"Dunia di luar begitu indahnya! Gadis-gadis di luar begitu megahnya! Banyak sekali orang di luar sana!" Raungan melengking yang cukup disebut memilukan bergema di sekitar area puing-puing kecil tempat persembunyian Binatang You Ming di Domain Aliansi Bintang.
Suara ini memancarkan kegembiraan seolah telah tertahan selama tak terhitung tahun, bersamaan dengan kemunculannya terlihat siluet kurus kering berpenampilan kumuh yang terus menggeram dan mengaum sambil berhamburan tak karuan di area puing-puing ini.
Wang Lin sudah terbiasa dengan keributan orang gila ini. Ia mengabaikan gerakan gilanya, diam-diam memandang ke depan angkasa sambil merasakan hawa familiar yang masih tersisa.
Aura rumah.
"Akhirnya... pulang ke rumah..." Melankolis terpancar dari sorot mata Wang Lin. Ia punya rumah - rumah di Kunxu, rumah di Zhu Que. Hanya saja tak ada lagi keluarga, yang tersisa hanyalah arwah yang telah tiada...
Bahkan dirinya sendiri tidak tahu mengapa masih ingin pulang. Ini bukan hanya demi air jernih atau Situ Nan dan yang lainnya, melainkan kedalaman hatinya setelah ribuan tahun mengembara, ada kejelasan yang tak terungkapkan. Seolah Kunxu selalu memiliki kekuatan aneh yang membuatnya tidak bisa terlepas.
Meskipun, ia sudah tidak memiliki keluarga lagi...
Sorot mata Wang Lin menunjukkan duka. Kesedihan ini menyelimuti seluruh hidupnya. Ia terpaku menatap depan, lama sekali. Wang Lin menutup mata, tanpa air mata, hanya luka.
Teriakan orang gila itu perlahan melemah. Ia memandang Wang Lin dengan keraguan, menggaruk kepala lalu mendekat. Pandangannya menunjukkan kebingungan. Ia belum pernah melihat ekspresi seperti itu, namun secara samar dapat merasakan seberkas kesedihan jiwa yang terpancar dari tubuhnya.
“Hei, gadis kecil, ada apa denganmu? Ceritakan pada Wang, apakah ada yang mengganggumu? Wang akan membelamu!” Orang gila itu menyilangkan kedua tangan di pinggang, mengangkat rahang bawahnya, menunjukkan sikap yang seolah-olah perkasa.
Wang Lin membuka mata, tetap diam tanpa berkata-kata, lalu menggelengkan kepala dan melangkah mantap ke depan, menuju angkasa nun jauh di sana, melangkah perlahan dengan langkah berat.
Langkahnya sangat pelan, pandangannya tertuju pada angkasa. Segala sesuatu di sini memberinya kesan familiaritas, semakin jelas perasaan itu, semakin pekat melankoli yang muncul dari hati.
Ia sendiri tak bisa menjelaskan, mengapa kali ini kesedihannya melebihi saat kembali dari Luotian dulu. Mungkin karena kali ini ia telah mengalami terlalu banyak, menempuh perjalanan yang terlalu jauh...
"Jangan seperti ini, kalau kau begini, Wang juga jadi sedih... Wang rindu rumah! Xiao Hong, Xiao Yin, kalian berdua pantas mati! Kenapa tidak mencari Wang? Aku ingin pulang..." Si orang gila itu mengikuti di belakang Wang Lin, perlahan terpengaruh emosinya, akhirnya ikut merunduk lesu.
Tapi perubahan emosi si gila ini sangat cepat. Tak lama kemudian, semua kesedihan sebelumnya terlupakan, kembali bersemangat sambil berteriak mengontrol puing-puing kecil yang mengitari badannya. Dengan raungan dahsyat, batu-batu itu melesat menghujam ke depan, dimainkannya dengan girang.
Wang Lin berjalan diam-diam ke depan, perlahan mengubur duka dan menyembunyikan kelelahan. Masih banyak yang harus dikerjakannya, belum saatnya untuk beristirahat.
