Sehari sebelum pemilihan sesepuh Lolosheng Hui, Wang Lin yang ditemani suku Dark Scorpion dan Yun Dun tiba di luar Bintang Kaisar Agung. Saat matanya menatap planet kultivasi aneh di kejauhan, sorot matanya tiba-tiba mengeras.
Bintang Kaisar Agung diselimuti ilusi, terlihat samar-samar seakan dikepung kabut tipis. Namun di dalam kabut ilusif ini, sesekali muncul celah-celah raksasa bagai mulut-mulut tajam mengerikan yang muncul tiba-tiba lalu menyerap segalanya.
Di balik kabut ilusif tersebut, juga terlihat aliran-aliran benang tipis abu-abu yang bergerak mengalir. Jika diamati seksama, benang-benang ini bukanlah benda fisik melainkan terbentuk dari repolusi magnetik yang saling bertolak dan mencabik.
Bahkan sebelum mendekat, Wang Lin sudah merasakan kekuatan yang sangat dahsyat di dalam kabut ilusif itu. Kekuatan ini mampu mencabik langit dan membelah bumi, meluluhlantakkan kemampuan supernatural kultivator serta membuat Magic Treasure collapse total.
Ini bukan ulah manusia maupun efek dari harta magis, melainkan kekuatan langit dan bumi sendiri, kemampuan penciptaan takdir yang maha dahsyat.
Pupil mata Wang Lin menyempit. Setelah mengamati lama, tubuhnya berhenti di tepi luar kabut ilusif tersebut.
Di luar kabut ini, saat ini telah terdapat cukup banyak kultivator. Para kultivator ini berkumpul dalam kelompok puluhan hingga ratusan, tersebar di berbagai lokasi. Banyak yang saling mengenal, sedang berbisik-bisik secara terpisah.
Sekilas terlihat, kultivator-kultivator begitu padat. Kedatangan rombongan Wang Lin segera menarik beberapa Shen Shi. Setelah menyapu sekilas suku Dark Scorpion dan Yun Dun, satu per satu ditarik kembali.
Adapun Wang Lin, dengan tingkat kultivasinya, hanya sedikit yang bisa melihat yang sebenarnya.
Wang Lin dengan raut wajah tetap tenang, memandang ke depan dengan dingin.
"Senior, setiap pemilihan Sesepuh Lolosheng Hui selalu dilaksanakan di Bintang Kaisar Agung. Namun di sini terdapat robekan Yuan Ci yang tak bisa ditembus kultivator. Hanya setelah semua orang tiba, barulah dari dalam akan membuka sebuah koridor untuk semua masuk satu per satu.
Kedatangan kami tidak terlalu terlambat. Tak lama lagi, perkiraanku koridor akan segera dibuka." Kepala Suku Kalajengking Kegelapan berbisik di samping Wang Lin.
Wang Lin mengangguk ringan, pandangannya menyapu sekilas para kultivator di sekitar Bintang Kaisar Agung. Diperkirakan terdapat puluhan ribu kultivator di sini. Meskipun jumlahnya sangat banyak, di tengah luasnya angkasa, mereka tetap terlihat sangat kecil.
"Tak kusangka Suku Yun Dun bisa tertarik pada suku kalajengking yang doyan bersembunyi di liang tanah, bahkan menerima mereka sebagai bawahan. Sungguh menarik!" Tiba-tiba terdengar suara menusuk telinga dari depan. Seorang pria paruh baya berbaju biru melangkah keluar dari rombongan beranggota seribu orang.
Rupa pria ini biasa saja, namun sorot matanya seperti ular berbisa yang menyimpan cahaya dingin. Tanda ular di antara alisnya membuat penampilannya terlihat lebih menyeramkan.
Ejekannya disertai gerakan tubuh yang tiba-tiba berhenti. Sorot matanya menyapu rombongan Wang Lin.
Wajah Kepala Suku Kalajengking Kegelapan di samping Wang Lin berubah. Matanya menatap tajam pria paruh baya itu sambil mendengus pelan.
