Wang Lin melirik pria berjubah ungu keemasan itu. Ia hanya bisa melihat tingkat kultivasi orang ini mencapai Shattering Nirvana. Tanpa banyak bicara, tangan kanannya langsung mencengkeram kepingan giok dari angkasa dan melemparkannya ke arah pria tersebut.
Pria itu dengan ekspresi tenang menyambut lemparan itu. Shen Shi-nya menyapu isi kepingan giok, namun tiba-tiba ia mengeluarkan suara terkejut. Ekspresinya berubah serius - dengan level kultivasinya yang tinggi, ternyata ia tidak bisa melihat isi kepingan giok ini.
Namun ia bisa melihat, material kepingan giok ini sama sekali bukan sembarangan! Di dalamnya terkandung seberkas panas membara langit dan bumi, sesuai dengan identitas sebenarnya Wang Lin, kepingan giok ini benar-benar luar biasa!
"Ini?" Pria itu mengangkat kepala menatap Wang Lin.
"Sang Kaisar Suci Zhu Que Tua, dari markas besar Aliansi mengetahui sebuah rahasia. Sebelum kembali ke kehancuran, beliau memastikan kepingan giok ini harus sampai ke Kunxu!" Wang Lin berkata dengan tenang.
Pria itu mengangguk, menyadari hal ini pasti sangat luar biasa. Ekspresinya semakin serius sambil menyatukan tinju, "Terima kasih!"
Wang Lin melemparkan dengan tangan kanannya, tiga jiwa Yuan Shen terlempar dan mendarat di samping. Ketiganya menutup kedua mata, jelas-jelas terjerat larangan.
"Sebelumnya Wang tidak membawa undangan, khawatir catatan dalam kepingan giok ini sangat penting. Karena itu terpaksa turun tangan masuk formasi teleportasi." Sambil berkata, Wang Lin mencengkeram angkasa dan mengeluarkan kepingan giok lain, melemparkannya ke pria itu.
Kepingan giok ini berisi fragmen kenangan yang jelas merekam sebab-akibat antara Wang Lin dengan empat penjaga sebelumnya.
Setelah melihatnya, pria itu tetap tenang dan berkata perlahan, "Terima kasih Sang Kaisar telah memberi pelajaran. Namun memberi pelajaran boleh, tapi membunuh satu orang Kunxu kami agak sulit diterima."
“Kesalahan tidak disengaja.” Wang Lin berkata dengan datar.
Pria itu menatap tajam Wang Lin, tersenyum tipis dan berkata, "Hal ini sangat krusial. Mohon Sang Kaisar Suci tinggal sementara di Kunxu selama beberapa hari, sementara saya menyerahkan kepingan giok..."
Belum sempat pria itu menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba terdengar suara perempuan dingin menggema di antara langit dan bumi.
"Biarkan dia pergi!"
Begitu suara itu muncul, semua kultivator di sekitarnya langsung menunjukkan ekspresi hormat. Bahkan pria berjubah ungu itu tertegun sejenak sebelum akhirnya menyetujui dengan sikap jiwa yang tunduk.
Di hadapan semua orang, Mu Bingmei dengan ekspresi campur aduk melangkah keluar dari kehampaan, memandang Wang Lin.
Bersamaan dengan itu, dua cahaya panjang melesat dari ufuk langit di kejauhan, mendarat di depan Wang Lin dan berubah wujud menjadi Zhou Ru serta Xiao Bai. Wajah kecil Zhou Ru langsung dipenuhi antusiasme begitu melihat Wang Lin.
"Paman!! Benar-benar Anda!" Mata Zhou Ru berkaca-kaca, air mata mulai menggenang.
Melihat Zhou Ru, senyum merekah di wajah Wang Lin. Ia mengangguk, "Paman datang untuk menjemputmu."
Zhou Ru yang sudah dewasa, secara alami menyadari kejadian di depan matanya tampak tidak biasa. Mengetahui ini bukan saatnya untuk banyak bicara, ia segera mendekati Wang Lin. Memandang Wang Lin di hadapannya, terutama rambut putihnya, hatinya terasa menderita.
"Aku akan membawa Zhou Ru pergi." Wang Lin menatap Mu Bingmei, diam sejenak lalu berkata perlahan.
Mu Bingmei menggigit bibir bawahnya, berkata lembut: "Kalian semua mundur." Para kultivator di sekitarnya segera mundur, dalam sekejap menghilang tanpa jejak. Pria berjubah ungu itu menatap Wang Lin dengan pandangan penuh makna, lalu juga berbalik pergi.
Tak lama kemudian, di sekitar hanya tersisa Wang Lin, Zhou Ru, dan Mu Bingmei. Tak ada kultivator lain lagi.
"Zhou Ru, jangan lalai dalam kultivasimu setelah pergi. Meditasi dan latihan pernafasan harian jangan diabaikan, mengerti?" Pandangan Mu Bingmei mengelak dari Wang Lin, menatap Zhou Ru sambil berbisik lembut.
Zhou Ru melihat Wang Lin, lalu menatap Mu Bingmei. Selama bertahun-tahun ini, dia bisa merasakan bahwa gurunya sangat baik padanya, terutama pada peristiwa pertama ketika jika bukan karena gurunya menyelamatkannya, mungkin sekarang dia tidak akan punya kesempatan bertemu dengan pamannya.
