"Pelayan Jiwa Yu Fei apa? Xu Mu, kau anggap Lao Fu ini anak tiga tahun? Asal membuat nama sembarangan, apalagi Domain Pembunuhan!" Tatapan gelap orang tua itu menyapu, suaranya membentak.
Wang Lin tetap tenang, bahkan tak melirik ke arah orang tua itu. Sorot matanya beralih ke Yan Lei Zi.
Yan Lei Zi menatap tajam Wang Lin, ekspresi dinginnya pelan-pelan melunak: "Aliansi Kultivasi memang memiliki Domain Pembunuhan dan sepasang Pelayan Jiwa. Tapi bagaimana kau bisa membuktikan kau yang membunuh Yu Fei?"
Begitu Yan Lei Zi bicara, orang tua di sampingnya segera diam seribu bahasa.
Wang Lin dengan wajah tak beremosi menepuk kantong penyimpanannya. Seketika setengah cabang pohon petir langit-bumi muncul di tangannya, di permukaannya bahkan terlihat kilatan listrik berbentuk busur mengaliri. Memegang benda ini, Wang Lin melemparkannya ke depan langsung menuju Yan Lei Zi.
Dalam deru petir yang menggelegar, setengah cabang yang rusak ini mendekati Yan Lei Zi. Di depan tubuhnya, benda itu direbut oleh tangan kanan Yan Lei Zi. Setelah mengamati dengan seksama, ia langsung mengenali benda ini sebagai salah satu harta karun legendaris dari di masa lalu. Dengan tingkat kultivasinya, ia segera merasakan dua kekuatan yang bertabrakan di sana - satu jelas berasal dari Wang Lin, sementara kekuatan lainnya memancarkan aura pembunuh yang membara!
"Benar! Ini memang Energi Pedang deputi level!" Sorot mata Yan Lei Zi yang menatap Wang Lin dipenuhi apresiasi.
Melihat sejenak dahan petir langit-bumi di tangannya, dia melemparkannya kembali ke Wang Lin sambil tertawa, "Bagus! Xu Mu, berlatihlah dengan tenang di sini. Sebulan kemudian, setelah bala bantuan dari pihak Luotian tiba, ikuti pasukan langsung menuju utara Aliansi ini!"
Wang Lin dengan sikap hormat menyatukan tinju menyatakan persetujuan.
Yan Lei Zi tertawa panjang, pandangannya penuh makna mengarah ke Pelayan Berkepala Besar di kejauhan, lalu berbalik melangkah di angkasa pergi. Orang tua di sampingnya segera mengikuti dari belakang.
Dalam sekali langkah, siluet kedua orang itu menghilang di kejauhan.
Wang Lin tetap tenang, meski dalam hatinya lega. Sejak memasuki wilayah kekuasaan Luotian di bagian barat Aliansi ini, rencananya telah matang. Inilah alasan kenapa dalam pertarungan melawan Yu Fei, akhirnya dia mengambil risiko mengambil dahan petir langit-bumi itu - semata untuk membangun kepercayaan.
Di angkasa, ekspresi Yan Lei Zi tak lagi menunjukkan kehangatan sebelumnya, wajahnya datar tanpa emosi. Orang tua di sampingnya tiba-tiba hati berdesir, segera berkata: "Pemimpin Kuil, menurutku Xu Mu jelas-jelas berbohong! Lagipula, Pelayan Berkepala Besar itu termasuk dalam Tian Gang, tapi nyatanya dikendalikan Xu Mu! Menurut pandangan saya..."
Yan Lei Zi berbalik memandangnya dengan dingin. Sekilas pandangan itu membuat tubuh orang tua itu bergetar, jiwanya terguncang sehingga separuh ucapan terakhir langsung ditelannya.
Menarik kembali pandangan, Yan Lei Zi melangkah mantap menembus angkasa.
"Xu Mu ini... luar biasa! Di antara alisnya terdapat empat kekuatan. Dengan tingkat kultivasiku, hanya bisa melihat salah satunya. Jelas, kekuatan yang terlihat ini adalah yang paling melemah di antara mereka!" Yan Lei Zi merenung dalam hati sementara melintasi angkasa.
Kekuatan yang terlihat itu menghapus rencana awal dalam hatinya. Ia menghela napas dalam hati - kekuatan itu familiar, tepatnya merupakan tanda Zhu Que.
Hanya kultivator yang mencapai tingkat sepertinya yang bisa melihat tanda di antara alis itu.
"Xu Mu sebelumnya tidak memiliki keanehan seperti ini sebelum kembali ke Aliansi. Baru setelah menghilang beberapa waktu, muncul keanehan ini... Tanda Zhu Que... Dahulu orang itu pernah berjasa padaku, cukup!" Yan Lei Zi menggelengkan kepala, dalam satu langkah ia bersama orang tua di sampingnya menghilang dari tempat itu.