"Itu adalah Sesepuh Besar Suku Ular Jiwa. Dalam pemilihan sesepuh sebelumnya, Suku Ular Jiwa bertarung dengan Suku Yun Dun tanpa hasil, akhirnya sama-sama gagal terpilih. Kedua suku memang sering berselisih." Kepala Suku Kalajengking Kegelapan berbisik pelan.
Di samping Wang Lin, berdiri Kepala Suku Yun Dun yang mendengar ejekan Sesepuh Besar Suku Ular Jiwa itu. Ekspresinya tetap tenang, menunduk tanpa sepatah kata pun.
"Konon Suku Yun Dun mengundang Tanlang sebagai pemuja. Dengan kehadirannya, pasti kali ini kalian sangat yakin akan memenangkan pemilihan sesepuh! Tapi mengapa tak kulihat Senior Tanlang di antara kalian?" Pria paruh baya itu berbicara perlahan dengan ekspresi samar antara senyum dan skeptis.
Suaranya tidak keras, namun terkandung tingkat kultivasi yang membuatnya bergema ke segala penjuru.
Puluhan ribu kultivator yang berada di sini berasal dari suku-suku kecil di Falling Star. Mereka datang untuk merebut posisi sesepuh Lolosheng Hui. Bisa dikatakan, setiap suku yang memenuhi syarat saling memandang sebagai musuh.
"Dan bisa mendapatkan lebih banyak informasi tentang lawan, atau melihat kedalaman mereka, akan sangat membantu dalam memperoleh posisi sesepuh. Kini mendengar perkataan Sesepuh Besar Suku Ular Jiwa itu, orang-orang dari suku-suku sekitar berduyun-duyun memandang ke arah Suku Yun Dun."
"Nama Tanlang sangat terkenal di Falling Star. Dengan bantuannya pada Suku Yun Dun, cukup untuk membuat suku-suku lain menghormati."
"Lao Fu juga pernah dengar, Rekan Tao Tanlang telah menjadi pemuja Suku Yun Dun. Di masa lalu, Rekan Tao Tanlang pernah membantu Lao Fu, selalu ingin mengunjunginya. Yun Dun Zi, mengapa Rekan Tao Tanlang tidak datang?" Yang berbicara adalah seorang tua berbaju jubah Tao ungu. Raut wajah orang tua ini sedikit pucat, namun suaranya bergema.
Di antara alisnya terdapat tiga tanda berbentuk busur, seperti gelombang air.
“Senior Tanlang ada urusan penting dan telah pergi, tidak akan kembali lagi. Janganlah para senior terus berspekulasi!” Kepala Suku Yun Dun mengangkat kepala, melirik samar ke arah Wang Lin, lalu berbicara dengan nada dingin sebelum menunduk dan diam.
Adegan ini tertangkap oleh orang tua yang sedang berbicara tadi. Seketika pupil matanya menyempit.
"Ini adalah Kepala Suku He, cabang Suku Air dari Lima Elemen. Dia Sesepuh ketiga belas yang sedang menjabat di Lolosheng Hui!" Kepala Suku Kalajengking Kegelapan berbisik di samping Wang Lin.
Wang Lin dengan ekspresi tenang mengangguk ringan.
"Siapa yang berani menyebut-nyebut namaku?!" Suara Kepala Suku He yang juga Sesepuh ke-13 Lolosheng Hui mendadak membeku. Matanya berkilat seperti kilat, langsung tertuju pada Wang Lin dan Kepala Suku Kalajengking Kegelapan.
"Dasar orang dari Suku Kalajengking kecil! Melihat senior seperti ini, mengapa tidak segera bersujud?!" Tatapan Kepala Suku He berkilat. Meski ucapannya perlahan, pandangannya tetap tertancap pada Wang Lin.
