Hidup sebagai orang biasa, usia seratus tahun secara simbolis menjadi titik akhir, namun yang benar-benar bisa hidup hingga seratus tahun, tidak banyak.
Wang Ping, di usia tujuh puluh dua tahun, merasakan ujung kehidupannya. Setahun kemudian, meski tubuhnya masih sehat, ia jelas-jelas merasakan bahwa hidupnya seakan akan segera diakhiri.
Musim dingin tahun itu, seperti saat Sun Tai pergi, datang sangat cepat. Salju telah menutup jalan-jalan sejak awal, membuat penduduk desa tak bisa keluar, hanya bisa tinggal di samping keluarga sambil diam-diam melewati musim dingin ini.
Angin dingin yang menusuk tulang meraung di antara langit dan bumi, seakan membawa satu per satu kehidupan yang telah sampai di ujungnya, mengantarkan mereka ke musim semi, bagaikan siklus reinkarnasi.
Musim dingin tahun ini tampak lebih dingin daripada tahun-tahun sebelumnya. Angin yang membawa serpihan salju, terutama di malam hari, terasa semakin menusuk tulang. Rumah-rumah rakyat sederhana, jika tidak menyalakan anglo panas, akan diterobos oleh hawa beku.
Di ujung barat desa, cahaya api dari jendela rumah memancarkan kehangatan samar, terlihat sangat tak berarti di tengah malam berangin dengan salju yang turun deras.
Angin dingin melengking keras mengitari, membentuk pusaran-pusaran salju di lapisan salju tebal di tanah, menggulung hamparan kristal es.
Hewan ternak di desa menggulung tubuh mereka sambil gemetar halus, berusaha melawan hawa dingin yang menusuk dari terpaan angin.
Langit gelap gulita, hanya rintik salju yang tak henti jatuh membuat siapapun yang memandang lama akan merasa tersesat dalam waktu.
Wang Ping duduk di kursi, pisau ukir di tangannya menggores satu per satu, mengukir jejak kenangan terakhir di ujung kehidupannya.
Yang diukirnya tetap sosok ayahnya, namun wajah sang ayah terlihat semakin renta dalam goresan kayu.
Tahun ini, Wang Ping sering terbawa dalam mimpi kembali ke masa kecilnya. Ia teringat sensasi saat meminum semangkuk demi semangkuk ramuan pahit. Kepahitan masa lalu itu, kini ketika diingat kembali justru terasa agak manis. Manisnya bukan pada rasanya, melainkan pada kehangatan yang dirasakan.
Qing Yi duduk di sampingnya, memandang Wang Ping. Dalam sorot mata yang penuh kelembutan, terpancar seberkas kesedihan.
Bergelombang angin dingin mengaum, berdatangan dari luar seakan ingin menerobos masuk, membawa pergi Wang Ping yang telah berada di ujung kehidupan.
"Setelah aku mati, bakarlah semua patung ini..." ujar Wang Ping lembut. Ia menatap patung terakhir dalam hidupnya yang masih setengah jadi di tangannya. Ia ingin menyelesaikan ukirannya.
Di salah satu sisi kamar tersebut, terdapat rak kayu besar. Di atasnya tersusun ratusan patung, setiap satu di antaranya adalah Wang Lin!
Di samping beberapa patung, terdapat patung anak kecil dengan senyum puas di wajahnya, menggenggam tangan ayahnya, memancarkan perasaan terikat.
"Ayah, aku sudah lama... memaafkanmu..." Wang Ping menatap patung di tangannya, berkata lembut.
Di malam badai salju ini, kilat petir menyambar membelah udara melalui lapisan angin kencang yang hancur berantakan dalam sekejap. Cahaya petir itu datang disertai ledakan yang bergema di seluruh Bintang Ran Yun.
Bahkan serpihan salju di antara langit dan bumi pun bergetar sejenak, seolah membeku di udara dalam sekejap mata.
Bahkan angin dingin yang liar itu pun mengalami collapse total pada saat itu.
Seluruh kultivator di Bintang Ran Yun, dalam sekejap napas telah merasakan hawa yang sangat raksasa ini, terutama energi petir yang terkandung di dalamnya, bagaikan ribuan halilintar yang menggema keras di telinga semua kultivator.
Sun Xi, Sang Leluhur Keluarga Sun, yang telah bertapa selama bertahun-tahun, tiba-tiba membuka matanya. Dengan sekali goyangan, ia telah berada di langit. Setelah meneliti, raut wajaknya langsung berubah muram disertai ekspresi terkejut.
"Kekuatan surgawi yang luar biasa, gemuruh petir yang menakutkan!" Sun Xi menarik napas dalam-dalam, pupil matanya menyempit tajam.
