Dari dalam cahaya biru, muncul sosok pria paruh baya. Pandangannya sama sekali tidak mengarah ke Wang Lin, melainkan tertuju pada Li Qianmei yang dipeluk Wang Lin. Ekspresinya memancarkan ikatan kekeluargaan dan rasa sakit hati.
Begitu suara itu terdengar, jiwa Wang Lin bergetar hebat. Dengan kasar ia angkat kepala, dan seketika itu juga melihat pria berbaju biru tersebut. Saat memandang wajah pria itu, otaknya seolah dihantam deru dahsyat.
Rupa pria tersebut ternyata sangat mirip dengan Li Qianmei. Sekilas saja terlihat bahwa mereka berdua pasti memiliki hubungan darah yang sangat dekat!
“Lanmeng Daozun!” Wang Lin menatap pria paruh baya itu. Dia juga mengenali suara lawannya - suara yang pernah memberinya bencana pemusnahan total di Dunia Pelangi bertahun-tahun lalu!
Dia takkan pernah melupakan!
Hal-hal di dunia ini terkadang sulit ditebak. Siapa sangka, pertempuran tidak langsung mereka berdua di Dunia Pelangi lebih dari sepuluh tahun lalu, kini berlanjut menjadi pertemuan nyata di Bintang Kuno Tai Gu hanya dalam belasan tahun.
Sorot mata penuh rasa sakit di wajah pria paruh baya itu semakin pekat. Dengan mengibaskan lengan bajunya, badai energi langsung meledak keluar. Kecepatannya yang luar biasa menyambar ke arah Wang Lin dalam sekejap napas, lalu meledak dengan gemuruh.
Kekuatan dahsyat menyelimuti dan dengan lembut merebut Li Qianmei dari pelukan Wang Lin. Tubuh Li Qianmei terbang dengan lembut ke arah pria itu. Sambil memeluknya, kerutan duka di mata pria itu bercampur pancaran kasih sayang.
Ia berbalik, memeluk Li Qianmei, lalu melangkah menjauh ke kejauhan. Cahaya biru memenuhi langit dan terkumpul ke arahnya. Bersamaan dengan siluetnya yang menghilang di angkasa, dari awal hingga akhir, ia sama sekali tidak memandang Wang Lin sekalipun!
Wang Lin terhantam badai itu, mundur beberapa langkah sebelum menghentikan tubuhnya dengan kasar. Dengan ekspresi kompleks, ia menatap ke arah lenyapnya Lanmeng Daozun di kejauhan, diam membeku sepenuhnya.
Hampir bisa ia pastikan, pasti ada ikatan kekeluargaan antara Lanmeng Daozun dan Li Qianmei. Sang Dao Zun membawa pergi Li Qianmei, tentu memiliki metode untuk membangunkannya dari tidur.
Sesuai rencana awalnya, seharusnya inilah saatnya ia pergi - meninggalkan Suku Blue Silk, meninggalkan domain bintang ini. Namun setelah lama berdiam, Wang Lin memilih tidak segera pergi. Ia ingin memastikan apakah Li Qianmei benar-benar akan bangkit.
Dalam diam, tubuh Wang Lin melesat ke depan, berubah menjadi cahaya panjang menyambar ke depan, perlahan-lahan menyelami kumpulan planet kultivasi Suku Blue Silk. Tanpa perlu menyebarkan persepsi spiritual, ia bisa melihat dengan jelas: di antara hamparan bintang tak berujung, terdapat sebuah planet kultivasi yang memancarkan cahaya biru menyelubungi angkasa. Di sanalah Lanmeng Daozun bersemayam.
Planet kultivasi ini dipenuhi cahaya biru, bahkan bagian dalam planet pun serba kebiruan, bagai samudera luas yang merata. Siluet Wang Lin berpindah-pindah, lalu menginjakkan kaki di planet kultivasi biru ini.
Tanpa formasi pertahanan apapun, seluruh tubuh Wang Lin melayang di udara planet tersebut. Di bawahnya membentang lautan, suara percikan ombak yang berdebur perlahan terdengar bergelombang.
