Awan hitam bergulung-gulung menutupi langit, mencabik-cabik sinar matahari dan melemparkannya ke bawah, melebur dalam air hujan yang remuk berkeping-keping jatuh ke bumi. Hujan deras tiba. Gemuruhnya bagaikan kawanan kuda liar yang berlarian di kejauhan, menghunjam atap rumah, membasahi bumi, serta menerpa setiap pejalan kaki di jalanan.
Dari dalam gubuk, suara plak-plak hujan menghantam atap terdengar jelas. Air hujan mengalir dari tepian atap bagai tirai yang jatuh ke tanah, membentuk tabir hujan yang memancarkan pesona tersendiri.
Terutama rangkaian daun-daun yang tergantung di bawah tepian atap, bergemerisik diterpa hujan. Aliran air hujan itu menyatu sempurna dengan tirai hujan dari tepian atap.
Bumi yang mungkin telah kering terlalu lama langsung ditepuk oleh hujan sehingga debu-debu beterbangan. Namun sebelum debu itu sempat naik tinggi, sudah langsung ditembus oleh tetesan hujan tak berujung yang menghancurkannya berkeping-keping, akhirnya kembali ke bumi dan menjadi bagian lumpur dalam kubangan becek.
Pejalan kaki bergegas, mengenakan jubah jerami, menundukkan kepala dan membungkukkan badan, melintas cepat. Meskipun hujan deras, namun kini telah fajar, tentu harus pergi bekerja.
Beberapa anak kecil merangkak di jendela, mengulurkan tangan menyentuh air hujan, tertawa riang. Suara tawa mereka terdengar jauh dalam hujan ini.
Hujan ini datang karena Wang Lin.
Wang Lin mendorong pintu rumah terbuka, langsung merasakan kelembaban yang membawa tetesan hujan tertiup angin ke wajahnya, menyegarkan. Ia mengangkat kepala memandang langit yang diselimuti hujan, di sana awan hitam bergulung-gulung dan petir mengaum. Saat sedang mengamati, tiba-tiba kilat menyambar cakrawala. Setelah kilat itu, gemuruh guntur seketika bergema dari langit. Awalnya masih seperti dari kejauhan, namun sekejap kemudian seolah berada di samping telinga, gemuruh dahsyat yang membuat anak-anak buru-buru menjauhi jendela.
Wang Lin dengan ekspresi tenang mengangkat kendi anggur, meminumnya sebanyak satu tegukan. Sambil tersenyum, ia memandangi adegan-adegan familiar di dunia fana yang terlihat dalam hujan, terutama sosok anak-anak kecil yang membangkitkan jejak kenangan dalam jiwanya.
Dahulu kala, di rumah kita di Planet Zhuque, ia juga pernah merangkak di jendela, menyaksikan hujan menghujam. Tangannya pun pernah terulur membiarkan rintik hujan mendarat di telapak, disertai tawa riang kekanak-kanakan yang bergema.
"Tanpa terasa... sudah hampir dua ribu tahun berlalu... Kultivator tak merasakan perjalanan waktu. Yang benar-benar mengingat usia sendiri, tak banyak... Kini, aku sudah lupa berapa tepatnya..." Wang Lin menggenggam kendi anggur, meneguk lagi. Sedikit melankolis terpancar di raut wajahnya.
Hawa dingin dalam hujan begitu menusuk tulang, menerpa tubuh Wang Lin dan menyusup ke dalam rumah. Diam sejenak, ia hendak menutup pintu—tiba-tiba ekspresinya berubah. Perlahan mengangkat kepala, pandangannya tertuju ke langit.
Langit masih dipenuhi awan hitam bergulung-gulung, hujan ditumpahkan seperti mengoyak segala pandangan, bahkan mampu menyobek mata. Namun semua ini tak berpengaruh bagi Wang Lin. Ia melihat di balik awan hitam itu, langit cerah sepuluh ribu li, dua cahaya pedang mengaum melintas.
Dalam cahaya pedang itu terdapat sepasang pria-wanita. Pria itu mengenakan jubah biru, rupanya sangat tampan, tingkat kultivasinya juga tak lemah, samar mencapai tahap Mengintip Nirvana. Di sampingnya, perempuan itu bertubuh anggun mengenakan baju warna-warni seperti bulu phoenix, wajahnya cantik jelita dengan aura bangsawan yang menyelimuti.
Di bawah mereka, awan hitam bergulung-gulung. Dari posisi ini melihat ke bawah, bisa jelas terlihat kilat mengaliri lapisan awan, gelegar petir bergemuruh.
"Yue Xuan, kali ini klan mengeluarkan panggilan darurat, pasti ada rencana besar. Tingkat kultivasimu belum cukup, jangan memaksakan diri!"
Perempuan berbaju warna-warni itu memandang pria dengan lembut, berkata lembut: "Aku akan menurutimu. Hanya saja tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi, sampai-sampai Sesepuh klan mengeluarkan panggilan darurat. Hal seperti ini sangat langka."
