Memandang kabut merah, senyum mengembang di bibir sarjana itu. Sifat hati-hatinya yang melekat, licik seperti rubah, bahkan di Bintang Kuno Tai Gu pun dijuluki 'Rubah Strategi'.
Meskipun tingkat kultivasinya hanya mencapai kondisi kemerosotan ketiga Surga-Manusia, ia selalu yakin bahwa skema liciknya bisa memulihkan segalanya. Kenyataannya memang demikian - dalam banyak kesempatan, dengan mengandalkan karakter liciknya, ia berhasil bermanuver di antara hidup dan mati, hingga akhirnya menjadi pemenang.
Kali ini, dalam menghitung harta karun Lingdong Shangren yang ingin direbutnya, ia justru lebih berhati-hati.
Sekali pura-pura mati masih belum membuatnya tenang. Maka ia terlebih dahulu menggunakan kepingan giok untuk menghentikan aliran sistem Larangan kabut, yang setara dengan membuka pintu gerbang kabut itu. Kemudian ia berpura-pura mati lagi. Jika ada orang lain yang bersembunyi di sini seperti dirinya, pasti takkan melewatkan kesempatan untuk menerjang keluar.
Begitu ada yang benar-benar muncul dan memasuki kabut dalam sekejap mata, sarjana paruh baya ini akan segera mengembangkan perlawanan, menjebak lawannya dengan paksa di dalam kabut.
Lebih dari itu, pria ini sangat yakin akan teknik pura-pura matinya. Di masa muda, ia pernah mengalami keajaiban dimana mempelajari kemampuan supernatural yang bisa membuatnya benar-benar seperti mayat, bahkan sampai Jiwa Yuan Shen-nya mengalami collapse total. Orang luar sama sekali tak bisa membedakan antara nyata dan ilusi.
Ditambah lagi penampilan membusuk yang sengaja ia buat, membuat ilusinya semakin nyata!
Di momen ini, sang sarjana paruh baya telah sepenuhnya tenang. Di hadapan kabut merah, tangan kanannya menggerakkan mantra. Seketika kabut itu bergerak-gerak mundur, memperlihatkan sembilan kepingan giok. Dengan jarinya ia mengetuk-ngetuk kepingan giok itu. Enam di antaranya langsung hancur berantakan berubah menjadi debu hitam yang menghilang. Kabut kembali membeku seakan diam total.
Dari sembilan kepingan giok ini, enam ternyata adalah objek pembunuhan belaka, sama sekali tidak terkait dengan mekanisme penghentian sistem Larangan.
Wajahnya memancarkan ekspresi kesombongan ekstrem. Sarjana itu menarik napas dalam-dalam, lalu tubuhnya melangkah masuk ke dalam struktur seperti pintu yang dibentuk tiga kepingan giok tersisa.
Seluruh jiwanya terkonsentrasi pada ritual ini. Tangan kanannya membentuk mantra dan melakukan perhitungan, lalu mengetuk-ngetuk kabut beku di depannya. Perlahan-lahan kabut itu terkoyak oleh kekuatan mantranya.
Tak lama kemudian, lapisan demi lapisan kabut itu berhasil diangkatnya, perlahan menembus semakin dalam. Sorot mata sarjana paruh baya itu memancarkan kegembiraan, tangan kanannya kembali menunjuk. Namun tepat saat ujung jarinya hendak menyentuh, bibirnya tiba-tiba berkedut tanpa sadar, menunjukkan senyum iblis yang ekstrem.
Begitu senyum itu muncul, wajak sarjana itu berubah drastis. Ia mundur kasar, tangan kanan mengusap wajak, sorot matanya dipenuhi ketakutan.
Tapi senyum iblis itu tetap membeku di wajaknya, kontras tajam dengan kengerian yang terpancar dari matanya!
"Tidak mungkin... Tidak mungkin..." Tubuh sarjana itu gemetar, ketakutan di matanya telah mencapai puncak. Senyum di wajaknya justru semakin berkilauan!
Dengan gila-gilaan ia mengangkat kedua tangan, terus-menerus meremas wajaknya sendiri seolah ingin menghapus senyum itu. Namun senyum iblis itu tetap bertahan, malah semakin pekat menguat.
Darah segar mengalir dari mulutnya, namun ia seakan tak menyadarinya, terus menggosok wajahnya dengan gila-gilaan. Sayangnya, semua sia-sia belaka...
"Bagaimana mungkin ini terjadi!!!" Jerit kesakitan sarjana paruh baya itu terdengar dari senyuman iblis di wajahnya. Perlahan, ia tak lagi mampu menahan gelak itu, hingga akhirnya tertawa terbahak-bahak ke langit.
Hanya matanya yang memancarkan ketakutan seperti air pasang, menyapu seluruh keberaniannya.
"Jangan tertawa, jangan tertawa!!!" Dalam gelak histeris, tubuhnya mundur terpental. Namun baru beberapa zhang, seluruh badannya gemuruh hebat. Ia memuntahkan semburan darah, mata redup, hingga akhirnya seluruh kilau spiritualnya punah. Tubuhnya jatuh membentur bumi dengan bunyi 'bum'.