Melihat orang gila yang bermain di kejauhan, namun tak pernah terlalu jauh darinya, sorot mata Wang Lin menunjukkan seberkas keirihatian. Ia sangat mengagumi kebahagiaan orang gila itu, di mana segala masalah seakan sekejap mata sudah dilupakan, selalu mencari cara untuk membuat diri sendiri gembira.
Hal ini, Wang Lin tidak bisa melakukannya.
Demikianlah, di bawah gelak tawa bahagia si gila dan sesekali teriakan parau yang dikeluarkannya, keduanya semakin menjauh ke kedalaman angkasa.
Tak lama kemudian, perlahan muncul di depan sebuah planet kultivasi raksasa. Ukurannya tak jauh berbeda dengan Planet Tianyun di masa lalu, namun jumlah planet pengawal kecil yang mengambang di sekelilingnya jauh melebihi Tianyun.
Planet ini belum pernah dikunjungi Wang Lin, terasa agak asing.
Di sekelilingnya, gelombang energi samar-samar bergema, memancarkan kekuatan larangan yang kuat.
Seluruh planet kultivasi itu sunyi senyap, bagaikan wilayah kematian tanpa suara sedikit pun.
Saat pandangannya menyapu sekilas, si orang gila itu juga melihat planet kultivasi ini. Seketika ia bersorak gembira, matanya berbinar-binar, lalu berteriak keras.
"Wah wah wah! Banyak sekali orang, banyak gadis kecil! Tempat ini bagus, Wang akhirnya melihat orang lain lagi, asyik asyik!" Si gila itu menggosok-gosokkan kedua tangan penuh kegembiraan, lalu berbalik memandang Wang Lin dengan tatapan penuh harap.
"Aku mau main ke sana..."
Wang Lin menyapu pandangannya melintasi planet kultivasi itu. Tanpa menarik perhatian kultivator setempat, ia menangkap segala detail planet itu dengan jelas.
Planet ini berstatus planet kultivasi tingkat tujuh. Permukaannya dipadati orang biasa yang berkerumun dalam puluhan negara. Jumlah kultivator pun cukup banyak, meski sebagian besar masih di tahap pertama. Kultivator Langkah Kedua jumlahnya tak seberapa.
Secara terbuka, tingkat kultivasi tertinggi di sini adalah kultivator Memurnikan Nirvana. Namun di pusat bawah tanah planet ini, terdapat gua kapur yang menjadi tempat bertapa empat Monster Tua yang jelas-jelas telah mengurung diri bertahun-tahun.
"Para kultivator mereka, yang tertinggi telah mencapai Tribulasi Ketiga Surga-Manusia, tapi hanya satu orang saja. Dua lainnya memiliki tingkat Tribulasi Pertama. Yang terakhir adalah Sui Nie (Menghancurkan Nirvana)."
"Di pusat gua kapur planet kultivasi itu, terdapat silih bergantinya Kekuatan Es dan Api. Tampaknya mereka menggunakan hawa es dan api ini untuk menekan tribulasi kemerosotan dalam tubuh, berusaha melewatinya perlahan."
"Aku punya urusan penting. Tak bisa menemanimu bermain." Wang Lin menarik kembali pandangannya, tahu tak ada yang bisa melukai si gila ini.
"Tak apa! Aku bisa main sendiri. Kalau kau ikut, Wang malah tak nyaman. Bahkan jika kau memaksa ikut, Wang tak setuju!" Si gila mendengus pelan.
Wang Lin diam sejenak, memandang si gila dengan kelembutan di matanya. "Haruskah ke sini? Lebih baik ikuti aku. Setelah urusanku selesai, akan kuajak kau bermain," ujarnya perlahan.
Orang gila itu menggelengkan kepala sekuat tenaga, menoleh tajam ke arah planet kultivasi itu, sorot matanya menunjukkan kegembiraan intens sambil bergumam pelan: "Banyak sekali orang di sini, pasti sangat seru. Banyak gadis kecil... dan tidak sedikit kultivator. Haha, bukankah ini tujuan utama aku kabur dulu? Aku tidak mau ganti tempat, harus ke sini..."
