Wang Lin melayang di angkasa, dikelilingi lautan api yang menyala-nyala. Gelombang panas membara menyelimuti, berubah menjadi desisan bergelombang yang memenuhi seluruh penjuru angkasa, mengitari seluruh Sekte Suci Zhu Que.
Di lengan kanannya, kini hanya tersisa tujuh totem api. Di sekeliling tubuhnya, bunga api yang baru mekar itu bersinar bagai matahari terik, energi api Yuan yang pekat dengan cepat menerobos masuk ke dalam tubuh Wang Lin.
Di dalam tubuh Wang Lin, energi api Yuan yang di luar imajinasi ini bagaikan badai menyapu, bunyi bum-bum bergemuruh seperti petir terus bergema di langit dan bumi, membuat semua penghuni domain bintang yang terbakar ini bisa mendengarnya dengan jelas pada momen ini.
Rasa sakit yang luar biasa seakan mencabik-cabik keberadaannya. Tubuhnya bagaikan botol yang harus menampung energi Yuan sembilan kali lipat, sehingga dapat dibayangkan betapa pedihnya siksaan ini.
Sembilan Transformasi Xuan Zhu Que meminjam letusan energi Yuan dari sembilan kehidupan sekaligus, kemudian melalui kompresi terus-menerus untuk memaksa kultivator membuka Transformasi Pertama Sang Phoenix Vermilion!
Sakit yang mengerikan dalam tubuhnya membuat urat hijau di wajah Wang Lin menyebar. Baru menahan energi Yuan dari dua kehidupan saja, meridiannya sudah seakan akan terkoyak.
Namun menyerah bukanlah pilihan Wang Lin. Dengan gigi terkunci meski keringat mengucur deras, ia mengangkat tangan kiri yang gemetar dan kembali menunjuk totem api di lengan kanannya.
Tattoo api ketujuh itu langsung menyala, mekar di lengan kanan Wang Lin dan berubah kembali menjadi bunga api. Pada saat yang sama, dentuman bergelombang dalam tubuh Wang Lin hampir mencapai puncak, gemuruh bagai guntur itu menyebar liar ke segala penjuru.
Kabut darah tiba-tiba menyembur dari pori-pori tubuh Wang Lin, mengitari di hadapannya. Namun darah segar itu nyaris langsung menguap oleh api di sekitarnya, berubah menjadi aura darah yang menghilang.
Energi Yuan tiga generasi melebur ke dalam tubuhnya. Sensasi tubuh yang hendak meledak semakin hebat. Seluruh tubuh Wang Lin gemetar, ia mengarahkan muka ke langit dan mengaum keras.
Aum!!
Dalam auman itu, cahaya merah menyala langsung berkedip di sekujur tubuhnya. Baju zirah merah menyala itu muncul melalui materialisasi sekejap mata, membungkus tubuhnya dengan rapat.
Pada sekejap mata saat baju zirah itu muncul, energi Yuan di dalam tubuh Wang Lin yang tak terbayangkan langsung seakan menemukan saluran pelepasan, menerobos dengan gila-gilaan ke dalam baju zirah. Cahaya merah menyala pada baju zirah Wang Lin langsung menjadi semakin pekat.
Di atas batu tak jauh darinya, Sang Kaisar Suci Zhu Que memandang Wang Lin dengan fokus membatu tanpa berkedip, ekspresinya menunjukkan harapan dan kecemasan. Tangan kanannya sudah terangkat, seandainya Wang Lin tak bisa menahan, ia akan langsung turun tangan. Meskipun kegagalan transformasi pertama akan membuatnya kecewa, namun dibandingkan transformasi pertama, anggota keluarga yang mengalami kesadaran sekunder ini jauh lebih penting.
"Lao Fu terlalu terburu-buru. Bakat orang ini biasa, memaksanya seperti ini malah bisa membahayakannya... Ah." Ia sudah bertekad, begitu merasakan kelainan pada Wang Lin, akan langsung mencari cara menyelamatkan.