Di permukaan laut, beberapa perahu terlihat. Alunan musik riang tertiup angin, menyelinap ke telinga Wang Lin. Musik itu dipenuhi kegembiraan, melingkupi udara tak henti-hentinya.
Setelah waktu yang lama, Wang Lin melangkahkan kakinya ke depan dalam kekosongan, menghancurkan langit dan menghilang tanpa jejak. Ketika muncul kembali, ia telah berada di kaki sebuah gunung biru.
Pegunungan menjulang di sekelilingnya, hutan-hutan lebat membentang. Namun di hadapan gunung biru itu, semua terlihat kerdil secara ilusi. Gunung ini sendiri tidak berwarna biru, melainkan dikelilingi cahaya biru tak berujung dari dalamnya. Sekilas pandang, gunung ini bagai Gunung Biru!
Memandang gunung biru itu, sorot mata Wang Lin memancarkan ekspresi kompleks. Lama ia terdiam, lalu menghela napas dalam hati. Tubuhnya melesat bagai pelangi membelah angkasa, menyambar ke arah Gunung Biru. Namun sekejap sebelum menyentuh, raut wajaknya berubah drastis. Tubuhnya membeku di udara, hanya berjarak seribu zhang dari gunung itu!
Cahaya biru yang dipancarkan gunung itu, begitu memasuki tubuh, langsung berubah menjadi hambatan tak berujung yang mencegah segala pendekatan!
“Sungguh kuat Larangan dan formasinya!” Wang Lin menatap tajam Gunung Biru itu. Dengan tingkat kultivasi Larangan-nya, ia langsung menyadari semua ini bukan buatan manusia, melainkan akibat cahaya biru dari dalam gunung.
Setelah lama terdiam, mata Wang Lin tiba-tiba berkilat. Seluruh energi Yuan-nya berputar, kekuatan Dewa Kuno menyelimuti. Tubuhnya berubah menjadi meteor yang melesat dengan gemuruh, menerjang masuk ke dalam cahaya biru!
Seiring penetrasinya yang terus-menerus, hambatan itu semakin membesar. Pada akhirnya hampir berubah menjadi tembok tembaga dan besi. Saat Wang Lin mendekat, terdengar gemuruh dahsyat.
Ketika kedua kakinya menginjak kaki Gunung Biru, hambatan seolah menutupi langit. Seluruh tubuh Wang Lin bergema dentuman bergelombang.
Namun semua ini tak bisa menghentikan langkah Wang Lin. Ia mengangkat kepala memandang puncak gunung yang diselubungi kabut dan cahaya biru. Pandangannya memancarkan keteguhan hati, lalu ia melangkahkan kaki mendaki gunung itu.
Gunung biru ini menjulang tinggi ke awan, ujungnya tak terlihat, namun terdapat undakan berkelok-kelok yang membentang dari puncak gunung. Wang Lin melangkahkan kaki di atas undakan, naik selangkah demi selangkah.
Dengan kecepatan ekstrem tanpa henti, ia terus menapaki undakan sambil mengalirkan energi Yuan ke seluruh tubuh. Gemuruh keras bergema dalam tubuhnya saat bertarung melawan hambatan, berkat keteguhan hatinya, ia berhasil menaklukkan hampir tiga puluh persen undakan!
Namun kini, hambatan dari gunung telah mencapai tingkat yang mengguncang langit dan bumi, bagaikan planet kultivasi yang menekan untuk menghentikan langkah Wang Lin. Setiap langkahnya harus menanggung tekanan aura dan hambatan tak berujung. Yang lebih mencengangkan, semakin tinggi ia naik, hambatan tersebut melipatgandakan kekuatannya secara eksponensial!
Waktu perlahan-lahan berlalu. Di puncak gunung biru, dalam gubuk sederhana, Li Qianmei duduk bersila dengan kedua mata terpejam. Seluruh tubuhnya memancarkan cahaya biru bergelombang. Di belakangnya, ayahnya Lanmeng Daozun sesekali menunjuk ke angkasa sambil membentuk mantra dengan jari-jarinya.
