Di hamparan angkasa yang luas, terpancar nebula-nebula gemilang. Dari kejauhan, nebula tak berujung ini berwarna-warni, tampak diam namun sebenarnya mengalami perubahan tak kasat mata.
Terutama nebula-nebula ini yang memiliki bentuk berbeda-beda, menciptakan pemandangan indah nan memukau.
Pada hari itu, di dalam nebula tersebut, sebuah cahaya panjang melesat. Meski kecepatannya tidak tinggi, gerakannya di antara nebula membuat awan kosmis yang semula tampak diam itu menunjukkan tanda-tanda mendidih dan mengundur.
Yang lebih mengguncang, orang dalam cahaya panjang itu tidak menggunakan alat navigasi seperti Kompas Bintang, melainkan melangkah maju dengan tubuhnya sendiri.
Orang ini mengenakan baju biru kehijauan, terlihat berusia sekitar tiga puluh tahunan. Rupanya biasa, tak terlihat keistimewaan. Jika benar harus disebutkan, hanya ada aura kesan zaman yang tak terdefinisi.
Seakan-akan pada tubuhnya telah melewati samudera waktu, peta bintang tak lagi relevan, kabut ribuan tahun menyelimuti.
Wang Lin berjalan tanpa menggunakan kemampuan supernatural besar menyatu dengan langit dan bumi, melainkan melangkah perlahan di angkasa.
Sudah empat hari berlalu sejak kembali dari kehampaan.
Empat hari lalu, bersama Shui Qing dengan bantuan Yan Lei Zi, mereka membuka koridor kembali ke angkasa dan keluar dari dimensi kehampaan. Segala hal terkait dimensi kehampaan tak banyak dijelaskan Wang Lin. Nasib Yimu Zi, Wu Dong Chan, dan Wang Yue juga tak dijelaskan detail.
Yan Lei Zi pun tak banyak bertanya. Hanya saat menyebut Wang Yue, keningnya berkerut.
Wang Lin tidak berlama-lama di tempat Yan Lei Zi. Dengan alasan urusan pribadi, ia menyatukan tinju dan pergi. Yan Lei Zi terdiam lama tanpa menahan. Dengan tingkat kultivasinya, meski tak bisa menembus tubuh Dewa Kuno Wang Lin, ia melihat hawa dahsyat yang sangat mengguncang terpancar dari Wang Lin.
Meski aura ini masih melemah, namun jika diberi waktu, mungkin akan berkembang hingga tingkat yang sangat mengerikan.
Tingkat kultivasi Qingshui segera membuka segel sendiri setelah kembali ke angkasa. Yuan Dewa dalam tubuhnya bukan benar-benar hilang, hanya ditekan oleh penyegelan.
Setelah memulihkan kekuatannya, Qingshui bahkan tak tinggal di wilayah Yan Lei Zi. Ia berbalik dan menghilang di angkasa, tak diketahui tujuannya.
Secara permukaan, keduanya pergi bergantian tanpa interaksi. Tapi Wang Lin tahu Qingshui pasti akan kembali mencari dirinya, mengingat ingatan Jiwa Yuan Shen Xuan Bao Shangren belum ia gali.
Mengenang kembali setiap momen di dimensi kehampaan, Wang Lin melangkah di angkasa dengan hati yang dipenuhi perasaan kompleks. Kehidupan Luo Chen, gelombang di luar batas penutup, hingga rahasia dunia dewa—semuanya masih membekas jelas dalam ingatannya.
Yang paling membuatnya terpana adalah Mutiara Tian Ni!
Wang Lin tak pernah menyangka bahwa puluhan tahun silam, mutiara ini ternyata memicu pertempuran puncak antara Empat Dunia Dewa!
"Pertempuran Empat Dunia Dewa di masa itu pasti jauh lebih dahsyat daripada perang antara Luotian dan Aliansi sekarang..." desah Wang Lin panjang. Setelah menembus nebula, ia memandang angkasa di depan lalu berbalik. Matanya tertancap pada titik jauh di belakang, tubuhnya membeku.
Sesaat kemudian, di area angkasa yang ia tatap, gelombang energi tiba-tiba berpusar. Dari pusaran itu, Qingshui muncul dengan langkah mantap. Sorot matanya pada Wang Lin memancarkan apresiasi.
"Saudara Senior datang," ujar Wang Lin dengan ekspresi tenang, senyum tipis mengembang.
“Sekarang kau sudah mampu menjelajahi domain bintang, aku pun bisa merasa lega.” Qingshui melangkah maju mendekati Wang Lin.
Wang Lin segera merasakan aroma darah yang pekat dari tubuh Qingshui. Samar-samar ia melihat tingkat kultivasi Qingshui kini bahkan telah meningkat beberapa tingkat dibanding empat hari lalu!
