Angin sepoi-sepoi bertiup, rumput hijau di permukaan bergoyang lemah. Jubah sepasang pria dan perempuan ini pun berkibar ditiup angin.
Pria itu menatap ke bawah, menunjukkan secercah kekaguman di pandangan, tersenyum: "Teknik Larangan ini mengandung unsur Teknik Larangan Kuno... Hah, ada juga aroma Larangan Dewa, tidak biasa!"
Perempuan di sampingnya merapikan helai rambut hitam yang tertiup angin di dekat telinga, matanya menatap ke bawah sambil mengangguk dan berkata lembut: "Teknik Larangan Kuno terampil, tapi Larangan yang beraroma Dewa ini agak kasar, mungkin masih dalam tahap eksperimen."
Pria itu mengangguk setuju: "Ini pasti karya seorang cultivator yang mewarisi pengetahuan kultivator kuno. Tekniknya sangat matang, pasti telah berlatih setidaknya sepuluh ribu tahun."
Perempuan itu menggelengkan kepala dengan lembut, berkata ramah: "Belum tentu. Kau sendiri belum pernah melihat langsung penyusun Larangan ini."
Pria itu tertawa terbahak, berkata: "Juan Er, apakah kau sedang menguji suamimu? Bagaimana kalau kita bertaruh, jika kultivator yang memasang larangan ini belum berlatih sepuluh ribu tahun, aku yang kalah, setuju?"
Perempuan itu menutupi mulutnya sambil tersenyum lembut, sorot mata penuh kelembutan memandang sang pria: "Larangan kecil begini, bagaimana bisa membuat Yun Xian Wang Wei yang biasa menyebut diri bisa membongkar semua larangan menjadi begitu serius?"
Pria itu menggelengkan kepala sambil tersenyum: "Kau menghindari inti masalah lagi. Aku yakin kau bisa melihat, meski larangan ini kasar, pola pikir yang terkandung di dalamnya sangat cerdik. Lihatlah, kalau bukan kita, orang lain mungkin akan melewatkannya jika tak teliti."
Larangan ini tidak mengandung niat membunuh, tentu tak ada hasrat membunuh. Tapi di dalamnya ada stimulasi Shen Shi - siapapun yang menginjak area ini akan langsung terdeteksi oleh sang pembuat larangan.
"Ini bukan yang utama. Jika hanya seperti ini, sudah cukup—tak akan membuatku tertarik. Lihat di sini!" Pria itu menunjuk ke hamparan rumput di depan. Angin berhembus, rumput hijau di sana bergerak tertiup angin, terlihat tak ada yang aneh.
Sorot mata pria itu memancarkan kilau aneh, "Jika tidak salah lihat, larangan di sini bukan satu! Tapi saling terkait. Meski larangan ini dibongkar, selama tidak bisa dihancurkan seluruhnya dalam sekejap, si penyusun tetap akan tahu." Saat bicara, tangan kanannya mencengkeram. Di area yang dipandangnya, semua rumput tertunduk rapat, kecuali sehelai yang tetap bergoyang ditiup angin.
"Memasang larangan di udara kosong, itu teknik rendahan. Memasang larangan dengan memanfaatkan benda, itu juga hanya teknik menengah. Tapi lihat rumput ini, Juan'er—perhatikan baik-baik. Rumput ini, ada apa yang berbeda!"
Perempuan itu tampak cukup terkejut. Ia sangat memahami Wang Wei. Meski pria itu berwatak santai, namun begitu berhubungan dengan Larangan, ia langsung berubah seolah orang lain. Justru karena itu, Larangan biasa sama sekali tak bisa menarik perhatiannya. Tatapan matanya yang kini memancarkan kilau aneh seperti ini sangat jarang terlihat.
Perempuan itu meneliti dengan saksama, lalu matanya menunjukkan keheranan, "Rumput hijau ini... nyata namun palsu!"
Wang Wei tersenyum, mengayunkan tangan kanannya ke angkasa. Seketika rumput itu putus tepat di akar dan jatuh ke genggamannya. Ia mengangguk, "Benar, nyata namun palsu. Rumput ini asli, tapi getah di dalamnya palsu!"
Sambil berkata demikian, ia menggesekkan dua jarinya. Asap putih segera mengepul dari rumput itu, melingkupi getah palsu yang mulai menguap keluar.
Seiring cairan itu menguap, rumput hijau tak lagi berwarna zamrud, melainkan perlahan menguning kering. Akhirnya, setetes cairan hijau kebiruan yang jernih bagai kristal terwujud di telapak tangan pria itu.
Tetesan hijau kebiruan ini memancarkan kilau transparan. Di dalamnya, larangan demi larangan bergerak cepat bagai kilat, begitu padat hingga tak terhitung jumlahnya.