Setiap kali ujung jari menyentuh, tubuh Li Qianmei bergetar. Gas Hitam menguar dari tujuh lubang di wajahnya lalu menghilang dalam gubuk.
Di luar gubuk, melodi mistis bergema. Perempuan berbaju merah muda itu duduk di atas batu hijau, meniup seruling dengan lembut. Nada itu mengandung perasaan campur aduk, bergema antara langit dan bumi, meresap ke dalam gubuk dan mencapai Wang Lin yang sedang mendaki di kaki gunung.
Saat melodi itu sampai di telinganya, Wang Lin telah menapaki hampir setengah anak tangga. Ekspresinya penuh kelelahan, mata merah berurai urat darah. Hambatan dari puncak gunung kini tak terkatakan, bagai beberapa planet kultivasi jatuh bersamaan menghujam tubuhnya, membuat setiap langkahnya terasa sangat dahsyat kesulitannya!
Kekuatan Dewa Kuno dalam tubuhnya mengalir bersama energi Yuan, berubah menjadi gelombang kekuatan dahsyat yang meletus dari dalam diri. Kilatan sinar tajam muncul di matanya saat ia kembali mengangkat kaki, terus melangkah tak kenal lelah menuju puncak gunung!
Dentuman bergelombang terdengar dari dalam tubuhnya, keringat deras mengalir bahkan bercampur warna darah - darah di seluruh tubuhnya yang mengalir kencang meletus akibat tekanan aura hambatan.
Perlahan, energi Yuan dalam tubuhnya mencapai batas maksimal. Tarikan napasnya menyedot kekuatan alam semesta yang pekat menyambar masuk, seiring berlalunya waktu, kekuatan Dewa Kuno-nya pun mencapai puncak.
Dua kekuatan ini menopangnya, jarak ke gunung semakin dekat!
Dalam tiga hari, Wang Lin telah menapaki 80% anak tangga. Kini dari posisinya, ujung tangga terlihat jelas bila menengadah. Namun ekspresinya kelelahan ekstrem, dalam tubuhnya berdebar seperti genderang, tekanan tak berujung menyelimuti, seluruh tubuhnya gemetar tak tertahankan.
Samar-samar ia seperti kembali ke masa lalu sebelum berkultivasi, di gerbang Sekte Hengyue menjalani uji masuk. Hambatan dahsyat bagai seluruh langit-bumi menindih, berusaha menghancurkannya dengan paksa!
Yang lebih menakutkan, seiring terus mendaki, bukan hanya hambatan dari atas yang datang, bahkan di bawah kaki juga muncul hambatan, memaksanya mengerahkan separuh tenaga untuk bertahan. Jika tidak, sekali lengah, langsung akan terlempar jauh oleh hambatan dari bawah kaki!
Di bawah tekanan ganda ini, wajah Wang Lin pucat pasi, keringat membasahi jubahnya. Tapi keteguhan hatinya tak goyah. Ia harus mencapai puncak gunung untuk memastikan apakah Li Qianmei sudah bangkit!
Setelah memastikan, ia akan pergi. Tapi sebelum melihat dengan mata sendiri, bahkan langit runtuh bumi terbelah sekalipun takkan mampu menghentikan langkahnya!
"Aku yang mengantar Li Qianmei ke sini, harus melihat sampai akhir!" Wang Lin menggigit gigi hingga mulutnya terasa darah, melangkah lagi ke atas dengan tekad baja!
Semakin dekat, tekanan hambatan itu semakin di luar imajinasi. Setelah memuntahkan beberapa kali darah segar dan pembuluh darah hampir meledak, Wang Lin akhirnya menaklukkan sembilan puluh persen anak tangga!
Di puncak gunung, di dalam gubuk, Lanmeng Daozun membuka matanya. Di hadapannya, Li Qianmei mengeluarkan gas hitam terakhir dari tujuh lubang di wajahnya. Seluruh tubuhnya diselimuti cahaya biru. Wajahnya yang layu cepat pulih. Bulu matanya bergetar halus, lalu perlahan-lahan membuka kedua matanya.