Memikirkan perpisahan, gejolak dalam hati Zhou Ru terasa pedih. Dia mengangguk dan berkata lembut: "Guru, Ru'er sudah mengingat semuanya. Ru'er pasti tidak akan menyia-nyiakan tingkat kultivasi, lagipula nanti Ru'er masih bisa kembali kapan saja."
Ekspresi pahit muncul di wajah Mu Bingmei. Zhou Ru tidak mengerti bahwa kepergian kali ini tidak akan ada kesempatan untuk kembali, karena Wang Lin tidak akan menyetujui.
"Kita pernah menjadi guru dan murid, sekarang saatnya berpisah. Sebagai guru, aku akan memberimu sesuatu." Mu Bingmei mengangkat tangan dan mencabut jepit rambut giok dari sanggulnya, memandanginya dengan penuh rasa sayang sebelum melemparkannya ke arah Zhou Ru.
“Guru, ini...” Zhou Ru tertegun, menerima jepit rambut itu secara bawah sadar. Ia samar-samar ingat guru pernah mengatakan bahwa jepit rambut ini adalah Magic Treasure yang sangat dahsyat, peninggalan shizun.
“Mendekatlah, biar gurumu memakaikannya.” Mu Bingmei menunjukkan kasih sayang di pandangan. Terhadap murid ini, perlahan timbul perasaan setelah kontak selama bertahun-tahun.
Zhou Ru patuh mendekati Mu Bingmei. Wang Lin awalnya hendak mencegah, namun tampak keraguan dan akhirnya tidak membuka mulut.
Merapikan rambut indah Zhou Ru, dengan tangan sendiri Mu Bingmei memasang jepit rambut di kepalanya. Perlahan ia mengelus kepala muridnya, ekspresi dinginnya mencair: “Ingatlah, kau selamanya muridku, satu-satunya murid... Kunxu juga rumah keduamu. Pergilah...”
“Guru!” Air mata mengalir di sorot mata Zhou Ru. Ia merasakan kehadiran bahwa gurunya dan pamannya saling mengenal, namun bukan sebagai teman melainkan musuh. Dengan kepergiannya ini, mungkin tak akan ada lagi kesempatan bertemu sang guru.
Wang Lin menunjukkan ekspresi kompleks di pandangan. Dengan pengalamannya, ia bisa melihat bahwa ikatan guru-murid antara Mu Bingmei dan Zhou Ru tidak terlihat palsu. Namun ia tak berani percaya begitu saja. Mengingat Jalan Tanpa Perasaan Liu Mei, Wang Lin bersuara berat: "Zhou Ru."
Zhou Ru memandang Mu Bingmei, mundur beberapa langkah lalu bersujud di tanah. Dengan suara tersedu, ia membungkukkan kepala tiga kali: "Guru, murid ini pergi."
"Pergilah..." Mu Bingmei menggigit bibir bawahnya. Saat ini, hatinya sangat menderita seolah kehilangan sesuatu yang membuatnya merasa kosong. Ia mundur beberapa langkah, memaksakan senyuman lalu mengangguk.
Membawa Zhou Ru yang enggan melepaskan, Wang Lin melangkah masuk ke formasi teleportasi. Mereka bersiap untuk pergi.
Pada saat itu, Mu Bingmei seakan mengumpulkan seluruh keberaniannya, menatap punggung Wang Lin, berkata lembut: "Wang Lin, maafkan aku..."
Tubuh Wang Lin bergetar, berdiri di dalam formasi, namun lama tidak membukanya.
"Maafkan aku... sungguh... maafkan aku..." Tubuh Mu Bingmei gemetar, dua aliran air mata mengalir dari sudut matanya, terus bergumam tanpa henti.
Selama tahun-tahun ini, penderitaan dalam hatinya menyiksanya hingga hampir runtuh. Setiap kali bangun dari meditasi di malam hari, hatinya selalu dipenuhi kompleksitas dan kebingungan yang tak terungkap.
"Liu Mei sudah mati. Kamu bukan dia, tak perlu meminta maaf." Wang Lin tidak menoleh, memegangi dadanya. Saat ini hatinya terasa seperti ditusuk, fragmen kenangan pertamanya melihat Wang Ping terus terbayang di benak - bayangan bayi dendam yang melilit dengan aura dendam, melengking sambil menatap tajam mata ayahnya dengan kebencian mendalam, menjadi mimpi buruk yang tak pernah bisa dilupakan seumur hidup Wang Lin.
Liu Mei ingin meninggalkan siluetnya dalam Hati Jalan Wang Lin. Dia berhasil, hingga hari ini pun masih bertahan!
"Maafkan aku... maafkan aku..." Wajah Mu Bingmei pucat pasi, membiarkan air mata mengalir di wajahnya yang cantik luar biasa, mendarat di permukaan tanah seakan mengandung suara kehidupan sebelumnya yang collapse total.
Wang Lin diam-diam membuka formasi. Saat gemuruh bergema dan kilauan formasi menyelimuti ruang, tepat sebelum teleportasi, sepertinya dia mengambil keputusan. Dia menghentikan aliran energi formasi, lalu berbisik lembut:
"Kau... benar-benar ingin melihatnya?"