Sorot mata pria itu kembali memancar kagum. Memandangi tetesan di telapak tangannya, ia berbisik lembut: "Di dalam ini tersimpan lebih dari seribu lapisan Larangan. Semua larangan ini menyatu secara sempurna membentuk struktur yang sangat kokoh. Meski setiap larangannya biasa saja, justru hal sederhana inilah yang paling sulit diwujudkan! Hanya kultivator yang telah berlatih puluhan ribu tahun, mengalami pahit-getir kehidupan, menembus batas hidup-mati, dan memahami Jalan Langit-nya sendiri yang mampu merancang deduksi rumit seperti ini!"
"Orang-orang di dunia ini, jika tidak memiliki waktu sepuluh ribu tahun, bagaimana mungkin mengalami berbagai lika-liku kehidupan? Bagaimana bisa sepenuhnya memahami hidup dan mati, bagaimana menempa hati yang cerdik dan penuh kelicikan seperti tujuh lubang?"
"Larangan, tidak terlalu terkait dengan bakat! Yang benar-benar berhubungan adalah sikap mental dan kelicikan!" Sorot mata Wang Wei memancarkan kekaguman disertai kilasan kenangan.
Perempuan itu menunjukkan kelembutan di pandangannya, berdiri di samping sang pria, berbisik lembut: "Jangan terlalu dipikirkan. Bukankah tadi kau ingin bertaruh denganku? Aku bertaruh bahwa penyusun Larangan ini belum berkultivasi selama sepuluh ribu tahun."
Pria itu terkekeh, menghapus bayangan masa lalu dari matanya, menatap perempuan itu dalam-dalam: "Bagus! Kita tunggu saja di sini, lihat bagaimana hasilnya! Sekalian menunggu kemunculan Tanlang!"
Perempuan itu tersenyum: "Jika Tanlang muncul dan melihat kita, kira-kira bagaimana reaksinya? Apakah akan melawan atau patuh menyerahkan Token."
"Dia tidak akan berani melawan!" jawab pria itu dengan mudah, tanpa sedikit pun emosi dalam nada bicaranya.
Pada saat Tanlang memasuki Daerah Yao Ling, jejaknya langsung terdeteksi oleh Pasangan Kultivasi Yun Xian ini. Bagaimana tidak, mereka berdua telah berada di wilayah ini selama puluhan ribu tahun, benar-benar menguasai sebuah Xu Fu hingga ke akar-akarnya, dengan harta karun yang tak terhitung jumlahnya berhasil dikumpulkan.
Wang Wei sendiri selain ahli Larangan, juga mahir dalam seni peramalan. Meskipun tidak bisa menandingi Tian Yunzi dalam hal ini, setidaknya dia bisa menghitung posisi Tanlang beserta beberapa perubahan yang mungkin terjadi.
Adapun Token itu, tentu saja juga berhasil mereka hitung. Hanya saja Token ini terlalu misterius - untuk mendapatkannya harus menunggu waktu tertentu. Makanya sebelumnya mereka tidak bertindak, dan baru sekarang datang ke pintu keluar Kabupaten Api Iblis.
Kisah mereka berdua kita kesampingkan dulu. Di dalam Jurang Gelombang Pasang, Wang Lin melesat bagai kilatan listrik di atas Pedang Immortal yang dihuni Zhou Yi, menuju pintu keluar Kabupaten Api Iblis.
"Kecepatan Zhou Yi sangat ekstrem. Setelah beberapa hari, melalui koridor kami tiba di celah jurang yang mengarah ke Kabupaten Api Iblis. Cukup terbang dari sini untuk meninggalkan Jurang Gelombang Pasang."
"Pintu keluar Kabupaten Api Iblis adalah satu-satunya area di Jurang Gelombang Pasang yang memiliki hambatan ke atas, bukan hambatan ke bawah."
"Di sini, kecepatan diri sendiri akan seolah didorong oleh kekuatan tak terbatas, mencapai tingkat yang lebih cepat!"
"Terbang melintasi celah jurang Kabupaten Api Iblis, pandangan Wang Lin tenang tanpa gejolak. Menginjak Pedang Terbang, ia melaju lurus ke depan. Benda di sudut matanya berubah menjadi garis-garis yang mengaum berlalu."
"Tiba-tiba kecepatan Pedang Immortal di bawah kakinya berkurang. Setelah mengitari beberapa kali, pedang berhenti. Pikiran spiritual Zhou Yi menyebar dari pedang:"
"'Wang Lin, ada yang tidak beres. Indra pedangku mendeteksi kabut ungu di depan. Di dalam kabut itu tampak sejumlah kultivator terperangkap. Kabut ini aneh, indra pedangku tak bisa menyelidiki semuanya.'"