Pintu gubuk didorong terbuka. Perempuan berbaju merah muda itu masuk, pandangannya menyapu sekilas tubuh Li Qianmei. Terlihat bayangan keraguan di matanya. Setelah waktu yang lama, ia berkata lembut: "Dia hampir sampai ke atas... Apakah sebaiknya..."
"Yue'er, pergilah... Katakan padanya, namamu..." Lanmeng Daozun menunduk, memandang kecapi kuno di sampingnya. Jarinya menggesek-gesekkan senar sambil berbisik pelan.
Li Qianmei mengangguk. Perlahan ia berdiri, sorot matanya menunjukkan kebingungan. Saat melangkah keluar gubuk, pandangannya langsung tertuju pada cahaya fajar di kejauhan. Kegelisahan di matanya semakin pekat.
Di bawah hambatan tak berujung, Wang Lin melangkahkan langkah terakhir, menginjakkan kaki di puncak gunung ini, melewati anak tangga terakhir, berdiri tegak di puncak tertinggi!
Di sini, hambatan itu tiba-tiba meledak berubah menjadi auman bisu, menekannya dengan gila-gilaan. Namun tubuhnya bagai patung tak bergerak. Pada sekejap ia menginjak puncak, pandangannya tertumbuk pada Li Qianmei - perempuan yang sedang menatap cahaya fajar pertama di kejauhan. Angin gunung menerpa, jubahnya berkibar-kibar bagai peri turun ke bumi.
Perempuan itu pun perlahan menoleh, menatap Wang Lin.
Pandangan berdua menyatu dalam sekejap mata. Senyum merekah di wajah Wang Lin: Li Qianmei telah bangkit dari tidur!
"Ayah menyuruhku memberitahukan namaku. Aku bernama Lan Yue. Kau... siapa namamu?"
Wang Lin tertegun sejenak, menatap mata Li Qianmei. Setelah waktu yang lama, ekspresi pahit muncul di wajahnya. "Aku bernama Wang Lin..." ujarnya pelan sambil melepaskan perlawanan terhadap hambatan dari segala penjuru. Begitu dilepaskan, hambatan itu bergemuruh menekan, membuat tubuhnya terlempar dengan cepat ke kejauhan.
Jarak antara dirinya dengan perempuan di puncak gunung itu tiba-tiba menjauh tak terhingga. Bahkan pandangan mata pun perlahan terhalang oleh ruang, tak lagi bisa melihat jelas.
"Saling melupakan di tengah sungai dan danau, biarlah... biarlah..." Gejolak batin Wang Lin begitu kompleks, tak terungkapkan. Saat terlempar, ia berbalik tubuh lalu melangkah menjauh.
Kebingungan di mata Lan Yue semakin pekat. Ia merasakan pedih di hati bagai dicekik, seolah seluruh pandangannya berubah menjadi permukaan air. Di bawah sana, ia menyaksikan seekor burung di langit yang kian menjauh.
"Ayah, mengapa saat melihatnya aku merasa sangat familiar, sangat familiar... seolah dia sudah ada dalam ingatanku sejak dulu... sangat penting, sangat penting..." Lan Yue tidak menoleh, berkata lembut.
"Jarak terjauh di dunia ini bukanlah ujung langit dan bumi, bukan pula terpisah Yin-Yang, melainkan melupakan... Waktu yang salah, tempat yang salah, melahirkan emosi yang salah. Dari awal sudah salah... Jika setelah melupakan kalian berdua bisa memulai lagi, Ayah takkan mencegah... Bahkan jika dia terpilih oleh dunia dewa purba, Ayah akan berani bertarung melawan Xianyu untukmu!" Lanmeng Daozun tidak menjawab perkataan Li Qianmei, ia menutup mata sambil membelai kecapi kuno.
"Jarak terjauh... adalah melupakan... Meng'er, kapankah kau akan mengingatku lagi..."