Baju Zirah Zhu Que yang muncul meredakan penderitaan dalam tubuh Wang Lin. Ia menarik napas dalam-dalam, jari tangan kiri kembali menunjuk lengan kanan. Bunga Api keenam muncul tiba-tiba, energi Yuan yang hampir gila-gilaan meledak keluar.
"Kalau harus menanggung rasa sakit ini bagaimanapun, lebih baik..." Sorot mata Wang Lin menunjukkan seberkas kekejaman. Tangan kirinya yang telah mengaktifkan Totem Keenam tak berhenti, terus menunjuk tiga kali berturut-turut!
Totem Kelima, Totem Keempat, Totem Ketiga!
Dalam serangkaian aktivasi, empat Totem Api terbuka hampir bersamaan. Sekejap mata itu, Empat Generasi Energi Yuan mengguncang langit dan bumi, bergema di seluruh Domain Bintang Terbakar!
Adegan gila Wang Lin ini bahkan membuat pupil Sang Kaisar Suci Zhu Que mengkerut dengan keras. Di matanya, Wang Lin menyimpan semangat pemberontakan gila-gilaan yang kejam dalam tulang punggungnya.
"Orang ini telah berlatih selama lebih dari seribu tahun, mencapai level saat ini, mampu mengalami Kebangkitan Zhu Que kedua – ini bukanlah kebetulan! Hubungan eratnya dengan karakter kejam dan sifat melawan langit dalam dirinyalah yang menjadi kuncinya!"
Empat generasi energi Yuan, ditambah energi Yuan dalam tubuh Wang Lin dan baju zirah – total tujuh generasi energi Yuan tiba-tiba menyelimuti tubuhnya! Dengan gemuruh, Wang Lin memuntahkan darah segar sementara tangan kanannya menunjuk titik antara alis!
Seketika dari ubun-ubunnya, seekor burung phoenix putih meluncur cepat. Begitu muncul, Suara Zhu Que langsung bergema. Energi Yuan dalam tubuh Wang Lin membanjiri burung itu dalam skala luas, membuat tubuh phoenix itu membesar secara instan hingga hampir menutupi langit!
Burung phoenix ini dulunya sempat ditangkap Tian Yunzi. Tapi mana mungkin Sang Kaisar Suci Zhu Que membiarkan Tian Yunzi membawa pergi roh Zhu Que saat kedatangannya!
Dengan munculnya Zhu Que, Wang Lin menggigit gigi menahan sakit yang luar biasa di seluruh tubuhnya. Dengan geraman rendah, tangan kirinya sekali lagi menunjuk salah satu dari dua totem api yang tersisa di lengan kanannya!
Sekejap mata, totem api itu segera berubah menjadi energi Yuan generasi pertama, dengan cepat melebur ke dalam tubuh Wang Lin. Pada momen ini, Wang Lin merasa seakan seluruh tubuhnya dari dalam hingga luar terbakar, bagaikan berada dalam kuali raksasa langit-bumi yang sedang memurnikannya tanpa henti.
Saat ini Wang Lin tidak tahu, di dalam domain bintang yang terbakar ini, orang-orang Sekte Zhu Que berduyun-duyun menyebarkan Shen Shi mereka. Dengan metode khusus antar sesama suku, mereka menyaksikan kebangkitan Sang Kaisar Suci generasi baru! Bahkan orang-orang yang dikenalnya pun mengamati segala sesuatu ini.
Di gunung tempat Lei Ji dan kepala besar berada, mereka berdua telah berhenti mengalirkan energi untuk memulihkan luka. Dengan mengangkat kepala memandang langit, samar-samar mereka bisa merasakan bahwa Wang Lin saat ini bagaikan phoenix dalam api penderitaan, sedang menanggung proses Nirvana!
"Tuan..."