“Terjebak kultivator?" Sepanjang perjalanannya tidak melihat Murong Zhuo dan kedua wanita Zhao-Xu, Wang Lin mengerahkan pandangan. Dalam hati ia bergumam: "Jangan-jangan ini bertiga?"
Saat Wang Lin dan Zhou Yi berhenti sejenak, di ujung satunya kabut ungu, kawanan Nyamuk Gaib yang begitu padat mengembangkan sayap. Sorot mata merah tua mereka menatap tajam kabut ungu, memancarkan kilatan ganas yang pekat.
Penampilan Nyamuk Gaib yang sudah mengerikan ini semakin menyeramkan dengan kilau dingin di matanya!
Kepakan sayap mereka mengeluarkan dengungan yang menyatu bagai auman, bergema di sekeliling. Namun karena topografi aneh pintu keluar Kabupaten Api Iblis yang mengeluarkan dorongan, suara ini tak terdengar sampai jauh.
Setiap Nyamuk Gaib bertubuh besar namun perutnya kempes, jelas sudah lama kelaparan. Mulut raksasa mereka memancarkan kilau dingin yang menggeretak, bagai pedang-pedang tajam.
Warna tubuh mereka tidak sepenuhnya hitam, banyak yang berwarna abu-abu. Bulu halus di atasnya bagai duri-duri mengerikan, terlihat cukup mengguncang.
Mereka mengelilingi kabut ungu, namun tidak memasuki dalam, hanya berkeliaran di luar. Hawa ganas pada semua Nyamuk Gaib semakin pekat.
Di dinding jurang di samping, tergantung beberapa potong kain sobekan dan bekas darah yang telah mengering. Di sebelahnya terdapat pedang besar yang suram.
Di antara kerumunan Nyamuk Gaib, terkadang beberapa mulut raksasa saling bersentuhan. Setiap sentuhan menghasilkan percikan api bergelombang, membuat dengungan Nyamuk Gaib yang bersentuhan semakin keras, seolah hendak saling membunuh.
Setiap kali situasi seperti ini terjadi, segera dari kedalaman kawanan Nyamuk Gaib terdengar suara mengaum keras. Begitu suara itu muncul, naluri saling membunuh itu segera ditekan dengan paksa.
Namun, mungkin karena telah terjebak di sini terlalu lama, sifat ganas dan hawa kekerasan para Nyamuk Gaib semakin tak tertahankan. Saat ini, dua ekor Nyamuk Gaib saling menyentuhkan mulut raksasa mereka. Kilatan ganas tiba-tiba berpendar dahsyat, membuat kedua makhluk itu seketika meraung-raung dan saling terkam dalam sekejap.
Suara mengaum keras menggema dari kedalaman kawanan Nyamuk Gaib. Dua ekor yang sedang bertarung sempat membeku, namun segera digantikan oleh keganasan primodial. Mengabaikan kemunculan suara gemuruh itu, mereka kembali bertempur.
Auman magis kembali terdengar. Kali ini, kawanan Nyamuk Gaib berpencar membuka koridor. Seekor makhluk berukuran sepuluh zhang dengan tubuh berkilauan ungu samar perlahan melaju keluar.
Meski terdapat warna ungu pada tubuhnya, nuansa itu sangat tipis, hampir tak kasat mata.
Di kepalanya tertancap tujuh jarum perak. Jarum-jarum ini mengeluarkan gelombang-gelombang yang membuat sorot mata Nyamuk Gaib ini sesekali menunjukkan ekspresi kesakitan. Kehadirannya langsung membuat dua nyamuk yang sedang berkelahi berhenti, sorot mata saling memancarkan kilatan ganas.
Nyamuk Gaib berwarna ungu ini mengeluarkan suara lengkingan yang bagai memiliki kemampuan supernatural. Semua nyamuk langsung tubuhnya bergetar. Menggunakan kesempatan ini, Nyamuk Ungu mengibaskan sayapnya. Seluruh tubuhnya bagai kilatan listrik, dalam sekejap tiba-tiba muncul di samping dua nyamuk lainnya. Mulut raksasanya tiba-tiba menusuk dua kali berturut-turut, langsung menembus langsung kedua nyamuk tersebut. Saat diserap, kedua nyamuk itu langsung layu, berubah menjadi mayat kering yang terjatuh dari udara.
Nyamuk Gaib Ungu berbalik, memandang sekeliling dengan dingin. Segera semua nyamuk gaib mengeluarkan suara lengkingan penyerahan diri, tidak ada lagi yang berani saling membunuh. Nyamuk Gaib Ungu perlahan melaju menuju kedalaman kawanan, dari tubuhnya memancarkan kesan zaman.