Ekspresi pria itu menjadi serius. Keraguan yang sama juga muncul di hatinya. Saat hendak berbicara, tiba-tiba ia mengangkat kepala dengan kasar menatap ke kejauhan. Tangan kirinya terangkat menghalangi di depan perempuan itu. Berdua mereka berhenti di udara.
Tiba-tiba semburan angin hitam mengaum dari lapisan awan di kejauhan. Awalnya angin hitam itu menuju ke arah yang sama dengan pasangan pria-wanita tersebut, namun jelas merasakan keberadaan mereka. Dengan gemuruh, ia mengubah arah dan mendekat.
Hanya sekejap mata, angin hitam itu tiba-tiba menyambar mendekat. Dengan sekali lilitan, muncul seorang pemuda berbaju hitam. Ekspresinya dingin. Setelah muncul, pandangannya tertuju pada perempuan bernama Yue Xuan, membisu di tempat.
"Yu... mohon sambutan Saudara Zhou!" Pria yang melindungi pasangan kultivasinya itu pupil matanya menyempit. Ia menyatukan tinju sebagai penghormatan.
“Adik menghadap Kakak Sulung Zhou.” Perempuan berbaju warna-warni itu menunjukkan senyum lembut, berkata pelan.
Pemuda bermarga Zhou berbaju hitam ini raut wajanya terlihat kompleks, menarik kembali pandangannya lalu menatap pria kilat biru di samping Yue Xuan, berkata dingin: "Suku Kilat telah dihancurkan seluruh keluarganya! Sesepuh Besar mereka kalah dan menghilang. Hal ini telah dikonfirmasi oleh Majelis Agung yang mengeluarkan Perintah Bintang Kuno Tai Gu untuk memberitahu semua suku! Pengumpulan darurat kali ini adalah untuk mengumumkan keputusan resmi Majelis Agung!"
Selain itu, Pemimpin Besar Majelis Agung Yun Luo telah mendeduksi teknik langit-bumi dan bintang, menghitung gambar serta tanda spiritual pelaku utama pembunuhan Sesepuh Besar Suku Kilat, lalu menyebarkannya secara terpisah untuk melancarkan Pengejaran Besar Semua Makhluk Kuno!
Masalah ini mengandung risiko terlalu besar. Kemungkinan kita juga harus ikut mencari, bahkan di planet kultivasi ini pun harus diperiksa dengan teliti. Kau, bijaksanalah!"
"Apa?!!" Wajak pria bermarga Yu itu berubah drastis, sorot matanya menunjukkan ketidakpercayaan. Perempuan di sampingnya juga menunjukkan keterkejutan di pandangan mata.
“Berdasarkan rumor, Sesepuh Besar Suku Kilat itu tingkat kultivasinya telah mencapai Lima Kemerosotan Tianren! Hanya kultivator Langkah Ketiga yang bisa memusnahkannya! Jangan-jangan... pembunuh ini adalah ahli Langkah Ketiga!”
“Lagipula seluruh klan Suku Kilat berjumlah ratusan ribu orang dengan banyak ahli sejati, mana mungkin semuanya dimusnahkan sampai tak bersisa!!”
“Apalagi Suku Kilat masih memiliki petir abadi yang konon telah ada sejak era kuno! Hal ini... hal ini...”
Pemuda berbaju hitam itu awalnya hendak berbalik pergi. Mendengar itu, ia menoleh tajam dan berkata dengan dingin: "Detailnya tidak jelas. Tapi keputusan resmi Majelis Agung menyebutkan petir abadi Suku Kilat telah diserap oleh orang itu! Kini seluruh wilayah Tai Gu sedang melakukan pencarian. Majelis Agung bahkan telah mengerahkan para sesepuh untuk mencari orang ini!"
Di bawah awan hitam, di dalam kota yang dihujani rintik, Wang Lin menarik kembali pandangannya dari balik pintu gubuk. Dengan ekspresi tenang, ia menutup pintu dan duduk bersila di sudut ruangan.
Sorot matanya samar-samar memancarkan cahaya, ia bergumam pelan: "Begitu cepat mereka menemukan... Majelis Agung... Sepertinya waktuku tidak banyak lagi, harus segera memurnikan Naga Petir terakhir, lalu meleburkan Petir Tak Musnah itu!"
Wang Lin diam seribu bahasa menutup kedua matanya, seketika menyatu dengan Jiwa Yuan Shen-nya. Di bawah semburan api yang membara, ia mulai memurnikan Naga Petir terakhir itu.
Waktu terus berlalu, hujan di dunia nyata semakin deras. Seluruh langit dan bumi diselimuti awan hitam yang menindih kota, membuat alam semesta menjadi redup.
Bahkan saat tiba tengah hari pun, hanya sedikit cahaya keemasan yang berhasil menembus lapisan awan. Setelah memurnikan hampir sepanjang hari, semburan api dari Jiwa Yuan Shen Wang Lin bergemuruh dahsyat. Di bawah gulungan energi yang tak terbendung, Naga Petir Kuno Tai Gu terakhir itu tak lagi mampu melawan. Dengan jeritan kesakitan, makhluk itu hancur berantakan dan langsung diserap oleh Jiwa Yuan Shen Wang Lin!
