Wang Lin memegang kendi anggur di tangannya, menatap perahu yang perlahan meluncur di sungai. Gemuruh alunan kecapi di telinganya seakan membawanya kembali ke ratusan tahun silam.
Namun alunan kecapi ini hanya serupa bentuk, kehilangan esensi spiritual masa lalu. Bahkan sang pemetik kecapi pun bukan lagi perempuan tunanetra yang dulu...
Setelah meminum anggurnya, Wang Lin mendesah pelan: "Kaisar Iblis sungguh berhati mulia."
Pria paruh baya itu diam. Berdua mereka duduk di tepi sungai, diam-diam menghabiskan kendi demi kendi...
Matahari terbenam di barat, bumi diselubungi kegelapan. Malam ini, tanpa bulan.
Yang tersisa hanyalah alunan kecapi yang terus-menerus melingkupi sungai, serta beberapa lentera di atas perahu yang berkedap-kedip tertiup angin.
Waktu berlahan berjalan. Saat cahaya fajar dari timur menyelimuti bumi dan kegelapan sirna, di tepi sungai terlihat kendi-kendi anggur kosong berserakan di sekitar Wang Lin.
"Tuan Bello telah mengetahui kedatangan Saudara Wang. Beliau mengutus hamba untuk menyampaikan sebuah pesan." Pria paruh baya itu menatap kendi anggur sambil berkata lembut.
Ekspresi Wang Lin tetap tenang. Sejak kedatangan Kaisar Iblis tadi malam, ia telah mengantisipasi hal ini. Bagaimanapun, Daerah Yao Ling kini telah menjadi wilayah kekuasaan Bello. Selama ratusan tahun terakhir, setiap kali Bello menyerap roh iblis lain, kekuatannya meningkat berkali-kali lipat.
Wang Lin meneguk sisa setengah kendi anggur yang masih tersisa di tangannya.
“Cukup setujui permintaan Saudara Wang, sisakan satu kuota masuk ke kompleks immortal kelima. Empat dari Sembilan Kabupaten di Daerah Yao Ling akan dihadiahkan pada Suku Leyan! Dan kami tidak akan ikut campur dalam urusan penyebaran jiwa, termasuk sisa kesadaran iblis awan yang masih bertahan!”
Keberadaan patung batu hitam memang bisa menipu banyak orang, tapi mustahil mengelabui Gu Yao Bello. Wang Lin paham betul hal ini. Selama ratusan tahun ini, pihak Bello sengaja membiarkan Suku Leyan berkembang tanpa menyita sedikitpun kesadaran iblis awan—semua ini demi tujuan hari ini.
“Bisa!” Wang Lin menatap ufuk langit di kejauhan, berkata dengan tenang.
Pria paruh baya itu berdiri, menyatukan tinju hormat ke arah Wang Lin. Suaranya berat: “Saudara Wang, tugas dari Tuan Gu Yao sudah kusampaikan. Kini ada satu permohonan lagi.
Roh Pedang Kaisar ini sejatinya adalah putri seorang sahabatku. Namun takdir berkata lain, akhirnya tak bisa lolos dari hukum hidup-mati. Kini terpaksa menjadi roh pedangku, terkurung di sini tak terhitung tahun, tak pernah melangkah keluar dari Daerah Yao Ling.
"Hal yang kumohonkan adalah harapan agar Saudara Wang bisa membawa roh ini meninggalkan Daerah Yao Ling, membiarkannya kembali ke siklus reinkarnasi, atau mungkin menemukan takdir lain..."
Ekspresi pria paruh baya itu meredup, jari telunjuk tangan kanannya mengarah ke angkasa. Seketika, sambaran energi pedang yang berisi Pedang Kaisar itu mengaum datang dari arah Ibukota!
Wang Lin diam sejenak, lalu berkata perlahan: "Mengapa tidak mencari orang lain?"
Pria itu menggelengkan kepala, dengan nada tenang menjawab: "Selama tak terhitung tahun, banyak kultivator masuk ke Daerah Yao Ling. Tapi selain beberapa orang terpilih, aku tak bisa mempercayai yang lain... Sayangnya, mereka yang kupercayai justru melewatkan kesempatan karena saat itu aku masih bisa menjaga pedang ini."
Wang Lin mendesah pelan. Semalam, saat Kaisar Iblis tiba, ia sudah merasakan adanya aura kematian samar di tubuhnya. Umur pria ini hampir habis.
Meski merupakan manusia benih iblis, Umur mereka lebih panjang dibanding kultivator biasa, namun suatu hari juga akan menghilang. Jika tak ada hal tak terduga, kurang dari setengah Jia lagi, Kaisar Iblis ini akan kembali ke kehancuran.
Berkenalan selama ini, Wang Lin tak punya alasan untuk menolak. Ia mengangguk.
Sorot mata pria paruh baya itu memancarkan kebebasan spiritual. Dengan menggerakkan tangan kanannya, Pedang Kaisar tiba-tiba menggoyangkan diri dan berubah menjadi seorang gadis yang menunjukkan keengganan untuk melepaskan di pandangannya. Andai Roh Pedang bisa menangis, pasti matanya telah berkaca-kaca.