Di belakangnya, delapan kultivator level Nascent Soul akhir dari Keluarga Sun muncul satu per satu. Sun Qiming berdiri di posisi terdepan, berkata dengan suara berat: "Sang Leluhur, niat orang ini tampak jahat!"
Situasi serupa terjadi di Keluarga Ran dan Zhao. Pasukan mereka memang tak sekuat Keluarga Sun, mengingat para ahli sejati dari klan mereka telah pergi sejak berpuluh-puluh tahun silam.
Di dalam kota Qishui, di kamar rumah besar Keluarga Wang, Wang Lin meletakkan kendi anggur di tangannya. Ia mengangkat kepala sedikit, sorot matanya sama sekali tidak memancarkan kilau spiritual, bagai seorang tua sungguhan yang dipenuhi kekeruhan.
Setelah melirik sekilas, ia menunduk dan meminumnya sebanyak satu tegukan.
Di langit, seekor raksasa yang seluruh tubuhnya memancarkan kilat petir melayang ringan dengan empat kukunya. Dua naga listrik menerobos melintasi lubang hidungnya, terlihat sangat gagah perkasa. Di atas punggungnya, duduk bersila seorang pria paruh baya—dia adalah Lei Daozi dari Kuil Dewa Petir!
Matanya berkilat seperti kilat menyapu sekilas bumi dengan dingin. Shen Shi-nya menyapu tanpa ampun, sekejap menyelimuti seluruh Bintang Ran Yun termasuk Kota Qishui.
Namun entah mengapa, saat Shen Shi-nya menyapu, sama sekali tidak menetap sesaat pun pada tubuh Wang Lin.
Dalam sapuan Shen Shi-nya yang menyeluruh, semua kultivator di Bintang Ran Yun mengalami guncangan jiwa yang hebat. Tak hanya kultivator, bahkan semua makhluk gaib di planet ini pun tubuhnya bergetar halus, bagai menghadapi kemurkaan langit dan bumi.
Bahkan orang biasa pun merasakan hal serupa, namun mereka sama sekali tak tahu penyebabnya. Hanya merasakan kedinginan mendadak, diikuti gemuruh di kepala, lalu satu per satu kolaps tak sadarkan diri.
Pada sekejap mata itu, Bintang Ran Yun mengalami keheningan yang belum pernah terjadi sebelumnya...
Sebentar kemudian, Lei Daozi menarik kembali Shen Shi-nya sambil mengerutkan kening. Pencariannya tak membuahkan sosok yang memenuhi kriteria.
Saat Shen Shi-nya sepenuhnya ditarik, kembali salju berjatuhan dan angin dingin bertiup.
"Sudah terlalu lama, mungkin dia telah pergi. Sungguh nasib baik orang itu!" gumam Lei Daozi sejenak. Saat hendak berbalik pergi, tiba-tiba matanya menyipit. Shen Shi-nya menyambar bagai kilat, mengunci sebuah desa kecil di Bintang Ran Yun!
Qing Yi, saat Shen Shi menyapu sekilas untuk pertama kalinya, seketika wajahnya pucat pasi, tubuhnya gemetar tak terkendali. Energi spiritual dalam tubuhnya hampir collapse total, butuh waktu cukup lama baru bisa sedikit menyesuaikan.
Wang Ping tertegun, mengangkat kepala memandang Qing Yi, berkata lembut: "Qing Yi, ada apa denganmu?"
Qing Yi baru hendak membuka mulut, namun tiba-tiba raut wajahnya berubah drastis. Darah segar memancar dari mulutnya, Shen Shi raksasa yang beringas menghancurkan badai salju dan angin dingin, langsung datang menghampiri.
Shen Shi ini terlalu kuat, hingga seluruh bumi seolah bergetar gemuruh. Lapisan salju tebal di permukaan tanah dalam sekejap mata terpental ke udara.
Di luar kamar, serpihan salju dan angin dingin yang baru saja pulih kembali hancur berantakan. Pondok Wang Ping di desa pegunungan ini bagai terputus dari dunia nyata. Di luar, salju tetap melayang turun, angin dingin masih mengaum, tapi di sekitar kamarnya sama sekali tak tersisa.
Seakan semua badai salju dalam sekejap ini telah dihancurkan seluruhnya.
Jiwa Yuan Shen yang baru terbentuk dalam tubuh Qing Yi segera mengeluarkan energi spiritual dengan gigih, memaksa tubuhnya melangkah maju di bawah tekanan Kemampuan persepsi spiritual dewa yang dahsyat itu, berdiri di depan Wang Ping.
Wajahnya terlihat keriput, namun sorot matanya memancarkan tekad pantang menyerah.