Di tengah badai pasir itu, badai mulai berangsur mereda. Fufengzi terpaku menatap langit, bergumam pelan: "Energi Yuan langit dan bumi ini sungguh dahsyat... Mungkinkah... Mungkinkah setelah tiga tahun berlatih, dia telah mencapai tahap penarikan energi akhir?"
Di planet kultivasi lain, Situ Nan tak lagi melakukan latihan pernafasan. Sorot mata tajamnya menembus langit, raut wajahnya menampakkan secercah kecemasan. Sesepuh Sekte Zhu Que di sampingnya pun tak mendesaknya untuk melanjutkan latihan. Dengan tatapan sama ke langit, ekspresinya dipenuhi harapan dan kegembiraan.
Jiwa rentanya saat ini tak kuasa menahan gejolak batin yang berlapis-lapis.
Di planet kultivasi tempat Situ Nan berada, terdapat dua orang yang familiar bagi Wang Lin. Salah satunya, seorang perempuan yang bermeditasi di arah barat laut planet ini - wilayah yang dipenuhi lautan bunga.
Bunga-bunga yang mampu bertahan dalam suhu panas tak berujung ini sangat langka. Namun di tengah lautan api yang hampir seluruhnya berwarna merah menyala itu, terlihat sosok perempuan duduk bersila.
Perempuan ini bukanlah Selir Bunga, melainkan perempuan berbaju perak itu. Saat ini, ia mengangkat kepala memandang langit biru, ekspresinya memancarkan kilau aneh. Selama tiga tahun, ia samar-samar seakan mengingat sesuatu...
Di planet kultivasi ini terdapat satu orang lagi. Lokasinya berada di bekas rawa yang mengering dan retak. Bagian atas tubuh pria ini telanjang, dipenuhi mantra-mantra yang menyelimuti. Di sekelilingnya, terdapat beberapa binatang buas yang bertahan di lingkungan membara ini.
Hanya saja saat ini, semua binatang buas tersebut telah mati. Kulit dahi mereka terkelupas.
Orang ini tak lain adalah Tashan! Ia menggigit jari telunjuknya, hendak melukis di selembar kulit binatang. Namun tiba-tiba mengangkat kepala, jarinya terhenti sejenak.
"Tuan... apakah akan keluar dari tapa..."
Di domain bintang yang terbakar ini, di puncak gunung tertinggi sebuah planet kultivasi tepian, berdiri tegak patung batu hitam. Bentuk patung itu identik dengan Wang Lin. Di bawah patung, duduk bersila seorang pemuda.
Dalam tiga tahun ini, di antara ribuan siang dan malam, pemuda itu tetap duduk di sini tanpa bergerak, menjaga patung batu. Kini, ia mengangkat kepala, mendengar gemuruh auman yang bergema seperti petir, raut wajaknya menunjukkan semangat.
"Guru..." Dialah Tiga Belas!
Di planet kultivasi milik sekte Lianhun, tepatnya di kota Sekte Suci Zhu Que, seorang lelaki tua berkesan zaman duduk di puncak tembok kota sambil memegang kendi anggur, meminumnya seteguk demi seteguk. Wajahnya memancarkan kepahitan, selama tiga tahun ini ia selalu seperti ini.
Gemuruh petir mengaum di langit, merah menyala menyelimuti langit. Lelaki tua itu mengangkat kepala, melirik sebentar sebelum kembali menunduk dan melanjutkan minum.
"Lao Er, Lao San... Ini salah Kakak sulung..." Dua aliran air mata mengalir dari mata lelaki tua itu sambil ia menghabiskan sisa arak dalam kendi.
"Ling'er, ambilkan lagi arak untukku!" Lelaki tua itu melempar kendi anggur ke bawah kota.
Di belakangnya, berdiri seorang gadis berparas sangat cantik. Gadis ini menggigit bibir bawahnya. Saat pertama kali dijemput Sekte Suci Zhu Que ke tempat ini tiga tahun lalu, Chen Daozi sudah terlihat seperti mayat hidup. Hatinya perih, gadis itu diam-diam berbalik pergi.
