Membuka mulut menelan, Segel Dewa itu pun berubah menjadi seberkas cahaya keemasan samar masuk ke dalam mulut Wang Lin, di dalam Jiwa Yuan Shen terkondensasi oleh gemuruh petir.
“Benda ini jika lama berada dalam Jiwa Yuan Shen, pasti akan terkontaminasi oleh kekuatan petir!”
Setelah menelan Segel Dewa, pandangan Wang Lin berkilat. Ditepuknya kantong penyimpanan, tiga bendera kecil ungu segera melesat keluar. Ketiga bendera ini saling membungkus, di permukaannya terlihat cahaya Larangan berkedip-kedip.
Utusan Kuil Dewa Petir dari tahun itu, telah disegel oleh Wang Lin bersama ketiga bendera kecil ini.
Kedua tangan Wang Lin membentuk mantra dengan jari-jarinya. Saat ditunjuknya, cahaya Larangan pada ketiga bendera kecil itu mulai menghilang. Begitu benar-benar lenyap, Jiwa Yuan Shen Utusan Kuil Dewa Petir yang tersegel langsung menerjang keluar, membawa ketakutan pekat, berusaha teleportasi segera setelah muncul.
Sorot mata dingin berkilat di mata Wang Lin. Kantong penyimpanannya ditepuk, Bendera Arwah segera melesat keluar berubah menjadi kabut hitam menyelimuti langit dan bumi, langsung menyerap Jiwa Yuan Shen Utusan Kuil Dewa Petir itu.
“Rekan Tao jangan membunuhku, aku akan menukar nyawa dengan harta karun agung, harta karun agung！！” Jiwa Yuan Shen Utusan Kuil Dewa Petir itu menjerit ketakutan, bergelut dalam kabut hitam sambil merengek-rengek.
"Harta karun apa?!" Ekspresi Wang Lin dingin membeku, ucapannya perlahan namun berwibawa.
"Batu LuoTian! Aku tahu lokasi Batu LuoTian! Jika Rekan Tao berjanji membebaskanku, segera akan kubawa ke sana!" Jiwa Yuan Shen Utusan itu berseru panik.
Wang Lin menutupi emosinya dengan sempurna. Setelah menyapu sekilas pandang ke arah jiwa itu, tangan kanannya membentuk mantra dengan jari-jarinya sambil menunjuk. Seketika kabut hitam menyergap, mengurung jiwa malang itu dalam Bendera Arwah.
"Batu LuoTian..." Wang Lin merenung sejenak sebelum mengalihkan perhatian ke tiga bendera kecil yang melayang di udara. Dengan gerakan mencengkeram angkasa, tiga bendera itu mendarap di telapak tangannya. Ia memuntahkan nafas Jiwa Yuan Shen-nya, menghapus jejak spiritual sebelumnya dan mencapkan cap spiritualnya sendiri. Dengan seksama ia mulai menganalisis artefak itu.
"Ini adalah alat pelindung Magic Treasure yang langka!" Setengah batang dupa kemudian, mata Wang Lin berkilat. Ia melemparkan tiga bendera kecil itu, dan seketika bendera-bendera itu berputar liar mengelilingi tubuhnya. Dalam sekejap, pusaran kabut ungu menyebar, memancarkan kekuatan pelindung yang signifikan.
Energi Yuan dalam tubuh Wang Lin mengalir deras, menyatu dengan pusaran ungu di luar tubuhnya. Seketika mata, perubahan drastis muncul! Kecepatan pusaran kabut ungu itu melesat berkali-kali lipat. Kabut semakin pekat, menyelimuti hampir seluruh tubuh Wang Lin hingga siluetnya tak lagi terlihat.
Setelah 3 tarikan napas, kabut menghilang. Dengan gerakan mengait menggunakan tangan kanan, Wang Lin menarik kembali tiga bendera kecil itu ke genggamannya, lalu menyimpannya kembali ke kantong penyimpanan.
"Kekuatan harta ini cukup!" Wang Lin menepuk kantong penyimpanannya, dan dua Kertas Jimat kuning segera muncul di telapak tangannya.
"Dua lembar Kertas Jimat ini, hingga saat ini Wang Lin masih tak bisa melihat fungsinya." Setelah mengamati sejenak, Wang Lin menyimpannya kembali.
Menarik napas dalam-dalam, sorot mata Wang Lin memancarkan kilatan sinar tajam. Ekspresinya sangat serius, Shen Shi-nya menyebar menyelimuti radius sepuluh li. Setelah memastikan tak ada jejak mencurigakan, barulah ia menepuk kantong penyimpanannya.
Cahaya emas berkelap-kelip, energi dewa memenuhi udara. Sebuah loteng sebesar telapak tangan muncul di telapak tangan Wang Lin. Meski saat ini, detak jantungnya masih berdegup kencang saat menatap tajam benda di tangannya itu.