“Kepala Suku Kalajengking Kegelapan seketika berubah raut wajak. Di hadapan begitu banyak kultivator suku kita, ia berani menggunakan nama Sesepuh Lolosheng Hui untuk memaksaku bersujud! Perkataan semacam ini jelas merupakan penghinaan besar!”
Masalah di sini segera menarik perhatian kultivator di sekitarnya. Mereka berduyun-duyun mengarahkan pandangan penuh keingintahuan, menanti pertunjukan.
Pria paruh baya dari Suku Ular Arwah tersenyum sinis sambil menggelengkan kepala: "Suku kecil seperti Kalajengking, meski ingin memanjat tangga sosial, harus lebih hati-hati memilih patron. Mengikuti Suku Yun Dun jelas keputusan bodoh. Tapi tak bisa disalahkan - kalian yang hidup di gua gelap memang kaum berpandangan sempit."
"Tidak mau mendekat? Baiklah! Kau - mendekatlah ke sini! Bersujud!" teriak Sesepuh Ketiga Belas Lolosheng Hui yang juga Kepala Suku Chuan He itu. Tangan kanannya menepuk, jari telunjuk langsung menuding Wang Lin.
Begitu kata-katanya meluncur, raut wajah Kepala Suku Kalajengking Kegelapan segera pulih. Bibirnya menyunggingkan ejekan. Bukan hanya dia, bahkan Kepala Suku Yun Dun yang tadinya menunduk pun mengangkat kepala. Sorot matanya memancarkan celaan serta seberkas kesombongan yang tersembunyi dalam.
Wang Lin tersenyum, menatap orang tua yang berbicara tadi. Dengan perlahan ia berkata: "Namamu... tidak bisa disebutkan?"
Sorot mata Sesepuh Ketiga Belas Lolosheng Hui berkilat. Ia baru saja melihat Kepala Suku Yun Dun menyapu sekilas pandangannya secara samar ke arah Wang Lin. Dari posisi berdiri sang kepala suku, samar-samar menunjukkan penghormatan pada pria ini. Karena itulah ia memutuskan untuk angkat bicara.
Sebagai Sesepuh Ketiga Belas Lolosheng Hui, dalam seleksi ulang kali ini demi bisa melanjutkan masa jabatan, ia harus memperkuat wibawa. Meskipun suku Kalajengking Kegelapan kecil, suku Yun Dun tidak lemah. Apalagi dengan reputasi Tanlang yang diangkat sebagai dipuja, pilihan tepat untuk menunjukkan kewibawaannya.
Di mata orang tua ini, Wang Lin pasti adalah orang yang dikirim oleh Tanlang yang belum datang. Menggunakan Wang Lin untuk memperkuat wibawa sama seperti menggunakan Tanlang! Namun sorot mata penuh ejekan dari kedua kepala suku Yun Dun dan Dark Scorpion membuat hati orang tua ini merasakan seberkas kecemasan.
"Orang ini pasti utusan Tanlang. Meski Tanlang kuat, saat ini aku masih sesepuh Lolosheng Hui, tak perlu takut!" Pikirnya, orang tua itu mendengus keras dan bersuara berat:
"Hanya yang berkualifikasi yang berhak mengucapkannya. Pertanyaannya, apakah kau memiliki kualifikasi itu?"
Seluruh sesepuh dan kepala suku dari berbagai klan di sekeliling lokasi ini semuanya adalah orang-orang licik. Menyaksikan adegan ini, mereka mulai membuat teori berbeda. Seperti yang dipikirkan sesepuh Lolosheng Hui, kebanyakan menyimpulkan bahwa Wang Lin dikirim oleh Tanlang.
“Kau tampaknya bukan anggota suku Falling Star, sebaiknya cepatlah bersujud. Ketahuilah, bahkan majikanmu Tanlang sekalipun, dalam situasi seperti ini hanya bisa bersujud.” Sesepuh Besar Suku Ular Jiwa itu matanya berkilauan, perseteruan ini memang sengaja ia picu. Ia sangat menikmati melihat Suku Yun Dun menjadi sasaran pembuktian wibawa Sesepuh Tiga Belas.