"Menarik! Ternyata tidak pingsan!" Suara dingin bergema di dalam kamar.
Bersamaan dengan munculnya suara itu, pintu kamar tiba-tiba terbuka. Seorang pria paruh baya masuk. Saat kakinya menginjak lantai kamar, wajah Qing Yi langsung pucat pasi.
Ia bisa merasakan hawa mengerikan yang terpancar dari tubuh pria itu - sebuah kekuatan seolah kekuatan langit-bumi sendiri, sama sekali tak mungkin dilawan.
Di hadapan pria ini, Qing Yi merasa diri bagai semut kecil. Seolah dengan satu kehendak saja, pria itu bisa membunuh berjuta-juta dirinya, membuatnya mati tanpa reinkarnasi bahkan tanpa kuburan.
Yang membuat sorot matanya menyempit lebih dalam adalah kilat petir yang terkandung dalam tubuh orang ini, dengan kilatan listrik bergelombang mengaliri di luar tubuhnya, membuatnya tampak seperti dewa petir.
Langkahnya yang tampak santai memasuki kamar justru membuat seluruh ruangan berderak-derak. Kilatan petir merambat di sepanjang dinding, mengubah ruangan ini seketika menjadi penjara energi kilat!
Dari luar, terlihat jelas rumah Wang Ping telah terbungkus petir. Di angkasa, Binatang Petir itu berbaring malas dengan pandangan meremehkan, seolah tak ada di dunia ini yang layak menarik perhatiannya.
Sebab, ia adalah Binatang Petir! Makhluk suci dari Dunia Dewa Petir di masa lampau!
Meskipun garis keturunannya tidak murni dan jauh berbeda dengan leluhur di masa kejayaan, namun kebanggaannya telah mendarah daging.
Wang Ping meletakkan ukiran kayu di tangannya, berdiri, lalu mendekati Qing Yi. Ia menatap pria paruh baya yang memasuki kamar itu dan berkata dengan tenang, "Kau, siapa!"
Saat ini, Wang Ping sama sekali tidak terlihat seperti orang biasa. Ketenangan dalam pandangannya bukanlah kepura-puraan, melainkan ketenangan sejati. Ia berdiri di depan Qing Yi, bagai penopang langit dan bumi.
Semua ini berkat ayahnya, Wang Lin. 19 tahun kehidupan biasa, 8 tahun perjalanan langit, bumi, gunung, dan sungai, serta lebih dari 30 tahun sebagai penguasa dunia fana—telah memberinya hati yang tak gentar pada langit dan bumi. Langit pun tak ia takuti, apalagi kultivator di hadapannya ini!
Qing Yi terpaku memandang punggung Wang Ping. Saat itu juga, siluet itu terpatri abadi dalam hatinya. Sorot mata Qing Yi dipenuhi kelembutan. Ia memilih untuk menghilangkan kultivasinya, lalu sama tenangnya menatap pria paruh baya yang melangkah masuk.
Pria paruh baya itu menatap Wang Ping dengan pandangan penuh makna. Kilau aneh terpancar dari matanya—seolah dengan satu tatapan ia bisa menembus seluruh keberadaan Wang Ping.
Alasan Shen Shi-nya baru saja turun ke tempat ini adalah karena saat ia menyapu sekilas dengan Shen Shi, semua orang biasa tidak ada yang terhindar dari pingsan. Semua ini terjadi karena tingkat kultivasinya terlalu kuat, terutama karena di dalamnya terkandung kekuatan gemuruh petir. Maka, sapuan sekilas Shen Shi itu bagaikan langit dan bumi.
Namun, hanya orang biasa di hadapannya ini yang tidak hanya tidak pingsan, tetapi juga dari penampilannya seolah sama sekali tidak merasakan Shen Shi-ku. Hal inilah yang memicu ketertarikannya, lalu mengunci target di sini dengan Shen Shi!
Ia berkata perlahan: "Menarik! Pantasan kau tidak pingsan, ternyata begini..."
Tepat saat pria paruh baya itu menginjak kamar, di Qi Shui Cheng yang jaraknya puluhan ribu li dari sini, Wang Lin yang awalnya duduk tenang di kursi sambil meneguk arak dari kendi tiba-tiba mengangkat kepala. Kendi anggur di tangan kanannya retak berantakan, bersama arak di dalamnya hancur lebur dalam sekejap napas, tanpa tersisa sedikitpun.
Di saat Wang Lin mengangkat kepalanya, sorot matanya memancarkan kilau dingin yang belum pernah terlihat selama lebih dari tujuh puluh tahun. Kali ini, aura mengerikannya jauh melebihi insiden di penginapan, bagai langit dan bumi yang tak mungkin disandingkan!