"Patuhilah, jangan lagi bertindak semaumu..." Pria itu memandangi gadis itu dengan kasih sayang, seakan yang dilihatnya bukanlah Roh Pedang melainkan putri kandungnya sendiri.
Menghela napas pelan, pria paruh baya ini menyatukan tinju ke arah Wang Lin dan membungkuk dalam-dalam.
"Terima kasih Saudara Wang!"
Usai berkata demikian, ia berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Wang Lin yang memegang kendi anggur serta gadis yang masih menunjukkan kesedihan dan keengganan untuk berpisah.
“Ayo pergi.” Wang Lin meneguk habis arak dalam kendi anggur, meletakkannya di samping, lalu bangkit berjalan menuju angkasa.
Gadis itu menatap Ibukota, sorot matanya menunjukkan perpisahan abadi. Ia paham, sang Kaisar Iblis yang memperlakukannya seperti anak sendiri ini mungkin takkan pernah bertemu lagi seumur hidup. Putusnya sisa umur tak bisa diubah.
Dalam kesedihan, tubuhnya berubah menjadi asap hijau kembali ke Pedang Kaisar. Dengan jerit kesakitan terakhir, ia mengikuti di belakang Wang Lin.
Pedang itu bagai semburan cahaya perak mengikuti Wang Lin dari belakang. Seiring langkah Wang Lin yang perlahan menjauh, akhirnya pedang ini mengaum kencang saat diibaskan lengan bajunya, masuk ke kantong penyimpanan. Shen Shi-nya segera melingkupi, membuka segel kompleks immortal dan kepingan giok. Tubuhnya langsung menghilang tanpa jejak diselimuti pancaran cahaya emas.
Di gua keempat Daerah Yao Ling, dipimpin oleh Situ Nan, semua orang terus-menerus membongkar Larangan. Larangan di dalam gua ini sangat banyak, seiring dengan pembongkaran terus-menerus, benda-benda dewa pun mulai bermunculan di hadapan mereka.
Dengan tingkat kultivasi Situ Nan dan kawan-kawan, membongkar Larangan ini tidak sulit. Mereka maju seperti bambu terbelah, perlahan menuju pusat gua. Namun saat tiba di sini, kekuatan Larangan hampir mencapai puncak, mustahil dihancurkan dengan kekuatan biasa. Hanya dengan memahami struktur Larangan, baru mungkin untuk membongkarnya.
Saat ini, di platform luar gua, siluet Wang Lin muncul dalam pancaran cahaya emas. Tanpa berhenti, ia langsung melangkah masuk ke dalam gua. Sepanjang jalan terlihat sisa-sisa Larangan yang telah dibongkar - sebagian kecil adalah peninggalan pembongkaran tahun lalu, sedangkan sebagian besar dihancurkan baru-baru ini oleh kelompok Situ Nan.
Tak lama berjalan, dari kejauhan Wang Lin telah melihat Situ Nan dan yang lain.
Tiga Master Dao dari Dunia Fana bersila bermeditasi, tubuh mereka diliputi asap putih yang bergelombang. Jelas terlihat upaya pembongkaran sebelumnya telah menguras banyak tingkat kultivasi mereka, dan kini mereka sedang memulihkan diri.
Di samping Tiga Master Dao, terdapat Kepala Besar. Yang tak terduga oleh Wang Lin, Kepala Besar ternyata memiliki keahlian dalam seni Larangan. Bersama Lei Ji, mereka sedang menghitung metode pembongkaran untuk suatu sistem Larangan.
Fufengzi yang juga mempelajari seni Larangan, menjadi tulang punggung dalam pembongkaran. Sementara Situ Nan dan perempuan berbaju perak bertugas menangani serangan dan masalah tak terduga yang muncul setelah Larangan terbuka, sebagai langkah antisipasi.
Kedatangan Wang Lin yang perlahan segera menarik perhatian semua orang. Situ Nan yang telah berada di sini berhari-hari mulai tidak sabar. Tatapannya pada berbagai Larangan di sekelilingnya terlihat bingung. Pengetahuannya tentang seni Larangan terbatas - dalam pikirannya, selama tingkat kultivasi cukup kuat, bahkan Larangan paling rumit pun bisa dihancurkan.
Hanya bertanggung jawab atas masalah tak terduga setelah Larangan di sini dibuka, tidak bisa pergi. Jika tidak sesuai sifatnya, pasti sudah melemparkan lengan baju dan pergi sendiri untuk meretas secara paksa.
Melihat Wang Lin kembali, Situ Nan langsung bersorak, tertawa terbahak: "Akhirnya kau kembali! Gue di sini sudah hampir mati kebosanan! Kompleks immortal ini tidak terlalu besar tapi juga tidak kecil. Kita datang langsung ke sini, mungkin masih ada harta karun di area lain. Gue akan pergi menjelajahi dulu!"
Tanpa menunggu jawaban Wang Lin, Situ Nan langsung melangkah besar menuju hutan bambu di samping, dan dalam sekejap menghilang di antara rimbun bambu.
