Wang Lin dengan ekspresi tenang menarik kembali pandangannya dari angkasa berkilau di atas. Dengan tingkat kultivasinya, ia merasakan dengan jelas gejolak tak kasat mata sebelumnya di angkasa dimana seseorang telah melakukan sihir Tao untuk mengunci target padanya.
"Tampaknya kepulanganku telah menarik perhatian banyak orang... Baiklah!" Senyum mengembang di bibir Wang Lin. Kini, ia memiliki kualifikasi dan tingkat kultivasi untuk menghadapi segala situasi.
Bahkan jika kedatangannya diketahui orang, baginya itu sama sekali tak berarti!
Dengan langkah santai, Wang Lin melangkah di hamparan angkasa luas. Meskipun kecepatannya tak tinggi, setiap langkahnya melangkahi jarak tak terhingga. Matanya memandang sekeliling angkasa yang familiar sambil terus berjalan diam-diam.
Di kejauhan depan angkasa Wang Lin, sekelompok hampir seratus kultivator berubah menjadi cahaya panjang yang mengaum, mengitari sebuah planet kultivasi berenergi spiritual pekat. Untaian benang magis dilemparkan dari tangan mereka, dalam sekejap membentuk jaring raksasa yang menyelimuti planet kultivasi kolosal itu.
Di antara para kultivator ini, terdapat seorang pria paruh baya. Matanya berkilat seperti kilat, tingkat kultivasinya telah mencapai kesempurnaan Nirvana. Rupanya berwibawa, terutama di kedua matanya yang memancarkan kilatan sinar tajam. Di sekeliling tubuhnya mengaliri aliran-aliran kilat berbentuk busur, membuat kewibawaannya semakin bersinar.
"Perhatikan baik-baik! Bersatu dalam mengerahkan tenaga! Jangan sampai merusak planet kultivasi ini! Jika tidak, hukuman dari Kuil Dewa Petir masih bisa ditolerir. Tapi jika sampai mempengaruhi persiapan perang Luotian, kita semua harus pulang menjalani tapa!"
Suara kultivator paruh baya ini bergemuruh bak guntur, bergema ke seluruh telinga puluhan kultivator di sekitarnya. Wajah-wajah mereka serentak menunjukkan senyum lebar.
"Zhan Konglie, kami boleh saja bertapa. Tapi engkau adalah bintang generasi ini di keluarga Zhan. Mana mungkin leluhurmu mengijinkanmu bertapa?!"
"Biasanya dihukum tapa tak masalah. Tapi di masa genting persiapan perang ini, jika sampai dihukum tapa begitu pertempuran pecah... Sungguh tidak rela!"
“Saudara Zhan, kabarnya kali ini keempat domain bintang sedang bersiap perang, tapi Lautan Awan yang menjadi pemimpin. Masalah ini masih membingungkan kami, mengapa harus patuh pada perintah Lautan Awan? Apakah kau punya informasi?”
Gelak tawa bergema, di bawah aliran energi Yuan yang serempak dari semua orang, planet kultivasi ini tiba-tiba berderu dahsyat dan perlahan tertarik keluar dari orbit aslinya oleh puluhan kultivator. Dengan tarikan kasar mereka, benda langit itu mulai melayang maju.
Pria paruh baya itu tak lain adalah Zhan Konglie. Tangan kanannya juga terhubung dengan planet kultivasi di belakangnya melalui benang tipis. Saat terbang maju bersama yang lain, ia tersenyum: "Ini adalah keputusan leluhur Luo Tian kami, Senior Lu Fuzi, bersama perwakilan tiga domain bintang lainnya. Aku pun tak banyak tahu detailnya. Jika benar-benar ada kabar baru, pasti akan kuberitahu. Buat apa terburu-buru?"
Begitu nama Lu Fuzi disebut, sorot mata puluhan kultivator ini langsung dipenuhi kefanatikan. Masalah yang berkaitan dengan Lu Fuzi, termasuk Zhan Konglie sekalipun, baru diketahui dalam beberapa tahun terakhir. Di mata mereka, Lu Fuzi adalah ahli sejati Luo Tian, sang penjaga Domain Bintang Luo Tian! Selama Lu Fuzi ada, Luo Tian takkan musnah!
Memandangi mereka di sekelilingnya, Zhan Konglie menghela napas dalam hati. Berbeda dengan yang lain, sorot matanya hanya memancarkan rasa hormat tanpa sedikitpun kefanatikan. Seolah semua semangat fanatiknya telah diambil seluruhnya oleh seseorang bertahun-tahun silam.
Sorot mata penuh kefanatikan dari orang-orang di sekeliling ini, dahulu kala pernah juga dimilikinya. Darahnya pernah mendidih karenanya - cukup dengan satu perintah dari sosok itu, ia rela melakukan segalanya!
Kefanatikan terhadap sosok itu tak pernah pudar meski waktu terus berlari. Malah semakin mengkristal seiring makin dalamnya pemahaman akan identitas sebenarnya sang figur.
