Musim hujan telah berlangsung selama berbulan-bulan, seolah takkan pernah berakhir, terus-menerus turun tanpa henti. Tetesan hujan yang rintik-rintik, serta awan hitam yang memenuhi langit, selalu menekan hati para murid Sekte Guiyuan, tak berdaya untuk menyebarkannya.
Dalam sekejap, sepuluh hari telah berlalu sejak Wang Lin berada di Sekte Guiyuan.
Sun Yun sudah lama kembali dari guru-nya. Selama beberapa hari ini diam-diam menyelidiki tiga puluh satu orang biasa dari utara, namun pada akhirnya tetap tak menemukan apapun. Adapun Wang Lin, dia juga telah mengamatinya, tapi tak menemukan jejak mencurigakan.
Bahkan guru-nya Lü Yanfei pun sangat serius menangani hal ini. Secara pribadi melakukan teknik supernatural untuk mencoba menemukan petunjuk, namun hasilnya tetap sama.
Dalam hati Sun Yun, bayangan pria berambut putih itu tak kunjung menghilang seiring waktu, malah semakin jelas. Kadang saat terbangun dari meditasi di tengah malam, di depan mata Sun Yun tanpa sadar terbayang siluet jubah putih dengan rambut putih, serta keanggunan gerakan jarinya yang khas.
"Siapa sebenarnya dia..." Pertanyaan ini terus menghantui Sun Yun.
Suatu siang, Sun Yun mendorong pintu kamar. Hujan menghujam atap hingga memercik, beberapa tetes mengenai wajahnya. Dengan alis indah berkerut, ia mengangkat tangan giok mengusap tetesan hujan di pipi. Penampilannya yang bersih dan menawan memancarkan pesan saat melangkah keluar.
Hujan seakan jatuh pada kubah tak kasat mata setengah zhang dari tubuhnya, mengalir melalui sisi-sisinya. Berjalan di pekarangan, Sun Yun memandangi aneka tanaman obat di sekelilingnya. Tiba-tiba ia mengangkat kepala menatap gubuk tempat Wang Lin tinggal.
Sejak awal, dialah yang paling dicurigai Sun Yun! Namun selama hari-hari ini, pemuda bernama Zeng Niu ini benar-benar bagai orang biasa sejati - kecuali ketenangan dan kewibawaannya yang tak biasa.
Tanpa alasan jelas, Sun Yun berjalan menuju gubuk Wang Lin secara bawah sadar. Berdiri sejenak di luar, alis indahnya menegang sebelum ia langsung mendorong pintu kamar.
"Kau ditempatkan di sini untuk merawat tanaman obat, tapi selama ini kapan kau pernah melakukannya sekali pun!" Sun Yun menatap tajam Wang Lin yang duduk di samping meja kecil sambil memegang gulungan kayu. Entah mengapa, belakangan ini setiap melihat Wang Lin, hatinya selalu bergejolak, kehilangan ketenangan sebagai kultivator Yin Xu.
Wang Lin meletakkan gulungan kayu yang diambil dari Paviliun Literatur Gui Yuan Sect. Gulungan ini bukanlah teknik langka, semua murid baru boleh meminjamnya. Isinya menceritakan sejarah Benua Mo Luo dan pengantar sederhana tentang Domain Bintang Yun Hai.
Gulungan-gulungan ini dimaksudkan agar murid baru dapat memahami Dunia Kultivasi dan Yun Hai dengan lebih baik, menyadari bahwa selalu ada orang yang lebih hebat di balik gunung, sehingga mereka akan berlatih lebih giat.
Saat membaca gulungan kayu, perhatian Wang Lin tidak sepenuhnya terfokus. Pikirannya sibuk merenungkan teknik meracik pil eliksir dan perawatan hewan spiritual.
Dengan pandangan sekilas yang datar ke arah Sun Yun, Wang Lin yang tetap duduk itu berkata perlahan: "Pernahkah ada satu batang tanaman obat yang mati?"
Sun Yun tertegun. Belakangan ini, tanaman obat justru tumbuh lebih subur dari sebelumnya. Bahkan beberapa akar rusak yang sebelumnya hampir mati, secara ajaib bertahan hidup dalam periode ini.
Wang Lin tidak melanjutkan percakapan. Ia mengambil gulungan kayu itu dan kembali fokus membacanya.
Semakin dingin sikapnya, semakin kusut kening Sun Yun. Ia melangkah masuk ke dalam kamar, menyebarkan aroma harum di ruangan sempit ini. Wang Lin tentu tak asing dengan wewangian khas tubuh perempuan itu, pernah tercium saat ia berkunjung ke tempat meditasi Sun Yun.
"Tanaman-tanaman itu bisa bertahan bukan karena kau! Ini berkat energi spiritual melimpah di sini, ditambah sebagian besar tanaman obat bersifat akuatik sehingga mampu menyerap kekuatan kositmik dari hujan selama musim penghujan," Sun Yun menatap tajam sambil bersuara dingin.
