Dalam proses mundur, pandangan Wang Lin tajam bagai obor, terus menatap kura-kura raksasa yang perlahan menghilang hingga akhirnya binatang itu sirna sepenuhnya. Sorot matanya memancarkan warna kegembiraan liar.
"Tak kusangka di Bintang Kaisar ini ternyata ada Larangan Arwah Kuno!!" Wang Lin menarik napas dalam-dalam, butuh waktu lama untuk meredakan gejolak di hatinya. Sungguh mustahil baginya untuk tidak bersemangat.
Seandainya bisa menguasai keempat Larangan Besar dan meleburnya, ditambah kesempatan langka ini, mungkin ia akan memahami inti Larangan. Jika benar berhasil, inti spiritual Wang Lin tak lagi lima jalan, melainkan... enam jalan!!
Inti enam jalan!
Kabar semacam ini bila tersiar, cukup membuat semua kultivator terpana. Bahkan para ahli Langkah Ketiga yang angkuh pun akan merasa ngeri. Semakin dalam pemahaman seseorang tentang inti spiritual, semakin mereka sadar makna di balik enam jalan ini!
Lima inti spiritual saja sudah sangat dahsyat. Apalagi jika bertambah satu lagi, pasti akan mengguncang langit! Namun di sisi lain, menyempurnakan keenam inti sekaligus kesulitannya melonjak berlipat-lipat.
Wang Lin menarik napas lega, tanpa sadar menjilat bibirnya.
"Larangan Penghancuran, Larangan Hidup-Mati, Larangan Waktu semuanya sudah kudapatkan. Meski belum punya banyak waktu untuk deduksi, tapi jika bisa mempelajari Larangan Arwah Kuno ini, Empat Larangan Besarku akan benar-benar utuh... Saat itu tiba..."
Jantung Wang Lin berdegup kencang. Takdir ini benar-benar di luar dugaan, turun tiba-tiba saat ia sama sekali tidak punya persiapan mental.
Matanya berkilat. Setelah waktu lama, akhirnya ia berhasil menekan semangatnya sepenuhnya.
"Siapa sebenarnya Kaisar Agung ini? Bisakah menggunakan Larangan Arwah Kuno untuk menyusun larangan arena pertandingan..." Rasa takutnya pada Kaisar misterius itu semakin dalam.
"Dia sengaja membiarkanku masuk lebih dulu... Apakah semua ini sudah direncanakannya? Apakah dia tahu aku pasti akan tertarik oleh larangan ini..." Wang Lin diam. Semakin dianalisis, semangatnya justru semakin menghilang.
“Bintang Kaisar Agung ini, di mana-mana terasa iblis... Tidak ada lapisan angin kencang, vegetasi aneh, juga ada Larangan Arwah Kuno...” Tubuh Wang Lin limbung, seluruh tubuhnya mendarat di area barat laut dengan vegetasi langka di permukaan bumi.
Permukaan tanah berwarna abu-abu, setelah mendarat Wang Lin segera merendahkan tubuhnya, tangan kanan menggenggam segenggam tanah, menatapnya lama dengan ekspresi yang semakin muram.
Tiba-tiba, di langit jauh terdengar cahaya panjang mengaum, ternyata beberapa Utusan Kaisar Agung itu membawa sejumlah kultivator datang setelah Wang Lin.
Wang Lin mengangkat kepala melirik, berbalik lalu melangkah mantap, siluetnya menghilang. Saat muncul kembali, dia telah berada di bagian timur Bintang Kaisar Agung, di tengah vegetasi tak berujung yang menyelimuti, tepat di atas daun raksasa.
Di sana Wang Lin duduk bersila, menatap tanah abu-abu di tangannya dengan kening berkerut.
“Tanah ini terlihat biasa, tapi aku selalu merasa ada yang tidak beres...” Wang Lin merenung dengan mata terpejam, perlahan terbayang dalam benaknya peristiwa saat Tian Ni pernah terbuka. Saat itu, satu kaki setengahnya menginjak ke dalam, berubah menjadi kabut chaos, melayang-layang dalam kehampaan, hingga akhirnya menjadi sebuah planet kultivasi.
Pemandangan ini terekam sangat jelas dalam ingatan Wang Lin. Pengalaman itu pula yang memberinya pemahaman samar tentang banyak hal.
Ia ingat betul, setelah berubah menjadi planet kultivasi, ia menghabiskan tak terhitung tahun. Letusan gunung berapi di inti planet memuntahkan materi yang menyelimuti seluruh permukaan. Seiring waktu, materi tersebut terkikis angin, menjadi butiran-butiran yang akhirnya membentuk tanah.