"Jika bicara tentang hasil terbesar di Dunia Dewa Petir, pastilah benda ini! Balai Koleksi!" Wang Lin menjilat bibirnya. Sejak memperolehnya, ia tak berani mengeluarkannya karena betapa berharganya harta karun ini!
"Berapa banyak Seni immortal yang tersimpan di dalam..." Kilatan antusiasme muncul di mata Wang Lin, namun segera ditahan paksa.
"Dengan tingkat kultivasi saya, saya hanya bisa masuk ke lapisan keempat. Meski menggunakan mayat perempuan berjubah putih untuk mencapai lapisan kesembilan, tetap tidak bisa menghancurkan Larangan dan mengambil Seni immortal di dalamnya. Lagipula benda ini terlalu berharga, mungkin ada batasan jumlah kali masuk. Saat ini tempat ini belum benar-benar aman, tidak bisa sembarangan diteliti."
Wang Lin menekan keinginan dalam hatinya, menarik napas dalam-dalam lalu dengan hati-hati memasukkan Balai Koleksi ke dalam kantong penyimpanan. Tapi seketika itu juga ia ragu sebentar, mengeluarkan kembali benda tersebut. Mengikuti tanda yang dipelajarinya dulu, ia mengecilkan Balai Koleksi terus-menerus hingga akhirnya sebesar kuku saja.
Kemudian ia mengambil kantong penyimpanan kosong, menaruh Balai Koleksi di dalamnya. Ia membuka baju bagian atas, melukai dadanya lalu memasukkannya ke dalam daging. Dengan mengalirkan energi Yuan, lukanya segera pulih.
"Dengan begini, tak ada yang tahu di mana Balai Koleksi disimpan!" Wang Lin mengusap dadanya, senyum mengembang di bibirnya.
Di tubuhnya, masih terdapat beberapa kantong penyimpanan yang hampir penuh berisi Giok Surgawi. Jumlah giok ini sangatlah raksasa, semuanya diperoleh dari Dunia Dewa Petir.
Hampir dua bulan digunakan Wang Lin untuk mengorganisir hasil ekspedisi ke Dunia Dewa Petir kali ini.
"Sudah saatnya meninggalkan tempat ini!" Wang Lin berdiri lalu melesat ke udara. Nyamuk Gaib mengaum riang sambil menerjang mendekat, menyangga tubuh tuannya di bawah perutnya sebelum melaju menuju kompleks bangunan di kejauhan.
Katak Petir di permukaan tanah mengangkat kelopak mata, tubuhnya melompat jauh disertai gemuruh getaran bumi, mengikuti Nyamuk Gaib dari bawah.
Begitu mendekati permukiman Suku Terpilih Dewa, ekspresi Wang Lin langsung berubah kaku. Terlihat di sebuah lapangan luas di antara bangunan-bangunan itu, seluruh anggota suku termasuk anak kecil dan perempuan rombongan sedang bersujud.
Di pusat lapangan berdiri sebuah tahta kayu setinggi tiga zhang. Di atasnya terbaring seseorang—Tashan!
Raut wajah Tashan seperti abu mati, sorot matanya redup, seolah kapan saja bisa menemui ajal. Aura kematian pekat menyelimuti sekujur tubuhnya, jelas sudah berada di ambang kematian.
Melihat pemandangan ini, Wang Lin diam membisu. Sejak dua bulan lalu, ia telah melihat bahwa Tashan bagai lampu minyak yang hampir habis. Pada tubuh Tashan, kekuatan mantra perbudakan itu sangat kuat. Mantra perbudakan ini tertanam dalam garis keturunan warisan, tak memungkinkan perlawanan.
Tashan bisa disebut pemberontak pertama. Namun konsekuensinya adalah seluruh pola rune pada tubuhnya melakukan serangan balik, membuatnya sama sekali tak bisa bertahan hidup.
Ia bertahan selama dua bulan. Hari ini, tibalah di ujung jalan, tak lagi sanggup bertahan.
Di samping Tashan, leluhur Suku Terpilih Dewa itu terpaku memandangi Tashan dengan wajah penuh kesedihan. Dua aliran air mata tua mengalir di pipinya.
"Cucuku..." bisik orang tua itu. Panggilan ini sudah lama tak terucap dari mulutnya.
Sekeliling sunyi senyap, namun ada kesedihan yang pekat menyelimuti. Seluruh anggota keluarga menatap Tashan, diam namun memancarkan kesedihan.
“Tashan……”
“Tashan……”
Bisikan demi bisikan terdengar dari mulut anggota Suku Terpilih Dewa. Perlahan, suara-suara ini melebur menjadi satu frasa - satu-satunya suara dalam hati seluruh Suku Terpilih Dewa saat ini.
“Tashan!”