"Maafkan aku... Lao Er, Lao San..." Rintihan menyakitkan sang tua masih terus menyusup ke telinga sang gadis...
Di dalam domain bintang yang membara ini, terdapat area lain. Meski suhu panasnya sama mencekam, namun seolah ada pusaran tak kasat mata yang membuat nyala api di sekitarnya berputar liar.
"Raja Iblis Wang Lin, kau brengsek! Gue sama sekali tak bermusuhan denganmu, ngapain kau buang gue di sini menderita racun api ini!!"
"Da Ye Wang, kuharap kau bebaskan Xiao Xu! Sungguh, siksaan di sini tak tertahankan lagi!"
"Bintang Pembawa Malapetaka Wang, jika kau terus memaksa Kakek Xu sampai jalan buntu, gue rela bertaruh nyawa melawanmu!"
Teriakan kutukan dan rengekan permohonan yang menyedihkan ini nyaris tidak pernah terputus selama tiga tahun, bahkan sesekali masih terdengar jeritan kesakitan bergelombang. Hal ini membuat anggota keluarga Sekte Suci Zhu Que yang melintas di sini selalu menghindari rute tersebut, enggan mendengar kebisingan ini.
Di pusatnya, duduk bersila seorang pria yang seluruh tubuhnya dilingkupi api. Ia harus terus-menerus melakukan teknik supernatural untuk melawan, sebab sedikit kecerobohan akan membuatnya langsung terbakar tubuh.
Pria ini tak lain adalah Xu Liguo. Penampilannya saat ini sangat compang-camping, namun sorot matanya bersinar terang berkali-kali lipat dibanding masa lalu. Selama tiga tahun dikepung api yang memaksa ini, ia terpaksa menyerap warisan aura pedang kuno dengan gila-gilaan agar bisa bertahan.
Setiap kali Xu Liguo menyapu pedangnya, api di depannya langsung menghilang sebagian. Bersamaan dengan itu, umpatan langsung meluncur dari mulutnya - ritual yang hampir menjadi kebiasaannya selama tiga tahun ini.
“Wang Lin anak kecil, kalau Kakek Xu ini bisa keluar, pasti tidak akan berhenti sampai kematianmu!” Suaranya baru saja bergema, tiba-tiba tubuhnya gemetar tak wajar, berbalik kasar ke arah kejauhan, sorot matanya menunjukkan seberkas ketakutan.
“Brengsek! Jangan-jangan brengsek Wang Lin ini mau keluar dari tapa! Langit Yang Maha Melihat, pastikan dia gagal keluar, gagal keluar! Tidak... Kalau dia tidak keluar, bagaimana aku bisa kabur... Lebih baik dia berhasil keluar, harus berhasil!”
Di domain bintang yang diselimuti semburan api, teriakan kesakitan Wang Lin bergema. Dengan susah payah dia membuka salah satu dari dua totem api tersisa, melepaskan energi Yuan raksasa yang membuat penderitaannya semakin menjadi-jadi!
Saat ini Wang Lin mengenakan zirah merah menyala, rambut putihnya melayang diikuti burung Phoenix Vermilion putih raksasa yang berputar-putar di belakangnya. Makhluk mitos itu terus menyedot energi Yuan dalam tubuhnya. Meski demikian, peleburan energi Yuan delapan generasi tetap membuat tubuhnya nyaris tak bisa menahan.
Rasa sakit yang mencabik-cabik semakin menjadi-jadi, namun derita ini tak membuat Wang Lin menyerah. Sebaliknya, justru membangkitkan niat memberontaknya. Di tengah kesakitan, ia menengadah ke langit sambil tertawa liar. Ekspresi mengerikannya membuat gelak tawa itu terasa gila-gilaan.