Dengan tingkat kultivasi Situ Nan, Wang Lin tidak khawatir akan bahaya. Racun dalam tubuhnya juga sudah mereka temukan cara untuk menekan sementara tanpa perlu kultivator wanita mendampingi selama di Planet Roh Air. Paling-paling dia hanya akan terjebak di sini, nanti bisa diselamatkan sendiri. Tanpa mencegah, Wang Lin mendekati Fufengzi sambil menatap ke depan.
Seratus langkah di depan, terdapat aliran sungai kecil. Di bawah kabut energi dewa yang bergelombang, terdapat uap tipis yang menyelimuti. Di tengah sungai, berdiri sebuah jembatan batu yang menghubungkan kedua tepian.
Jembatan batu ini merupakan satu-satunya pintu masuk.
"Tempat ini sangat aneh. Kami sudah terhambat di sini selama lima shichen. Meskipun Lao Fu sudah berusaha mengakali, tetap tidak bisa menemukan jejak Larangan di sini. Namun ada firasat, jika dihancurkan secara paksa, pasti akan memicu rangkaian masalah di luar imajinasi. Kecuali terpaksa, jangan dibuka dengan paksa." Fufengzi mengangguk pada Wang Lin sambil menjelaskan secara mendetail. Ia khawatir Wang Lin tidak mengerti seni Larangan dan meminta metode brute force.
Wang Lin tetap tenang. Pandangannya mendarat di jembatan batu itu, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Kompleks immortal ini berbentuk karakter 'Hui'. Saat ini kita berada di perbatasan antara lingkaran dalam dan luar. Setelah menyeberangi sungai ini, berarti kita telah memasuki lingkaran dalam kompleks. Hanya saja sistem Larangan di sini terlalu kompleks, mungkin sulit dilewati dalam waktu singkat. Kepala Besar mengusulkan ide untuk tidak menggunakan jembatan batu, tapi merusak Larangan di tepian untuk menyeberang." Fufengzi melirik Kepala Besar yang tak jauh darinya - matanya berkilauan, sesekali mengangkat tangan untuk memberi isyarat agar Lei Ji mengkoordinasikan serangan angin kepalan ke dalam Larangan - sambil berkata perlahan.
"Tiga Master Dao dari Dunia Fana sebelumnya terlalu banyak menguras energi dan sedang memulihkan diri. Menurut rencana Rekan Tao Situ, kita akan bersama-sama bertindak setelah ketiganya pulih untuk mencoba merusak tempat ini dengan paksa. Namun terhadap metode ini," Fufengzi mengerutkan kening sambil memandang ke aliran sungai, "saya menyatakan keberatan."
Dalam penilaiannya, masa berkultivasi Wang Lin yang dihadapinya ini pasti tidak terlalu lama. Bahkan beberapa hal mengenai Wang Lin sendiri, sebenarnya telah ia ketahui sebelumnya.
“Seribu tahun lebih berkultivasi, bisa memiliki tingkat kultivasi seperti sekarang ini sudah tak terpercaya. Wang Lin ini mungkin kurang memahami seni Larangan, lagipula dia tidak punya waktu untuk menguasai teknik Larangan! Pemecahan gua persembunyian ini sepertinya masih harus bergantung pada saya dan Kepala Besar.” Fufengzi menghela napas dalam hati. Dia tahu kemampuan Larangannya juga tidak terlalu kuat. Larangan di lingkaran luar masih bisa ditangani, tapi sejak area perbatasan ini, dia mulai kehilangan kendali.
Wang Lin menatap jembatan batu itu, keningnya tak sengaja berkerut. Larangan di tempat ini memang sulit seperti yang dikatakan Fufengzi. Benar seperti ucapannya, jika dihancurkan secara paksa, akan memicu reaksi berantai yang sulit dibayangkan.
“Di sini, mungkin merupakan hambatan besar pertama untuk masuk ke bagian dalam kompleks immortal.”
Jarak seratus langkah di depan terlihat biasa, tapi selain yang disebut Fufengzi, Wang Lin juga melihat potensi pembunuhan tersembunyi. Segala sesuatu di sini sama sekali berbeda dengan Larangan lain di lingkaran luar.
“Apakah sesuai dengan dugaan saya, masih perlu uji coba.” Cahaya berkilauan di mata Wang Lin saat perlahan membuka mulut: “Mayat Perak!”
Di belakangnya, perempuan berbaju perak itu kedua mata membeku. Tubuhnya melesat ke depan hingga berada di samping Wang Lin, sorot matanya yang lincah menatap sang tuan sambil menanti instruksi.
"Masuklah sepuluh langkah!" Wang Lin tak menoleh ke arah perempuan perak itu. Pandangannya tetap tertancap pada jembatan batu saat mengucapkan kalimat datar.
Alis Fufengzi berkerut. Menurutnya ini tindakan paling tidak bijaksana yang bisa memicu aktivasi Larangan secara prematur.
Namun ia hanya melirik Wang Lin tanpa berkomentar, mundur beberapa langkah sambil mengamati situasi.