"Hanya saja... di manakah ia sekarang?" Sorot mata Zhan Konglie menyiratkan jejak kenangan yang tersembunyi rapat. Sering ia terhanyut dalam kilasan memori akan peristiwa-peristiwa pertama yang mereka lewati bersama.
"Orang itu pernah melintasi Luotian, selain memengaruhi diriku, juga memengaruhi Shen Gonghu." Mengenang Shen Gonghu, Zhan Konglie mendengus pelan. Selama bertahun-tahun, Shen Gonghu selalu menentangnya, pertentangan antara mereka berdua semakin sengit.
Hampir seratus kultivator ini berubah menjadi cahaya panjang, perlahan melesat ke depan. Kecepatannya semakin meningkat, menarik planet kultivasi itu, menyambar ke depan di angkasa.
Sesaat kemudian, tiba-tiba di depan langsung para kultivator ini, sosok berjubah putih perlahan mendekat dari kejauhan. Melihat hampir seratus kultivator ini, sosok berjubah putih itu menghentikan langkahnya, membeku di udara, mengamati diam-diam.
Kemunculan sosok berjubah putih langsung menarik perhatian para kultivator ini. Terutama Zhan Konglie, matanya mengeras, pandangannya menyapu sekilas. Namun dengan tingkat kultivasinya, ia tak bisa melihat rupa lawan.
"Ada keanehan, semua waspada!" Zhan Konglie melangkahkan seluruh tubuhnya maju ke posisi terdepan, menyebarkan Shen Shi.
Kedua pihak semakin mendekat, namun sosok berjubah putih itu tetap tidak melakukan gerakan apapun, hanya berdiam dengan tenang sambil mengamati para kultivator yang melesat melewati sampingnya dalam sekali geser.
Tak seorang pun bisa melihat wujud sosok berjubah putih itu. Setiap pandangan yang menyapu tubuhnya seolah terdistorsi dengan sendirinya, bagaikan posisinya merupakan pusaran lubang hitam yang mampu menyerap segalanya.
Hampir seratus kultivator itu baru bisa sedikit lega setelah berhasil menarik planet kultivasi tersebut sepenuhnya melewati sosok berjubah putih.
"Tingkat kultivasi orang ini jelas bukan level biasa. Dari penampilannya, sepertinya bukan berasal dari wilayah Luotian kita..."
"Kini benteng Empat Domain Bintang telah terbuka. Selama memiliki surat jalan, siapa pun bisa saling menerobos melintasi domain. Pasti dia berasal dari domain bintang lain."
Seiring jarak yang semakin menjauh, Zhan Konglie berbalik sambil memandang sosok berjubah putih yang masih diam-diam mengawasi dari belakang, keningnya berkerut.
"Orang ini... samar-samar terasa familiar..."
Wang Lin memandangi sekelompok kultivator di depannya, sorot matanya tertuju pada Zhan Konglie di antara mereka. Sorot mata memunculkan jejak kenangan - penampilan pria itu terlihat lebih tua beberapa tahun dibanding pertemuan terakhir. Terlintas kembali kenangan di Kolam Petir dulu, saat Zhan Konglie yang tingkat kultivasinya sedikit lebih tinggi justru dibuat berkeringat dingin oleh pandangan Wang Lin yang telah mencapai pencerahan atas inti kekuatan petir. Adegan-adegan ketika pria itu akhirnya bersujud mengakui Wang Lin sebagai Tuhan pun tergambar jelas, membuat senyum mengembang di wajah Wang Lin.
"Bertemu teman lama adalah kebahagiaan terbesar dalam kehidupan..." Gumam Wang Lin dengan senyuman sembari berbalik dan melangkah menjauh.
Ia merasa bahagia.
Langkah Wang Lin kian menjauh, jarak antara dirinya dengan puluhan kultivator itu perlahan menjadi tak berujung. Zhan Konglie tetap mengerutkan kening, bahkan tak mendengar celoteh rekan-rekannya. Ia menatap siluet yang perlahan menghilang dari pandangan, rasa familiaritas yang menggelitik di hati tak kunjung sirna.
"Sangat familiar..." Zhan Konglie diam-diam berbalik, mengikuti kultivator di sampingnya terbang ke depan, namun pikirannya terus merenungkan dari mana perasaan familiar ini berasal.
Di benaknya, siluet samar sosok berjubah putih terus terbayang, gerakan rambut putih yang terayun saat berbalik juga jelas terulang-ulang dalam pikirannya.
"Aku pasti pernah bertemu orang ini!" Zhan Konglie mengusap pelipisnya, namun tepat saat itu tangan kanannya yang mengusap alis tiba-tiba membeku - siluet buram berjubah putih di benaknya perlahan bertumpuk dengan sosok yang sangat membekas dalam ingatannya. Saat kedua bayangan itu menyatu sempurna, kepalanya bergemuruh bagai 100.000 petir meledak bersamaan, membuat tubuhnya bergetar hebat!