Dari tanah ini pun lahir vegetasi paling primitif. Dalam siklus kematian dan kelahiran yang berulang, tanah perlahan memperoleh nyawa, menyatu menjadi satu entitas dengan kehidupan seluruh planet kultivasi.
“Planet kultivasi di angkasa ini, pada masa awal kelahirannya, tidak memiliki tanah... Tanah terbentuk secara bertahap melalui gelombang-gelombang berikutnya... Artinya, jika tanah memiliki umur, maka usia mereka tidak merata dan lebih muda dari usia planet kultivasi itu sendiri.”
Wang Lin tiba-tiba membuka matanya, menunjukkan kilau aneh sambil menatap tajam tanah di tangannya. Setelah waktu yang lama, ia berkata lirih: "Aliran Bulan..."
Aura waktu tiba-tiba menyebar dari tubuhnya, menyelimuti tanah di tangan tersebut. Waktu berlalu, seakan ingin mengejar hari kelahiran tanah itu.
Hanya saja hari kelahiran tanah ini sudah terlalu jauh dari masa kini. Dengan tingkat kultivasi Wang Lin, mustahil untuk melacak secara utuh. Namun, ia bisa merasakan secara garis besar beberapa jejak petunjuk.
Setelah waktu lama, Wang Lin menggerakkan tangan kanannya. Tanah tersebut berpencar ke sekeliling. Tubuhnya bergerak seketika muncul di bawah vegetasi, menggenggam segenggam tanah di bawah tanaman itu, lalu kembali melakukan jurus Aliran Bulan.
Setelah lama, Wang Lin melepas tanah di tangannya, membiarkannya jatuh, sorot mata menunjukkan pencerahan.
"Tanah ini, jika terbentuk secara alami, seharusnya memiliki waktu kelahiran yang berbeda-beda, ada urutan... Tapi tanah di sini justru tercipta bersamaan, memiliki umur yang identik!! Hal seperti ini hanya ada dua penjelasan!
Pertama, gunung berapi di planet kultivasi ini pada zaman purba setelah kelahiran planet, meletus bersamaan, menghancurkan segalanya dan membentuk tanah... Tapi ini agak tidak masuk akal, sebab vegetasi primordial yang memberi kehidupan pada tanah mustahil muncul dan mati bersamaan...
Jika teori ini tidak valid, maka hanya satu penjelasan tersisa... Segala sesuatu di sini adalah buatan manusia, diciptakan di masa lampau dengan kemampuan supernatural besar!" Wang Lin menarik napas dalam-dalam. Sebagai kultivator dengan kekuatan besar, ia bisa membayangkan betapa dahsyatnya tingkat kultivasi yang dibutuhkan untuk menciptakan planet kultivasi dari angkasa - sesuatu yang di luar imajinasi!
Dalam keheningan, Wang Lin menggelengkan kepala. Bahkan dirinya sendiri sulit mempercayai teorinya. Tanpa disadarinya, jika dugaan ini sampai diketahui orang, pasti akan menimbulkan keguncangan hebat.
Jarang ada kultivator yang mampu menganalisis begitu banyak hal hanya dari petunjuk kecil seperti tanah. Kalaupun ada yang mampu, tanpa memahami seluruh proses dari kelahiran hingga kehancuran planet kultivasi, mustahil melakukan analisis semacam ini.
Hingga saat ini, Wang Lin adalah orang pertama dalam sejarah yang berhasil mengungkap asal-usul planet kultivasi dari material tanah!
Andai sang Kaisar Agung misterius itu mengetahui hal ini, pastilah ia akan terkejut bukan main. Bahkan menurut persepsinya, pencapaian ini lebih menggetarkan daripada kemampuan Wang Lin dalam penciptaan bintang!
Di antara para kultivator, selain perbedaan tingkat kultivasi, terdapat pula pemahaman akan Dao. Pada hakikatnya, Dao merupakan logika universal. Mereka yang memahami berbagai prinsip ini dan menguasai hukum sebab-akibat, ditambah dengan tingkat kultivasi yang mumpuni, akan mencapai tingkat mengerikan yang sulit dipercaya!
Membersihkan tanah, Wang Lin diam sejenak, lalu berbaring di atas daun besar ini. Memandang langit kelabu, sorot matanya menunjukkan renungan. Ia adalah seseorang yang gemar merenung, dan justru karena perenungan inilah ia bisa bertahan melewati berbagai bahaya sepanjang hidupnya sampai saat ini.