“Di perjalanan kudengar ada yang membicarakan namamu, langsung kubantai kultivator Aliansi yang jago menyembunyikan diri itu!” Perkataan Qingshui terdengar sederhana, tapi Wang Lin tahu pasti skala pembantaian itu sangat besar.
Memang benar, Domain Pembunuhan Aliansi Kultivasi terus menerbitkan Perintah Pemburuan untuk Jenderal Petir Sejati Xu Mu. Meski Wang Lin masuk ke kehampaan, mereka tetap berkeliaran di sekitar, terbagi menjadi dua kelompok yang mengawasi wilayah Luotian.
Sayangnya nasib sial menimpa salah satu kelompok pemburu itu saat bertemu bintang pembawa malapetaka Qingshui. Dalam gelombang pembantaian, seluruh anggota kelompok itu punah, bahkan sang pemimpin tak luput dari penyerapan Qingshui.
Wang Lin menepuk kantong penyimpanan, Jiwa Yuan Shen Xuan Bao Shangren segera melesat keluar. Dengan satu lemparan, ia terbang ke arah Qing Shui.
Qing Shui menyambutnya, tanpa pikir panjang tangan kanannya menekan ubun-ubun Jiwa Yuan Shen Xuan Bao Shangren. Yuan Dewa dalam tubuhnya mengalir deras, hanya sesaat kemudian Xuan Bao Shangren tersadar dari pingsan. Jeritan melengking bergema sementara seluruh tubuhnya kejang tak terkendali.
Raut wajak Qing Shui muram, kedua matanya terpejam. Setelah lama, ia membuka mata dengan sorot tajam. Wajaknya diselimuti warna kelabu bagai embun beku. Dengan gerakan melempar, ia mengirimkan Jiwa Yuan Shen itu kembali ke Wang Lin.
Wang Lin tak berkata-kata. Saat menerima Jiwa Yuan Shen Xuan Bao Shangren, roh ini telah kehilangan semua kecerdasan terbatas-nya, berubah sepenuhnya menjadi wadah berisi konsentrat Yuan Dewa.
Mantap dewa agung yang dulu, adik seperguruan Tian Bao Shangren, kini berakhir seperti ini. Ini membuktikan bahwa baik dewa maupun kultivator di Dunia Kultivasi yang kejam ini, sedikit saja lengah akan redup. Satu-satunya pengecualian adalah menjadi ahli sejati.
Wang Lin memasukkan Jiwa Yuan Shen ini ke dalam kantong penyimpanan, lalu menatap Qingshui. Saat ini ekspresi Qingshui telah pulih tenang, namun sorot matanya memancarkan keganasan. Dari Jiwa Yuan Shen Xuan Bao Shangren, dia menemukan seberkas petunjuk!
"Xu Mu, aku akan pergi ke Domain Pembunuhan Aliansi Kultivasi untuk mengambil sesuatu. Apakah kau mau menemaniku?" Qingshui menatap Wang Lin sambil berkata perlahan.
Wang Lin merenung sejenak, lalu menjawab: "Saudara Senior, bisakah menunggu sepuluh hari untukku?"
Qingshui mengangguk, suaranya berat: "Baik! Sepuluh hari kemudian, aku akan mencarimu!" Begitu selesai bicara, Qingshui melangkah ke kehampaan. Dalam sekejap, aura pembunuh yang membara menyambar sesaat sebelum tubuhnya menghilang tanpa jejak.
Wang Lin menghela napas dalam hati. Dia tahu pasti Qingshui menemukan sesuatu dalam Jiwa Yuan Shen Xuan Bao Shangren. Setelah diam sejenak, Wang Lin berbalik dan melangkah maju. Gelombang energi mengitari kakinya saat tubuhnya menyatu dengan langit dan bumi lalu menghilang.
Alasan dia meminta waktu sepuluh hari adalah karena dua hal!
Di wilayah utara Domain Aliansi Bintang, terdapat sebuah planet kultivasi. Planet ini terletak di kedalaman utara, jauh dari medan perang beberapa hari sebelumnya sehingga tidak terkena dampak langsung. Dari kejauhan, planet ini memancarkan energi spiritual yang sangat dahsyat dengan hijaunya hutan tak berujung yang menyelimutinya.
Ini adalah planet kultivasi tingkat tujuh!
Di sekelilingnya, tiga planet kultivasi kecil mengitari sebagai satelit sekunder.
Planet kultivasi tingkat tujuh ini memiliki nama yang indah: An Yue (Bulan Gelap).
Permukaan An Yue didominasi hutan lebat. Desa-desa orang biasa tersebar jarang-jarang di berbagai tempat. Di antara pegunungan dan sungai tersohor, banyak sekte-sekte kultivasi bertebaran secara acak.
Di bagian selatan terdapat gunung terkenal yang disebut Gunung Langit oleh penduduk setempat. Gunung ini sangat tinggi. Dari kaki gunung, hanya terlihat awan kabut yang melingkupi, membuat puncaknya seolah berada di langit ketujuh.