Kabar kepulangan Xu Mu menyebar dengan sangat cepat. Mengingat nama Xu Mu begitu termasyhur di Luotian, hampir semua kultivator Luotian segera mengetahui bahwa Xu Mu telah kembali.
Yang paling kesal adalah Xu Ting. Setelah mengetahui kabar ini, ia diam sesaat, lalu langsung memimpin pasukan kultivator bawahannya menerjang ke depan untuk mencari planet kultivasi guna melampiaskan api tanpa sebab di hatinya.
Bicara tentang Wang Lin, Planet Wildlands tempatnya berada mungkin memasuki musim hujan. Hujan yang tak henti-hentinya menyelimuti sebagian kecil planet, menciptakan kabut air yang menyelubungi. Dari kejauhan, langit dan bumi seakan terpisah-pisah oleh hujan, bahkan pandangan pun terdistorsi, tak mampu menembus tirai hujan yang jatuh dari langit.
Di permukaan tanah, debu telah menghilang melebur dalam air hujan. Terbentuklah parit-parit alami yang tercuci bersih oleh aliran air. Butiran pasir dan lumpur terdorong arus hujan, bergerak perlahan ke depan.
Daun-daun tumbuhan berdesir oleh plak-plak tetesan hujan. Air mengalir di tepian daun, terkumpul di ujung paling bawah seperti garis perak yang jatuh dari galaksi.
Banyak binatang buas mencari tempat berlindung menghindari banjir. Hanya binatang kecil yang menyukai air yang masih berlarian menerobos hujan deras di musim penghujan ini.
Dalam kabut air, gunung tempat Wang Lin berada tegak menjulang. Di puncak gunung, Pelayan Berkepala Besar termenung memandangi hujan tak berujung yang menyelimuti langit dan bumi, seluruh tubuhnya membeku dalam keheningan.
Larangan di gunung tidak secara khusus mencegah turunnya hujan. Dengan demikian, puncak gunung pun turut tersapu oleh rintik hujan. Memandangi tetesan air itu, Sang Kepala Besar teringat masa kecilnya dulu, ketika ia juga sering termenung memandangi hujan yang jatuh dari langit selama musim hujan.
Ia masih ingat, saat diusir dari keluarganya dulu, juga terjadi pada malam hujan seperti ini. Dalam kebingungannya, seseorang mendorongnya keluar dari pintu rumah hingga terjatuh di lumpur. Saat itu, senyum kebodohan masih melekat di wajahnya, meski tersirat kepedihan di baliknya.
Tergeletak di genangan lumpur, jubahnya basah kuyup oleh hujan. Memandangi kilat yang menggeliat di langit dan gemuruh petir yang bergema, Sang Kepala Besar merasakan pedih menusuk di hatinya.
Dia tahu penampilannya buruk, agar tidak dibenci orang, dia selalu tersenyum menghadapi segalanya. Bahkan saat ibu memukulinya dengan jijik, dia tetap memaksakan senyuman. Bahkan ketika kakak, adik, atau saudara seangkat menindasnya, dia tetap tersenyum.
Namun meski begitu, akhirnya tetap sama. Di malam hujan itu, senyumannya perlahan menghilang. Dengan kebingungan, tubuhnya terhuyung-huyung perlahan menjauh dalam malam basah.
Tubuhnya kurus kecil, bagai mayat hidup yang bisa roboh kapan saja di tengah gemuruh petir ini.
Kepala besar mengusap dadanya, melirik ke arah Tashan dan Lei Ji di kejauhan, lalu memandang Wang Lin. Entah mengapa, ada seberkas kehangatan di hatinya.
Di benaknya, selamanya terpatri memori beberapa hari lalu: Saat putus asa hendak meledakkan diri, sepasang tangan menyelamatkannya dari jurang maut. Sebuah punggung mengisi seluruh pandangannya, menjadi dunia yang ia lihat.
Lei Ji, juga menatap hujan, merenungkan kemampuan supernatural bawaan dalam dirinya. Dalam lingkungan yang relatif hening ini, tanpa sadar ia teringat kembali pada setiap momen di masa lalunya.
Dipaksa meninggalkan Planet Raksasa, dengan kebencian yang membara. Ditemani anggota keluarga, mereka melarikan diri dari Planet Raksasa, mengembara tanpa arah di angkasa ini.
Saat itu, dirinya diliputi kebingungan. Hatinya dipenuhi lautan darah, namun tak berdaya untuk mengubah takdir.
Satu-satunya pilihan adalah pergi jauh, terpaksa meninggalkan segalanya. Bahkan jika terlambat selangkah, kesempatan untuk keluar dari Planet Raksasa akan hilang selamanya.