Terhadap Yun Luo Dasi dari Majelis Agung dan Simozi, meskipun kata-kata Wang Lin terdengar angkuh, namun di dalam hati ia sangat berhati-hati. Ia tak memahami tujuan Kaisar Agung, namun hal ini tidak menghalanginya untuk meminjam pengaruh sang Kaisar Agung sebagai bagian dari kekuatannya.
Praktik semacam ini sangat berguna di Dunia Kultivasi yang kejam. Hanya mereka yang paham cara meminjam momentumlah yang bisa menemukan hasil dan tujuan yang diinginkan di tanah asing yang penuh liku-liku ini.
Di kejauhan, langit saat ini terus-menerus diterangi aliran-aliran cahaya panjang yang muncul sesaat. Perlahan, semakin banyak orang memasuki Bintang Kaisar Agung. Wang Lin yang masih berbaring itu mengamati cahaya-cahaya yang menjauh, sementara tangan kanannya perlahan-lahan mengusap daun raksasa di bawahnya.
Pada saat itu, tiba-tiba ekspresinya berubah. Ia menatap tangan kanannya. Sejenak sebelumnya, ia samar-samar merasakan saat jari-jarinya menggesek permukaan daun, seberkas energi Yuan yang sangat lemah dalam tubuhnya lepas kendali dari tangan kanan, terserap masuk ke dalam daun tersebut.
Namun setelah diperiksa dengan cermat, tak ditemukan apapun. Seolah-olah fragmen kejadian tadi hanyalah ilusi semata.
Wang Lin berdiri, mata berkilat. Meski tak menemukan sesuatu, perasaan gemetar ketakutan terus menyelimuti jiwanya. Merenung sejenak, tubuhnya melesat ke udara dan mendarat di ketinggian, memandang ke bawah.
Vegetasi tak berujung di bumi bergoyang tak beraturan tertiup angin...
"Bintang Kaisar Agung ini penuh dengan mistis di setiap sudut..." Wang Lin enggan kembali menginjak daun-daun raksasa. Tubuhnya berubah menjadi cahaya panjang melesat melintasi planet ini, sementara Shen Shi-nya menyebar dengan hati-hati untuk mengamati secara intensif.
Cuaca perlahan gelap, hanya aliran-aliran cahaya panjang sesekali berkilauan di ufuk langit. Wang Lin dengan kecepatan sengaja ditahan, pada senja hari ia melihat sebuah danau yang dikelilingi vegetasi tak terhitung, serta seorang orang tua berjubah putih!
Orang tua itu duduk di tepi danau, memegang tongkat pancing sambil memancing. Di sampingnya terdapat sebuah kendi anggur.
Kedua mata Wang Lin mengeraskan pandangan—ini adalah pertama kalinya ia bertemu manusia selain Utusan Kaisar Agung dan aliran-aliran cahaya panjang di tempat ini. Setelah merenung sejenak, ia perlahan mendarat dan berdiri di belakang orang tua itu alih-alih pergi.
Orang tua tersebut tidak menghiraukannya, tetap duduk memandangi permukaan danau.
Wang Lin duduk bersila di sampingnya, sama-sama tak membuka mulut. Sekeliling sunyi senyap, hanya suara pecah angkasa samar-samar bergelombang dari arah barat laut yang menyatu sempurna dengan kedamaian tempat ini, sama sekali tak menimbulkan hiruk-pikuk.
Air danau sangat jernih, sekilas pandang meskipun tak bisa melihat dasar, namun secara garis besar tetap terlihat jelas bahwa di bawah permukaan ini, tak ada ikan.
Seorang tua dan seorang muda, berdua duduk mengapit kendi anggur. Waktu berlalu perlahan-lahan, perlahan cuaca pun gelap sepenuhnya, sebuah rembulan perlahan muncul di langit.
Angin sepoi-sepoi berhembus, menggoyangkan vegetasi di sekeliling danau, menimbulkan suara gemerisik, namun tak merusak kedamaian di sini.
Permukaan danau beriak-riak halus saat dielus angin lembut, seakan menjatuhkan rembulan dari langit, menyembunyikannya dalam-dasar di balik air. Memandangi permukaan danau, samar-samar membuat orang kebingungan menentukan, di manakah sang rembulan...
Rembulan yang mungkin tergantung di langit atau terkubur di pusat danau, di bawah ketenangan sekelilingnya, memamerkan gambar yang sangat dahsyat. Dalam lingkungan seperti ini, hati Wang Lin yang kelelahan sejak tiba di Bintang Kuno Tai Gu pun perlahan rileks.
"Kau, minum arak?" Tak terasa berapa lama, suara parau pria tua itu berdatangan dari kejauhan.