Sebuah jalan setapak batu berkelok-kelok dari puncak gunung menurun, sebagian besar tersembunyi dalam kabut awan. Saat memandangnya, perasaan surga yang mengambang tak berwujud secara tak terelakkan muncul di hati.
Setiap pagi buta, suara lonceng bergelombang terdengar dari gunung, bergema ke segala penjuru. Beberapa burung beterbangan yang indah berubah menjadi titik-titik hitam, menerobos melintasi kabut awan, mengitari Gunung Langit sambil sesekali mengeluarkan lengkingan nyaring yang saling menjalin dengan dentang lonceng.
Adegan-adegan ini bagai lukisan yang elegan, seakan taman persik simbol kedamaian batin.
"Dung… Dung… Dung…" Dentang lonceng dari puncak gunung menghempas bagai menghancurkan kabut awan yang melingkupi gunung, perlahan terlepas membawa ketenangan bagi semua yang mendengarnya.
Di kaki gunung, terdapat sebuah desa orang biasa. Desa ini tak besar, hanya sekitar seratus rumah tangga yang dikelilingi pohon apricot bermekaran. Tiupan angin membawa aroma harum bergelombang yang menyelimuti sekeliling.
Mencium aroma aprikot, perasaan melayang alami meresap ke dalam hati.
Suara lonceng, seakan menghembuskan dinginnya malam, pagi buta dibangunkan oleh lonceng, asap dapur dan gonggongan anjing terdengar bergelombang.
Asap dapur yang melayang, seakan menghilangkan sisa senja terakhir pagi ini, dari kejauhan, pemandangan dinamis dan statis itu menyimpan sebuah Lapisan.
Wang Lin diam-diam berdiri di kejauhan, memandangi desa di depannya.
Dengan latar asap dapur, yang bergerak adalah kepulan asap yang mengepul dan pohon aprikot yang melambai, yang diam adalah deretan rumah tua berusia 100 tahun. Dinamis dan statis, memancarkan keseimbangan antara kesibukan dan ketenangan dunia. Persatuan sesaat yang tak disengaja antara gerak dan diam ini membawa kenangan yang familier sekaligus asing bagi Wang Lin.
Yang ia ingat bukanlah desa di depan mata, melainkan masa kecil Zhu Que.
Dalam bayangan keraguan, nyanyian anak-anak bergelombang datang dari kejauhan, diselingi gemerincing lonceng yang jernih bergema dalam keheningan pagi buta.
"Pohon aprikot, berbunga putih, jangan serahkan putri ke keluarga Taoisme. Tahun lalu Erlang baru naik gunung, tahun ini Yilang tinggal tulang-belulang. Tangisan putri menyertai mayat, memeluk peti mati bagai rumah sendiri... Pohon aprikot, berbunga putih, anak kecil jauhilah Taoisme. Bila kau tanya usiaku, kukatakan belum berjalan Dao. Guk anjing, cakar kucing, membuat pendeta lari tunggang-langgang."
Suara bocah kekanakan itu menyusup ke telinga Wang Lin. Semakin dekat gemerincing lonceng, terlihat seorang bocah berbaju pendek kain kasar menunggang kerbau kuning, menyusuri jalan desa menuju perkampungan.
Hidung kerbau itu terpasang cincin besi dengan dua lonceng yang terus berbunyi seiring langkah. Di belakangnya, beberapa ekor anak kerbau mengikuti.
Bocah itu melihat Wang Lin, tak merasa asing, menyanyikan tembang anak sambil perlahan mendekat. Saat sudah dekat di samping Wang Lin, si bocah memiringkan kepala, mata besar berkedip-kedip, bersuara lantang: "Paman, datang ke sini, apakah tersesat?"
Wang Lin menunjukkan senyum di wajah, mengangguk, berkata: "Tempat ini namanya apa?"
Bocah itu tersenyum sambil menunjuk ke depan, suara anaknya yang polos terdengar: "Di sini, ini Desa Xinghua!" Sambil berbicara, ia duduk di atas kerbau kuning, berjalan menuju desa, perlahan menjauh, hanya tembang anak itu yang masih bergema...
Wang Lin mendesah panjang, tembang anak itu menusuk telinga, menyelimuti kesedihan yang tak terucapkan. Ia bergumam pelan: "Bintang Bulan Gelap, desa di kaki Gunung Langit... Di sinilah tempatnya."
Di telinga Wang Lin, samar-samar bergema panggilan rindu kampung halaman dari teman lamanya di ambang kematian tahun itu.
“Bawa abu tulangku kembali ke Bintang Bulan Gelap di Domain Aliansi Bintang, di sana terdapat Gunung Langit, di bawahnya kuingat ada sebuah desa, hantarkan abu tulangku ke sana……”
