Bab 1389

　　"Selain patung dan Wan Gu Mu Ling, semua harta magisku berasal dari kepala-kepala ini. Selama ratusan tahun, aku tetap berpindah-pindah dengan hati-hati di area luar, tak berani memasuki bagian dalam, apalagi mengetahui apa yang ada di sana. 　　Hingga suatu hari, saat aku bergerak di antara dua serpihan batu raksasa, bertemu dengan kekacauan ruang dalam jumlah besar. Hantamannya membuatku—dengan tingkat kultivasiku—pasti mati. Dalam bahaya, aku terpaksa mundur terburu-buru dan melangkah masuk ke kedalaman sana. 　　Begitu mencapai tepi kedalaman, segera kudengar jeritan melengking bergelombang berdatangan gila-gilaan dari segala penjuru. Suara itu begitu menyentuh telinga, langsung membuat tubuhku gemetar dengan getaran jiwa yang mendalam. 　　Di sana aku tidak berani sembarangan bergerak. Hingga setelah bertahun-tahun baru sedikit berani ingin meninggalkan kedalaman ini, kembali ke area luar. Samar kurasakan, kedalaman ini bukan tempat untukku—jika nekat maju, pasti mati! 　　Tapi tepat saat aku hati-hati ingin pergi, terjebak dalam badai yang membuatku—dalam kondisi luka parah—pingsan. Saat sadar, aku berada di hutan megah yang layu. 　　Hutan itu terlalu besar, tak terlihat ujungnya sekilas pandang. Bahkan saat Shen Shi menyebar, tetap tak bisa menutupi semuanya. Semua pohon yang terlihat mata telah mati kering, tak ada satu pun daun tersisa. 　　Aku berjalan penuh ketakutan di sana, tak tahu berapa tahun berlalu. Kulihat satu-satunya pohon besar yang belum sepenuhnya layu. Di dahan hanya tersisa selembar daun mengering. Inilah daun pertama yang kusaksikan di tempat ini! Daun itu kemudian kuambil... bahkan pohon yang belum layu itu pun kumasukkan ke kantong penyimpanan. 　　Tak tahu di bagian mana hutan misterius ini berada, aku terus melangkah maju. Perlahan, seakan ratusan bahkan ribuan tahun telah berlalu. Semakin jauh ke depan, vegetasi di sekeliling semakin parah kelayuan. Hingga akhirnya, hampir semua yang kusentuh langsung berubah menjadi debu... 　　Hingga suatu hari, aku tiba di pusat hutan ini. Di sana, yang seharusnya merupakan pusat, aku melihat sebuah patung. Pada sekejap mata saat melihat patung itu, timbul dugaan samar dalam hatiku - mungkin justru karena patung inilah seluruh hutan tak bertepi ini menjadi layu dan mati. 　　Kurasakan patung itu adalah harta karun, lalu kucabut patung tersebut. Begitu patung terangkat, seketika muncul pusaran di hadapanku. Pusaran ini identik dengan yang kumasuki dulu. Dalam kegembiraan liar, tanpa ragu-ragu kuterjang masuk ke dalam pusaran. 　　Saat muncul, ternyata berada di sebuah domain bintang asing. Belakangan baru kusadari, aku telah tiba di luar Larangan Fengjie..." Tanlang mengakhiri ceritanya sambil memandang Wang Lin.