Matanya menunjukkan ketidakpercayaan, dengan refleks ia berbalik - wajahnya langsung memerah, bola matanya membelalak. Dalam kebingungan sesaat itu, ia bisa mendengar detak jantungnya yang berdegup kencang: Dug... dug!
“Adalah... dia!!”
Zhan Konglie tanpa keraguan sedikitpun mengayunkan kedua kakinya ke depan dengan langkah mantap. Kecepatannya bagai petir dahsyat, sekejap mata melesat ke arah Wang Lin yang menjauh.
Aksi mendadak ini membuat puluhan kultivator di sekitarnya tertegun di tempat.
Zhan Konglie mengerahkan seluruh kecepatannya, melesat melintasi angkasa tak berujung dengan gemuruh. Namun di depan mata hanya hamparan kosong tanpa jejak sang kultivator putih.
Setelah waktu lama, tubuhnya berhenti. Sorot matanya memancarkan kepahitan.
"Mengapa tidak memanggilku..." Ia berdiam di tempat itu, sangat-sangat lama...
Waktu berlalu. Dalam hening, Zhan Konglie memberi penghormatan diam-diam ke angkasa di depan. Dengan desahan pelan, ia berbalik dan menghilang.
Di kedalaman Domain Bintang Luo Tian, terdapat hamparan angkasa yang luas dan sepi. Wilayah ini relatif tandus, dengan planet-planet kultivasi yang sebagian besar tidak memiliki energi spiritual melimpah. Salah satunya adalah planet kultivasi berukuran sedang yang memancarkan cahaya lembut berkilauan, berputar perlahan di ujung angkasa.
Tujuh puluh persen permukaan planet ini ditutupi samudera, dengan daratan yang tersebar secara terpisah-pisah. Dari kejauhan, ia tampak seperti bola air biru nan megah.
Planet Qingling!
Di sini juga terdapat kultivator, namun sebagian besar tingkat kultivasinya rendah. Hanya tiga orang yang mencapai tahap Bayi Yuan Ying. Kini, di puncak gunung tertinggi Planet Qingling, ketiga kultivator ini sedang bersikap hormat di hadapan seorang orang tua.
Orang tua itu mengenakan jubah literati, lebih mirip sarjana dunia fana daripada praktisi kultivasi. Dengan tenang ia duduk di atas batu altar di puncak gunung.
Di tempat ini, ia telah bertapa selama lebih dari delapan ratus tahun.
Semua ini berawal dari sepatah kata Gurunya di masa lampau.
“Sepanjang hidupku, tak ada murid satupun. Jalanmu memiliki sebab denganku, maka kau kuterima sebagai murid sementara! Gunung Hengyun ini kuberikan untukmu berlatih kultivasi sementara. Tak kuajarkan kau hukum dao atau kemampuan supernatural, hanya sebuah pemahaman!”
Orang tua itu perlahan membuka matanya. Ia tak memandang ketiga kultivator tahap Bayi Yuan Ying di hadapannya, melainkan mengarahkan pandangannya ke awan kemerahan di ufuk langit, memandangnya dalam diam.
“Kalian bertiga mundurlah... Bintang ini milik Guruku... Selama Guru belum kembali, sehelai rumput, sebatang kayu, setitik gunung, setetes air di bintang ini, tak boleh diambil siapa pun.”
“Tapi dalam persiapan perang ini, Kuil Dewa Petir telah mengeluarkan perintah dewa. Dalam 3 hari mereka akan datang mengambil bintang, kami...” Salah satu dari ketiga kultivator tahap Bayi Yuan Ying itu membuka mulut dengan panik, namun seketika terhenti oleh sorot mata tajam sang tua dari batu altar.
Hanya dengan satu pandangan, kultivator itu langsung jiwa bergetar, tak berani melanjutkan. Ketiganya menyatukan tinju dengan hormat, membungkuk lalu pergi.
Orang tua itu diam, memandangi lapisan demi lapisan awan kabut di langit, duduk diam-diam di sana. Lama kelamaan, gemuruh petir mulai terdengar samar-samar dari langit. Tak lama kemudian, desau angin kencang bergemuruh, membentuk gulungan awan hitam di cakrawala yang menutupi langit dan menghalangi cahaya matahari.
Gemericik hujan semakin dekat, tirai hujan turun gemerisik, datang dari kejauhan seperti ditumpahkan dari ember, perlahan membungkus bumi dalam pelukannya.
Hujan deras menghujam puncak gunung, menciptakan gemuruh tak putus-putus. Dalam tirai hujan ini, langit dan bumi pun tampak samar-samar. Angin kencang menerpa hujan hingga menyapu tubuh orang tua itu, membasahi jubahnya, namun tak mampu mengaburkan sorot mata penantiannya yang terus menatap langit.
Sehela napas panjang bagai terbawa angin melintasi semesta, mendarat di telinga orang tua itu. Seketika tubuhnya bergetar hebat, pancaran mata memancarkan gejolak semangat.
"Kuingat... namamu adalah Xie Qing!"