Di wajahnya, senyuman iblis itu tetap membeku, seakan masih menatap langit...
Jiwa Yuan Shen-nya dalam tubuh juga menunjukkan senyuman serupa, menandai ajal total...
Larangan Hidup-Mati!
Di atas tanah sepi, kilatan cahaya hitam muncul. Wang Lin dengan raut tenang melangkah keluar dari sistem Larangan itu.
Pria paruh baya sebelumnya yang bergerak dalam kabut merah, semua Larangan yang ditembakkannya tidak dapat dipahami orang luar. Bahkan ahli Larangan sekalipun sulit melihat jejaknya. Jika bukan karena Wang Lin menguasai tiga dari Empat Larangan dan memiliki kemahiran luar biasa dalam Larangan, ia pun takkan bisa menyadari masalahnya.
Larangan yang ditembakkan sendiri oleh pria ini memang bertujuan membongkar. Namun ketika kombinasi Larangan yang tak terhitung ini bersatu, secara iblis berbalik arah. Alih-alih membongkar Larangan kabut merah, malah menjadi kekuatan pemicu!
Ia akhirnya meminjam serangan warisan dari Lingdong Shangren untuk sepenuhnya mengaktifkan Larangan kabut merah ini, meledakkannya beberapa kali lipat dalam upaya membunuh semua orang yang mengusik tempat ini.
Untuk menghindari kecurigaan, ia menjadi penguji bahaya dengan cara tak diketahui menyembunyikan diri dalam kabut sambil mengeluarkan jeritan menyayat hati, membuat semua orang menyimpulkan ia telah mati.
Berhasil membunuh sebagian besar orang di sini dan mengusir sisanya, bahkan dengan menyebarnya kabut merah yang menyebabkan semua celah di cakrawala area segel ini hancur berantakan, membuat orang tak bisa masuk melalui celah itu lagi. Kini hanya tersisa dia seorang di tempat ini!
Rencana licik ini, keberanian seperti ini, pantas disebut Manusia Unggulan!
Wang Lin menatap mayat dengan senyum iblis di depannya. Tangan kanannya menepuk mayat itu, *gemuruh*! Jasad itu collapse total berubah menjadi abu yang menghilang.
"Dengan begini, meski kau masih berpura-pura mati, tak mungkin bangkit kembali!" Sejak awal dia sudah melihat jejak kecurigaan, lalu memanfaatkan situasi dengan meninggalkan larangan bertipe transmigrasi penentuan lokasi di sini.
Dengan tingkat kultivasinya, menaruh larangan tak perlu khawatir ketahuan. Meski sempat meninggalkan melalui celah cakrawala, sekejap mata dia sudah teleportasi kembali menggunakan larangan itu.
Sarjana paruh baya ini bukan mati karena ulahnya, tapi karena gagal melihat bahwa dalam kabut merah selain Larangan Arwah Kuno dan Larangan Waktu, ada juga Larangan Hidup-Mati!
"Mengenai adegan pingsan palsu kultivator sebelumnya, Wang Lin tentu melihatnya. Hanya saja, trik seperti ini tak berpengaruh padanya!"
Memindahkan pandangan dari mayat sarjana paruh baya itu, Wang Lin melangkah maju mendekati Larangan kabut merah. Larangan sederhana ini telah merenggut banyak nyawa, membuatnya kembali merasakan kekejaman dunia kultivasi.
Memandang tiga kepingan giok yang telah menghentikan kabut merah, Wang Lin perlahan memasuki area tersebut. Berdiri di tempat sebelumnya sang sarjana, matanya berkilat dengan deduksi yang saling menjalin cepat.
"Benar ini Larangan Hidup-Mati..." Setelah lama, tangan kanan Wang Lin menunjuk cepat ke depan. Dentuman ringan terdengar saat kabut yang semula diam mulai berputar membentuk pusaran merah.
Dalam pusaran merah ini, samar muncul garis hitam yang bergulat dengan warna merah, menciptakan kontras yang mencolok.
Pembongkaran Larangan Hidup-Mati terletak pada pencarian seberkas harapan dalam kematian. Jika bisa menemukan dan mencabut nyawa ini, Larangan Hidup-Mati akan hancur. Namun bagi kultivator yang tidak memahami Larangan Hidup-Mati, mustahil untuk melakukan pencabutan nyawa ini!
Sorot mata Wang Lin tak berkedip. Setelah mengamati sesaat, tangan kanannya cepat-cepat membentuk mantra. Sekejap mata, sebuah larangan muncul di tangannya. Menarik napas dalam-dalam, Wang Lin dengan sangat hati-hati menekan larangan tersebut perlahan-lahan ke arah pusaran kabut merah!
Bunyi bum bum tiba-tiba bergema. Pusaran kabut itu membeku sesaat, menyerap larangan Wang Lin. Garis hitam di dalamnya semakin jelas. Kilatan mata Wang Lin, tanpa keraguan sedikitpun langsung menyelam ke dalam pusaran, mencengkeram garis hitam lalu menarik dengan kasar ke luar.