Dalam kebingungannya, ia membawa suku ke Planet Zhuque. Kala itu, Zhu Que Zi planet tersebut bernama Ye Wuyou. Di bawah kepemimpinan Ye Wuyou, para kultivator terpusat di sekitarnya, berperang melawan penduduk asli planet - Suku Immortal Peninggalan yang ahli menggunakan mantra!
Sebuah planet yang awalnya kaya akan energi spiritual, dengan paksa menjadi semi-hancur dalam pertempuran besar ini. Di samping Ye Wuyou, ada seseorang yang sangat tidak disukai Lei Ji, orang itu, dia ingat sepertinya bernama Situ Nan.
Orang ini sangat sombong, tindakannya bahkan mendekati aliran sesat. Sebaliknya, dia lebih menyukai Ye Wuyou. Kedatangan klan Raksasa mereka disambut dengan meriah oleh Ye Wuyou, yang bahkan tanpa ragu-ragu mengalokasikan wilayah luas untuk membentuk kerajaan mandiri dan menghadiahkannya padanya.
Wilayah ini tidak mendekati Suku Immortal Peninggalan, melainkan berjarak sangat jauh, merupakan tempat yang sangat aman.
Tanpa cara lain untuk membalas budi, dia hanya bisa mengambil kapak perang, menyergap Suku Immortal Peninggalan sendirian, bertarung melawan beberapa lawan sekaligus, dan mengambil kepala manusia sebagai balasan untuk Ye Wuyou!
Dalam kilasan masa lalu, Lei Ji merasa sangat terharu. Dirinya tidaklah sesederhana penampilan luarnya. Sebaliknya, kelicikannya sangat dalam. Pengalaman puluhan ribu tahun membuatnya menyaksikan terlalu banyak peristiwa, hanya saja karena terlalu lama terperangkap oleh Sekte Yin Mayat, kecerdasannya menjadi agak samar.
Justru karena kelicikannya yang mendalam, Lei Ji tanpa pikir panjang menyetujui menjadi tunggangan Wang Lin. Melalui pengamatan diam-diam yang berulang, ia mencapai pencerahan: dengan mengikuti Wang Lin, mungkin suatu hari nanti ia bisa kembali ke Planet Raksasa untuk membalas dendam!
Terutama dalam pertempuran sebelumnya, saat Wang Lin sebagai Dewa Kuno mengaum, jiwa Lei Ji terguncang hebat. Saat itu, semua kelicikannya hancur berantakan. Yang tersisa hanyalah kehendak dari kedalaman Jiwa, warisan leluhur yang memaksanya tunduk pada pemilik auman itu.
Tepat pada momen itulah tekadnya untuk mengikuti Wang Lin di dalam hati benar-benar mengkristal menjadi keteguhan yang tak tergoyahkan.
"Hanya sebagai tunggangan, tidak akan mendapat perhatian. Segalanya masih bergantung pada kemampuan supernatural klan Raksasaku!" Setelah berpikir demikian, Lei Ji menutup matanya dan terus menyelami kemampuan supernatural bawaan dalam dirinya.
Wang Lin duduk bersila. Hujan turun dari langit membasahi tubuhnya. Dingin menusuk merambat melalui air hujan masuk ke dalam tubuh. Seluruh tubuhnya perlahan-lahan melakukan latihan pernafasan, sementara Shen Shi-nya menyebar memenuhi area sekitar dengan gunung tempatnya duduk sebagai pusat.
Shen Shi-nya pada saat ini terpecah menjadi tak terhitung jumlahnya, berusaha melebur ke dalam tetesan hujan. Namun setiap kali Shen Shi baru saja menyatu, tetesan hujan itu jatuh ke bumi dan menghilang, membuat Shen Shi-nya ikut terlepas.
Berulang beberapa kali, hujan di alam semesta ini seolah tidak memberikan perlawanan sama sekali terhadap Shen Shi Wang Lin. Justru karena tidak ada perlawanan, di bawah pengaruh kekuatan alam semesta, hujan jatuh ke tanah dan menghilang - sebuah proses yang tidak bisa dicegah oleh Wang Lin.
Dalam proses peleburan yang terus menerus, Wang Lin perlahan larut dalam keadaan itu. Tiba-tiba di telinganya seolah terdengar pemahaman yang pernah ia dapatkan jauh di masa lampau.
"Hujan ini, lahir dari langit, mati di bumi. Proses di antaranya adalah kehidupan. Alasan aku memandang hujan ini, bukan langit atau bumi, juga bukan hujan itu sendiri, melainkan siklus hidup sang hujan... Inilah hidup dan mati!"
Tubuh Wang Lin bergetar hebat. Dengan kasar ia membuka matanya, menatap tajam rintik hujan di depan sambil bergumam pelan: "Hidup dan mati telah kupahami. Yang tersisa hanyalah inti dari hujan ini..."
