saat pertama bertemu Wang Lin, orang ini hanya kultivator Tahap Menengah Transformasi Bayi. Tapi sekarang, hanya dalam 100 tahun, dia sudah mencapai Puncak Kekuasaan tahap awal! Bahkan dari auranya, sepertinya bukan baru mencapai level itu, melainkan sudah lama melangkah ke tahap Puncak Kekuasaan!
"Peningkatan tingkat kultivasi si kampungan dari bintang yang hancur ini begitu cepat, pasti ada alasannya! Dan dia bahkan berhasil lolos dari tribulasi hidup dan mati saat mencapai Puncak Kekuasaan. Hal ini jelas tidak sesederhana itu! Jika terus berkembang seperti ini, dalam empat ratus tahun saat meninggalkan tempat ini, tingkat kultivasinya pasti akan semakin tinggi. Dengan demikian, statusnya di Garis Ungu akan langsung melesat."
Niat jahat menggeliat di hati, namun secara lahiriah Du Jian sama sekali tidak memperlihatkannya. Senyumnya tetap hangat, seolah benar-benar menjadi kakak yang penyayang.
Sayangnya, yang dihadapinya adalah Wang Lin - sosok yang telah bergulat dengan hidup dan mati di Planet Zhuque selama ratusan tahun, mengalami lebih banyak hal dibanding yang dialami kebanyakan orang seumur hidupnya, hingga menempa kewaspadaan dan kecerdikan.
Sangat bertolak belakang dengan gambaran "si kampungan" yang ada dalam bayangannya.
Hidup Du Jian ibarat debu dibandingkan dengan perjalanan Wang Lin.
Ekspedisi berlima itu tidak lagi melakukan percakapan sia-sia. Mereka langsung menuju ke Awan Kabut Gunung-Laut.
Awan kabut melingkupi, beberapa bahkan berubah menjadi bentuk pegunungan dan lautan yang ilusif, terlihat sangat megah sekaligus memiliki keindahan yang memikat hati.
Zhao Yixuan sesekali melirik ke arah Wang Lin di depan. Terhadap pria ini, dia merasa sulit memahaminya. Di Daerah Yao Ling ini, bahkan para Jenderal Siluman pun bisa dia baca isi hatinya sekilas. Selama seratus tahun lebih, hanya ada dua setengah orang yang tidak bisa dia pahami.
Siluet Wang Lin di depan terlihat samar-samar melalui lapisan awan kabut. Pandangan Zhao Yixuan seolah terhalang kabut, semakin sulit untuk melihat jelas.
Orang pertama yang tidak bisa dipahaminya adalah Chen Long dari Sekte Pedang Daruo. Pada tubuh pria itu selalu ada kabut misterius. Saat dia ingin mengamati lebih detail, kabut itu berubah menjadi pedang tajam yang mencegah intrusinya.
Adapun yang setengah orang itu adalah Murong Zhuo! Pandangan Zhao Yixuan menyapu sekilas ke arah Murong Zhuo di depan.
Di mata Zhao Yixuan, Murong Zhuo terkadang tampak jelas dan transparan, namun terkadang bagaikan kolam air mati. Perubahan ini membuatnya sulit memahami pikiran lawannya.
Orang terakhir yang tak bisa ditembusnya adalah Wang Lin yang tiba-tiba muncul ini. Di mata Zhao Yixuan, sosok Wang Lin bahkan lebih misterius. Pria ini tak memiliki kabut seperti Chen Long, juga tidak menunjukkan perubahan seperti Murong Zhuo. Namun dengan ketenangan batinnya, ia berhasil mengunci seluruh esensi spiritualnya!
Ia tak perlu kabut, tak perlu ilusi. Cukup dengan menutup rapat-rapat pintu hati!
Sorot mata Zhao Yixuan memancarkan kilau aneh. Tiba-tiba di depan, Wang Lin yang sedang berlari menoleh dan melayangkan pandangan santai ke arahnya, sebelum menarik kembali pandangan dan memalingkan muka.
Namun sorot mata itu bagai pedang tajam yang langsung menusukkan diri ke dalam jiwa Zhao Yixuan.
“Peringatan ya... Wang Lin ini sangat menarik. Bahkan Chen Long dari Sekte Pedang Daruo baru menyadari keberadaanku setelah aku perkuat kemampuan supernaturalku. Sedangkan Murong Zhuo juga hanya bisa mendeteksi melalui petunjuk kecil... Tapi Wang Lin ini, hanya dengan satu gerakan pikiranku, langsung merasakan keanehan..."
Cahaya ketertarikan terpancar di mata Zhao Yixuan, namun segera disembunyikan dalam-dalam.
Saat berjalan, sorot mata Wang Lin berkedip samar. Senyuman dingin mengembang di sudut bibirnya.
"Keempat orang ini cukup unik. Selain menyimpan maksud tersembunyi, kemampuan mereka juga tak bisa diremehkan. Tapi yang paling luar biasa di antara mereka adalah perempuan lemah bermarga Xu itu. Selalu ada aura mistis yang aneh terpancar darinya..."
Dengan kecepatan ekstrem, kelima orang itu perlahan menembus kabut. Sebuah parit raksasa membelah tanah di depan mereka, terpampang jelas di hadapan para kultivator.
Retakan tanah ini sangat besar, lebarnya sekitar lebih dari sepuluh zhang (±33 meter). Panjangnya mencapai 1.000 zhang (±3.3 kilometer), membentang hingga menghilang di balik awan kabut di ujung pandangan. Parit raksasa ini bagaikan mulut-mulut menganga yang tertanam di permukaan tanah, atau seperti bekas torehan kemampuan supernatural.