Garis hitam itu gemuruh terdengar saat sepenuhnya dicabut oleh Wang Lin, bagai seekor ular panjang yang terdistorsi, menghilang di tangan Wang Lin. Selanjutnya, pusaran kabut merah itu collapse total, bagai air mendidih yang ditumpahkan ke salju, menghilang dalam area luas, menunjukkan sebuah koridor yang sangat panjang, seolah terhubung dengan platform seribu zhang di dalam kabut!
"Masih ada..." Saat koridor itu muncul, sorot mata Wang Lin tiba-tiba mengkerut, namun dalam sekejap kembali normal, ekspresinya tidak menunjukkan sedikitpun jejak. Kegembiraan liar sekilas terlihat sebelum cepat ditekan, tubuhnya tanpa jeda langsung menerjang masuk ke koridor.
"Berdiri di situ!" Tepat saat Wang Lin hendak menerjang masuk, suara dingin yang penuh kebencian tiba-tiba menggema di antara langit dan bumi.
“Sungguh sebuah permainan belalang sembah menangkap jangkrik, burung pipit menunggu di belakang!” Saat suara itu bergema, di luar kabut langit, muncul perlahan-lahan siluet samar yang semakin jelas—tak lain adalah Lingdong Shangren yang kakinya sudah setengah melangkah ke Langkah Ketiga! Di belakangnya, platform 2.000 zhang ikut menampakkan diri.
Saat ini, wajahnya tanpa ekspresi sukacita maupun duka, tak tersisa sedikitpun kesan kekanak-kanakan sebelumnya. Di sorot matanya, kilatan sindiran menyelubungi.
Tubuh Wang Lin bergetar, ia berbalik perlahan dengan ekspresi yang sangat suram. Memandang Lingdong Shangren di belakangnya, ia tersenyum getir sementara kepanikan terpancar dari matanya.
"Jun... junior memberi hormat pada Shangren..." Wang Lin menyatukan tinju, tubuhnya diam-diam bersiap melangkah mundur selangkah.
"Kau berani menjejakkan kaki, Lao Fu akan membunuhmu!" Suara mengerikan Lingdong Shangren mengguruh.
"Perhitungan Shangren tak pernah meleset, semuanya tersimpan rapi di hati. Junior sungguh kagum!" Langkah Wang Lin membeku, kepahitan di wajahnya semakin pekat. Sorot panik di matanya dipaksa ditekan habis-habisan.
“Lao Fu sudah lama tahu ambisi Xiao Jing, junior sekadar yang mengira bisa menipu Lao Fu, sangat menggelikan! Meski Lao Fu tidak ahli Larangan, tapi kalian berdua yang ahli dan telah membukakannya untukku, tentu tidak perlu kucurahkan tenaga!” Lingdong Shangren tertawa dingin. Gerakan halus Wang Lin semakin menguatkan keyakinannya. Ia berkata perlahan: “Keluarlah, tunggu di samping!”
Dao Ling yang tercipta alami membutuhkan persembahan jiwa utuh dari makhluk hidup yang belum melalui Soul Searching Technique. Dalam pandangan Lingdong Shangren, Wang Lin pasti tidak akan bisa menimbulkan ombak besar, apalagi lolos dari genggamannya. Karena itu, ia sementara mempertahankan nyawa pemuda itu untuk persembahan ritual nanti.
Wang Lin wajah pucat, tampak ragu. Namun beberapa saat kemudian ia menghela napas dalam hati, menunduk, perlahan keluar dari kabut. Saat tubuhnya sepenuhnya muncul, Lingdong Shangren menggerakkan tangan kanannya. Kekuatan dahsyat menghujam tubuh Wang Lin, berubah menjadi penjara energi seperti gelembung yang mengurungnya di dalam.
Bahkan tak melirik Wang Lin, Ling Dong Shang Ren sangat yakin pada kemampuannya sendiri. Tubuhnya melangkah maju, langsung memasuki kabut. Saat terlihat hendak menerjang masuk ke koridor, di detik ia melangkah masuk, langkahnya tiba-tiba membeku. Dengan kasar ia menoleh tajam ke Wang Lin, sorot matanya bagai kilat.
Ekspresi Wang Lin tetap memancarkan kepahitan tanpa perubahan. Meski pandangan Ling Dong Shang Ren yang menyapu sekilas itu sangat mendadak, tak terlihat jejak apapun.
"Lao Fu mengubah keputusan! Kau yang masuk duluan!"
Wang Lin tertegun. Sukacita di matanya belum sempat muncul sudah ditekan dengan paksa, namun masih menyisakan seberkas perubahan raut. Ling Dong Shang Ren tertawa panjang, tak lagi mempedulikan Wang Lin. Ia berbalik tanpa ragu-ragu, melangkah masuk ke koridor!
Siluetnya bagai kilat langsung mencapai bagian tengah koridor. Tepat saat itu, jeritan menyayat hati tiba-tiba muncul!!
"MASIH ADA LARANGAN!!!"
Wang Lin dengan kasar mengangkat kepala, kilatan niat membunuh berkedip di kedua matanya.