"Oh." Wang Lin mengangguk asal, tetap tak mengalihkan pandang dari gulungan kayu di tangannya yang sedang dibalik perlahan.
"Zeng Niu!" Sun Yun memelototkan matanya yang indah, geram melihat sikap Wang Lin.
Wang Lin mengerutkan kening, meletakkan kembali lempengan kayu itu, lalu memandang Sun Yun dengan dingin.
Sun Yun yang sudah penuh dengan omelan di mulut, sedang hendak mengomeli, namun saat pandangannya tiba-tiba bertabrakan dengan Wang Lin, tanpa sadar ia menelan kembali kata-kata yang hendak diucapkan, ekspresinya tertegun.
"Tugas Zeng Mou adalah menjaga agar tumbuhan obat ini tidak mati. Jika tak ada urusan lain, tolong jangan ganggu." Suara Wang Lin datar. Setelah berkata demikian, ia tak lagi melirik Sun Yun, mengambil kembali lempengan kayu itu.
Di bawah tatapan Wang Lin ini, hati gadis Sun Yun tiba-tiba bergetar tanpa alasan.
"Apakah dia...?"
Sun Yun terdiam sesaat, menatap Wang Lin dalam-dalam, menggigit bibir bawahnya, lalu berbalik meninggalkan ruangan.
Tengah malam, lentera minyak menyala di atas meja. Di luar jendela gelap pekat, hanya derai hujan dan sesekali gemuruh halilintar menyusul kilatan petir.
Angin yang menerpa pegunungan, mendarat di Sekte Guiyuan yang terletak di cekungan, membentuk pusaran-pusaran yang bergema lirih. Wang Lin meletakkan kepingan kayu di tangannya, menutup matanya dan merenung sejenak.
Dari catatan umum ini, dia menangkap banyak hal. Pemahamannya tentang Lautan Awan masih samar, namun yang terpenting, selama beberapa hari terakhir, melalui kepingan giok yang dilihat empat hari lalu, perenungannya tentang teknik meracik pil eliksir mulai membuahkan hasil. Membuka mata, Wang Lin mengangkat kepalanya. Sorot matanya seakan mampu menembus dinding kamar, menerjang hujan dan kilat ular perak dari langit, langsung menatap ke puncak cekungan Sekte Guiyuan.
Kuil yang melayang itu disangga oleh delapan pilar batu raksasa!
Di dalam kuil, Wang Lin bisa merasakan dengan jelas hawa energi yang tak lemah berputar-putar.
Tubuhnya limbung, menghilang dari kamar.
Saat muncul, ia berada di puncak pilar batu yang melayang di udara, di luar kuil! Di posisi ini, angin dan hujan begitu dahsyat, mengaum turun dengan gemuruh, disertai gelegar petir yang menggeram.
Wang Lin dengan raut wajah tetap tenang, mendorong pintu kuil yang melayang itu terbuka, lalu melangkah masuk.
Kuil ini tidak besar. Selain beberapa ornamen, yang paling mencolok adalah celah dimensi raksasa tepat di pusat area. Cahaya ungu memancar dari dalamnya, menyelimuti seluruh interior kuil dengan warna ungu. Di balik celah dimensi itu terdapat rak dengan gejolak Larangan, tempat tiga benda diletakkan:
Sebilah pedang panjang, sebuah kepingan giok, dan sebutir pil.
Saat Wang Lin menginjakkan kaki ke dalam kuil, cahaya ungu di celah dimensi tiba-tiba memadat. Seekor kepala ular raksasa menyembul dari celah itu, menjulurkan lidahnya yang merah menyala, menatap tajam Wang Lin.
Ular sanca ini seluruh tubuhnya berwarna ungu-hitam, terutama pada sorot matanya yang memancarkan warna ungu yang pekat. Pandangan seperti ini biasanya akan membuat jiwa siapapun yang ditatapnya bergetar, namun sama sekali tidak berpengaruh pada Wang Lin.
Tanpa melirik Ular Mata Ungu itu, Wang Lang langsung melangkah melewatinya. Ular Mata Ungu itu menggeram rendah dengan ketakutan terlihat di matanya, terus-menerus mundur membiarkan Wang Lin melintas di sampingnya tanpa berani melancarkan serangan.
Sebenarnya empat hari sebelumnya, Wang Lin sudah pernah datang ke sini. Jika dilihat dari tingkat kultivasinya, ular ini bisa menyaingi kultivator tahap akhir Mengintip Nirvana. Tapi di mata Wang Lin, membunuhnya sangat mudah.
Hampir tidak ada gejolak berarti. Empat hari lalu dia nyaris menebas ular ini. Tapi karena mempertimbangkan dirinya akan tinggal di Sekte Guiyuan untuk beberapa waktu, tidak pantas langsung membunuh hewan spiritual penjaga sekte mereka sejak awal kedatangan, akhirnya dia membiarkan nyawa ular ini.