Pada momen ini, delapan Naga Petir Kuno Tai Gu telah sepenuhnya melebur dengan Wang Lin, menjadi bagian tak terpisahkan dari dirinya. Dalam sekejap napas, Jiwa Yuan Shen-nya mengembang dengan gila-gilaan. Api di dalamnya menghilang, tergantikan oleh petir tak berujung.
Dari lima inti spiritual dalam tubuhnya, inti petir kini mengembang dengan dahsyat, terus membesar dan menggemparkan langit serta bumi! Perlahan-lahan, wujud Jiwa Yuan Shen Wang Lin tak lagi berupa naga petir, melainkan menjelma menjadi satu sambaran kilat!
Kilat yang menyambung langit dan bumi. Langit adalah kepala Wang Lin, bumi adalah kakinya. Kilat ini menyambung alam semesta dalam tubuhnya, sama seperti petir abadi Suku Kilat—abadi dan takkan pernah padam!
Saat kilat ini terkumpul dan membentuk wujud sempurna, langit di luar bergemuruh hebat. Hujan deras seperti ditumpahkan dari awan, sambaran petir di dalam lapisan awan seakan mengamuk, mengaum dengan keras.
Seluruh planet kultivasi dapat mendengar gemuruh petir menggemparkan yang berasal dari balik awan!
Di kota kekaisaran bagian timur ini, beberapa orang tua yang mengenakan jubah Tao berdiri di sebuah loteng tinggi. Setiap orang dari mereka memiliki tingkat kultivasi yang sepadan dengan Memurnikan Nirvana. Terutama seorang lelaki berambut putih yang tingkat kultivasinya telah mencapai Sui Nie (Menghancurkan Nirvana)!
Mereka semua berdiri di dalam loteng, memandang awan hitam yang bergulung-gulung di langit sambil mendengar gemuruh petir yang dahsyat. Ekspresi setiap orang memancarkan keanehan.
"Hujan ini datang agak tiba-tiba... Dan petir itu juga terlalu keras. Tapi setelah kami menyapu sekilas dengan Shen Shi secara bersama-sama, tidak menemukan jejak apa pun..."
"Mungkin kita terlalu berprasangka." Seorang sesepuh di samping berkata dengan suara berat.
"Ah, bahkan suku besar seperti Shanlei pun mengalami pemusnahan klan. Sesepuh Besar mereka juga menjadi korban. Setelah mendengar hal ini dan menyaksikan petir di depan mata, hatiku selalu berdebar-debar. Mungkin... kita memang terlalu khawatir." Orang tua Sui Nie itu menggelengkan kepala, tak lagi berbicara.
“Siapapun orang itu, di bawah Perintah Bintang Kuno Tai Gu kali ini, selama jejaknya terdeteksi, pasti mati tanpa ampun!”
Di bagian timur planet kultivasi ini, terdapat pegunungan yang membentang tak berujung. Di sinilah gerbang sekte Suku Zhen Yan berada. Berbeda dengan Suku Shanlei yang besar, Zhen Yan hanyalah suku kecil yang menduduki satu planet kultivasi, mirip dengan sekte-sekte dalam dunia utama.
Saat ini, di puncak sebuah gunung dalam wilayah sekte Zhen Yan, berdiri diam-diam seorang berambut putih yang terlihat sangat renta. Ia menatap ke kejauhan, lalu setelah lama terdiam menghela napas pelan dan bergumam, "Mengapa selalu ada firasat malapetaka besar akan menimpa..."
Wang Lin yang menyadari waktu semakin mendesak, segera melepaskan Petir Abadi yang dikurung dalam tubuhnya setelah selesai menyerap delapan Naga Petir Kuno Tai Gu. Begitu bebas, petir itu langsung berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Wang Lin.
Namun di saat ia bergerak, Wang Lin yang telah berubah menjadi jiwa Yuan Shen kilat langsung melesat dengan gemuruh dahsyat, bertabrakan langsung dengan petir abadi itu dan memulai penyerapan yang cepat!
Petir abadi itu bergerak dengan gigih, di dalamnya terkandung sebuah kehendak yang seperti Shen Shi kultivator, terjadilah pertempuran sengit melawan Wang Lin dalam proses penyerapan dan perlawanan ini!
"Bersatu denganku, jadilah bagian dari jiwa Yuan Shen-ku, sempurnakan inti Jalan Petir-ku, di bawah pendampingan petir, hancurkan langit, tingkatkan tingkat kultivasiku!" Shen Shi Wang Lin menyapu sekilas seperti badai, mencabik-cabik segala perlawanan petir abadi itu.
"Sihir Tao... Peleburan!" Sorot mata Wang Lin tiba-tiba terbuka lebar, di pupil mata kanannya dua tanda inti kilat yang berbeda berputar liar, membuatnya terlihat dipenuhi aura misterius saat ini!