"Kualifikasi..." Wang Lin tersenyum.
"Siapa yang berani mengatakan Senior tidak punya kualifikasi itu!" Geraman rendah tiba-tiba menggema dari kejauhan. Gemuruh mengaum yang menggemparkan langit, terlihat aliran-aliran cahaya panjang membawa ribuan kultivator melesat dari angkasa jauh, menyambar ke lokasi ini.
Di barisan terdepan seorang pemuda, di sampingnya beberapa sesepuh yang telah mencapai Kemerosotan Langit-Manusia. Ekspedisi mereka menggetarkan angkasa, tiba dalam sekejap napas dan berdiri di samping rombongan Wang Lin.
Pemuda itu segera maju, membungkuk dalam-dalam ke arah Wang Lin sambil menyatukan tinju dan mengangkat kepala dengan sikap sangat hormat. "Junior Kepala Suku Suku Zirah Naga, menghormat pada Senior!" serunya lantang.
Di belakangnya, dari ribuan anggota Suku Longjia, semua kultivator dengan kekuatan besar, seluruhnya menunjukkan ekspresi hormat dengan ketakutan tersirat, serempak menyatukan tinju dan bersujud seraya berkata: "Kami menghormat pada Senior."
Pemandangan ini disaksikan oleh semua kultivator di lokasi, membuat ekspresi mereka berubah seketika.
"Suku Longjia!!"
"Suku Longjia milik Sesepuh Kesembilan!"
"Beredar kabar bahwa Kepala Suku Longjia yang juga Sesepuh Kesembilan Lui Sheng Hui diberhentikan beberapa bulan lalu, dan Suku Longjia telah memilih kepala suku baru!"
"Meski kabar ini tersebar luas, alasan pemberhentian Sesepuh Kesembilan tersebut tetap menjadi rahasia yang dijaga ketat, hanya segelintir orang yang mengetahuinya!"
"Meski jumlah anggota Suku Longjia tidak banyak, mereka sangat kuat. Di antara 372 suku di wilayah Terjatuh kita, bisa menempati 10 besar!"
"Siapa sebenarnya orang ini, sampai bisa membuat Suku Longjia memberi hormat?"
"Mungkinkah ia tidak ada hubungannya dengan Tanlang?"
Pria paruh baya dari Suku Hun She tertegun, sorot matanya tiba-tiba memancarkan kilatan sinar tajam. Sedangkan orang tua dari Suku Chuan He, raut wajanya langsung menjadi muram. Ia menatap tajam Wang Lin, lalu memandang anggota Suku Longjia yang menunjukkan ketakutan di mata mereka. Tiba-tiba sebuah teori mengerikan muncul di hatinya.
Teori ini langsung membuat orang tua itu menggigil seperti disiram air dingin. Sorot matanya menunjukkan rasa ngeri, terguncang, dan sedikit ketidakpercayaan.
"Tidak mungkin seperti itu... pasti aku terlalu banyak berpikir!"
Saat itu juga, kabut ilusif hasil sobekan Yuan Ci di luar Bintang Kaisar Agung tiba-tiba bergulung-gulung. Gemuruh bergelombang terdengar sayap dari dalam, menyebar ke segala arah. Tiba-tiba, sebuah koridor terkoyak dari kabut kehampaan itu, menyembul dengan kasar hingga terbuka sepenuhnya!
Dari dalam koridor, keluar puluhan kultivator dengan ekspresi dingin. Pemimpinnya tak lain adalah Utusan Kaisar Agung yang sebelumnya muncul di planet kultivasi Suku Longjia. Setelah muncul, pria ini sama sekali tidak mempedulikan orang-orang di sekitarnya dan langsung menyambar ke arah Wang Lin.
Melihat pemandangan ini, Tiga Belas Sesepuh itu merasa jiwa mereka serasa terhenti.