Di hati mereka, Tashan adalah pahlawan Suku Terpilih Dewa. Saat tak ada yang bisa melawan Dewa Furi, hanya Tashan dengan keteguhan pantang menyerahnya yang membuktikan pada seluruh anggota keluarga: Furi bukanlah sesuatu yang tak bisa dilawan!
Meski harga perlawanan itu... adalah kehidupan.
Kecerdasan Tashan kini telah samar. Sorot matanya yang redup menatap langit, bagai kembali ke masa kecil saat mendengar anggota keluarga terus berbisik di telinganya.
"Dewa adalah tuan kami. Setiap anggota Suku Terpilih Dewa harus mengabdikan seluruh hidupnya untuk dewa. Inilah misi kami, sekaligus kebanggaan kami... Kami adalah utusan dewa di dunia ini... Inilah kehormatan kami!"
Air mata mengalir dari sudut mata Tashan. Ia membenci, membenci ketidakadilan langit dan bumi, membenci semua dewa!
Tubuh Wang Lin turun dari udara dan mendarat di pinggiran lapangan, tetap membisu.
Orang tua itu menggigit giginya dengan keras, lalu berbalik tajam sambil memandangi anggota keluarga di sekelilingnya. Dengan suara penuh kesan zaman, ia berseru lantang: "Wahai saudara-saudara! Tashan benar! Turun-temurun kami menjaga tempat ini, tapi apa yang kami dapat? Binatang kabut! Binatang kabut yang telah membunuh begitu banyak anggota keluarga kami!"
"Dan semua ini karena ulah dewa! Di mata dewa, kami tak lebih dari 'makanan' untuk menggemukkan binatang kabut itu!!" Suasana hening menyergap. Semua anggota keluarga memandangi orang tua itu dengan tatapan diam. Pada tubuh mereka, terkumpul kekuatan yang sedang mempersiapkan diri... terakumulasi perlahan...
“Tashan pernah mengatakan kepada saya, dewa-dewa sudah tiada! Dunia dewa di masa lalu telah collapse total... Masalah ini sengaja kusembunyikan dan tidak kusampaikan pada anggota keluarga. Tapi hari ini, kuungkapkan!” Sorot mata orang tua itu memancarkan kilau aneh, sebuah pandangan yang hampir gila-gilaan.
Begitu kata-katanya meluncur, seluruh anggota keluarga di sekitarnya langsung gemuruh. Kabar ini membuat mereka sangat terguncang. Kekuatan yang sedang mereka persiapkan dalam tubuh langsung melesat naik.
“Tuan, apakah perkataanku benar?!” Pandangan tajam orang tua itu langsung mendarat pada Wang Lin yang berada di pinggiran jauh.
Dalam sekejap mata itu, semua orang memandang ke Wang Lin menanti jawabannya. Sejak dua bulan lalu ketika Wang Lin membunuh dewa itu, sebutan "Tuan" mulai keluar dari mulut orang tua tersebut.
Wang Lin terdiam sejenak, lalu mengangguk perlahan. “Dunia dewa memang telah hancur. Dewa-dewa sudah tiada. Kalaupun ada, jumlahnya sangat langka!”
“Dunia dewa collapse total, para dewa memperlakukan suku kami seperti ini, atas dasar apa kita tidak melawan!! Meski mati, harus seperti Tashan, mati dengan harga diri!” Orang tua itu berseru dalam kegembiraan.
Suaranya yang sarat kesan zaman membawa kekuatan yang menusuk jiwa, menghantam semua anggota keluarga di sekitarnya. Satu per satu mereka mengangkat kepala, sorot mata mereka memancarkan cahaya - pandangan untuk melawan sampai akhir, tekad bulat lebih baik mati daripada terus menjadi budak orang lain atau makanan bagi!
“Melawan!” Salah satu anggota keluarga menggenggam erat tinjunya, berbisik lembut. Setelahnya, semakin banyak suara yang bergema.
“Melawan!”
“Melawan!”
Suara-suara itu bergelombang tak henti, akhirnya hampir membentuk badai!
Dalam diamnya, Wang Lin memandang Tashan sekian lama, lalu berkata pelan: “Aku, bisa membuatnya abadi!”
"Meski suaranya lembut, namun terdengar jelas di telinga anggota Suku Terpilih Dewa di sekitarnya. Terutama sang orang tua, tubuhnya bergetar, sorot mata memancarkan semangat membara. Ia melangkah beberapa kali maju, berhenti sepuluh zhang di depan Wang Lin, lalu bersujud di tanah. Butiran air mata jatuh bergulir, suaranya bergetar: "Tuan, benarkah perkataan ini?!"
Wang Lin merenung sejenak, perlahan berkata: "Ada 50% keyakinan! Hanya saja, begitu kemampuanku berhasil, meski Tashan tak mati, ia akan menjadi boneka tanpa kesadaran. Pemulihan kesadarannya nanti bergantung pada usahanya sendiri."