Setibanya di dekat rak, ia menggerakkan tangan kanannya. Larangan di atasnya seketika menghilang seluruhnya. Wang Lin mengambil kepingan giok itu dan kembali meneliti dengan seksama. Kepingan giok ini sudah ia pelajari empat hari lalu saat pertama kali datang ke sini. Teknik kultivasi dan kemampuan supernatural Sekte Guiyuan di dalamnya tidak menarik minatnya, hanya deskripsi tentang hewan spiritual dan proses meracik pil eliksir yang menjadi perhatian utamanya.
Setelah memeriksa ulang dengan cermat, sorot matanya menunjukkan renungan. Ia meletakkan kepingan giok lalu mengambil pil di sampingnya. Pil ini terlihat tak ada yang istimewa. Empat hari lalu saat pertama kali melihatnya, ia sama sekali tidak menemukan jejak yang mencurigakan.
Kini, setelah empat hari mempelajari dan merenungkan teknik peracikan pil dalam kepingan giok, tujuan kedatangannya kali ini adalah pil ini semata.
“Menurut catatan kepingan giok, hewan spiritual di Domain Bintang Yun Hai terbagi dalam tiga belas lapisan. Dengan menyatukan jiwa hewan spiritual ke dalam obat, pil yang disuling juga terklasifikasi menjadi tiga belas lapisan... Pusaka Warisan yang ditinggalkan Sang Leluhur Gui Yuan ini adalah Li Hun Dan lapisan kedelapan yang diturunkan turun-temurun. Sayangnya, ini hanyalah pil rusak yang tak menyatu dengan jiwa hewan spiritual lapisan kedelapan!” Sorot mata Wang Lin menunjukkan penyesalan.
Setelah mempelajari isi kepingan giok selama beberapa hari ini, ia perlahan mulai memahami pola dasar meracik pil ala Yun Hai. Kedatangannya kembali ke kuil ini bertujuan memverifikasi kebenaran hipotesisnya.
Memandang pil di tangannya sekarang, ia sudah yakin sepenuhnya.
Menghela napas dalam hati, Wang Lin meletakkan kembali pil tersebut. Ia tak mengambil tiga pusaka warisan Sang Leluhur yang jelas-jelas ditinggalkan ini. Tindakan memusnahkan sekte tanpa adanya Dendam Tersembunyi, bagi kultivator setingkat dirinya, adalah hal yang diremehkan.
Cukup dengan melihat, itu sudah lebih dari cukup!
"Saat ini perlu meracik pil dengan metode kultivasi Domain Bintang Yun Hai sendiri, memurnikan pil. Di dalam Domain Bintang Yun Hai ini, targetku adalah meningkatkan tingkat kultivasi dengan segala cara!" Wang Lin mata berkilat, tekadnya telah bulat. Saat hendak pergi, tiba-tiba ia dengan kasar mengangkat kepala, mati memancarkan kilau aneh.
Di pinggiran barat Benua Mo Luo, di langit terlihat kilatan-kilatan listrik berkedip, suara gemuruh meredam bergema, seakan ada seseorang di dunia nyata yang sedang menghantam ke dalam.
Benua Mo Luo yang mengambang di Domain Bintang Yun Hai ini memiliki Menara Hitam yang memancarkan sinar kelembutan menyelimuti seluruh benua. Menara ini tidak hanya membuat kabut bintang sedikit mundur, tetapi juga berfungsi sebagai pelindung.
Yang dilindungi bukan hanya kultivator sekte luar, melainkan lebih banyak binatang buas tak terhitung di ambang Lautan Awan! Di Domain Bintang Yun Hai, makhluk terbagi dua jenis: yang telah dijinakkan kultivator disebut hewan spiritual, sedangkan yang mengembara dalam kabut bintang dan bertarung sampai mati dengan kultivator disebut binatang buas!
Saat ini, cahaya pelindung Menara Hitam di bagian barat Benua Moro, di bawah gemuruh suara, terus-menerus terdistorsi, dan akhirnya runtuh total dengan gemuruh dahsyat yang menggemparkan langit dan bumi!
Gemuruh langit dan bumi itu, dalam sekejap napas, menenggelamkan suara petir dan segala rintik hujan, bergema di seluruh Benua Moro, bahkan terdengar jelas masuk ke dalam Sekte Gui Yuan!
Seekor hewan spiritual raksasa berukuran 100 zhang, hitam pekat seluruh tubuhnya berbentuk seperti kecebong, perlahan-lahan meremas masuk ke Benua Moro dari celah pertahanan yang hancur, di antara kilatan-kilatan listrik yang saling menjalin!
Jika hanya hewan spiritual ini saja, sama sekali takkan mampu menghancurkan pertahanan Benua Moro. Tapi di punggungnya, seorang lelaki tua berwajah angkuh perlahan menarik kembali tangan kanannya - di telapak tangan itu mengitari angin ungu.