Melihat ekspresi orang gila itu, Wang Lin tersenyum getir. Setelah merenung sejenak, hatinya masih resah. Bagaimanapun mental orang gila itu seperti anak kecil, meski memiliki tubuh yang tidak musnah, tetap rentan ditipu orang.
Jika dirinya sendiri yang tertipu mungkin masih bisa dimaklumi, namun Wang Lin mutlak melarang orang lain menipu si orang gila ini! Karakternya yang tegas dalam hal permusuhan dan dendam, ditambah hutang budi besar dari orang gila ini, membuatnya takkan mengizinkan sedikitpun bahaya mengancam orang itu!
"Tidak boleh!" Wang Lin mengibaskan lengan bajunya. Cahaya emas seketika menyambar orang gila itu, mengitari tubuhnya sebelum membawa orang ini pergi menjauh.
"Orang gila itu sorot matanya langsung menyala oleh amarah, terus-menerus mengaum dan menggeram rendah. Di dalam cahaya emas itu ia bergulat dengan gigih. Entah menggunakan kemampuan supernatural apa, tiba-tiba ia berhasil kabur dari lingkaran cahaya itu. Di balik kemarahannya terselip rasa bangga, lalu membentak Wang Lin keras-keras.
"Brengsek! Kau berani mengatur Wang? Kakakku sendiri tak bisa mengendalikanku! Ke mana Wang ingin main, pasti akan kudatangi! Meski kau adalah guru Wang, lalu apa? Hmph, berapa banyak guru yang pernah kumiliki? Biar kuhitung: satu, tiga, delapan... Lupa! Pokoknya banyak! Siapa yang berani mengatur Wang?
Aku harus pergi main!" Orang gila itu melotot ke arah Wang Lin sambil memamerkan giginya, menampilkan ekspresi yang sangat garang.
Wang Lin menatap tajam orang gila itu dengan dingin. Karakternya lebih menyukai ketenangan, dan bukan tipe yang mudah menuruti kemauan orang. Mendengar ketegasan ucapan sang gila, ia mendengus keras lalu mengangkat tangan kanannya untuk mencengkeram ke depan. Seketika, celah penyimpanan muncul dan dua cahaya berhamburan keluar darinya.
Dalam cahaya pertama itu, terdengar jelas suara menderu penuh kegembiraan.
"Gue gak mau balik! Kali ini pokoknya gak mau balik! Setiap butuh, loe lempar gue keluar. Udah gak butuh, lempar balik lagi. Meski gue cuma Roh Pedang, tapi udah ngabdi mati-matian buat loe si bintang pembawa malapetaka ini! Jangan kejam gini ke gue!" Suara licik Xu Liguo bergema sementara tubuhnya menyambar keluar dari cahaya. Begitu muncul, bola matanya berputar licik lalu langsung menatap si orang gila.
Si orang gila pun tertegun sejenak sebelum menatap Xu Liguo.
Saat keduanya saling mengamati, dari cahaya kedua yang dikibaskan Wang Lin, muncul kepala Liu Jinbiao yang penuh kewaspadaan. Setelah mengamati sekeliling, matanya menatap tajam si orang gila beberapa saat sebelum akhirnya batuk-batuk kecil dan melangkah keluar dari pancaran cahaya.
"Kalian berdua temani dia, tunggu aku di planet kultivasi ini! Jangan biarkan dia terluka sedikitpun!" Wang Lin berbicara dengan kewibawaan yang tak perlu disertai ancaman "jika tidak".
Pandangannya menyapu sekilas tubuh si orang gila, Wang Lin berbalik melangkah menjauh. Dalam perkiraannya, dengan Xu Liguo yang tingkat kultivasinya cukup dan Liu Jinbiao yang ahli baca situasi, si gila ini seharusnya bisa bertahan di planet tanpa ancaman ini.
Dengan demikian hatinya tenang. Sekejap mata ia menghilang di angkasa, menyambar langsung ke markas besar Aliansi Kultivasi!
"Saudara Senior Qingshui, Wang Lin datang!"
Setelah Wang Lin pergi, si gila dan Xu Liguo saling melotot. Setelah waktu yang lama, nyaris bersamaan mereka membuka mulut.
"Gadis kecil, beri tahu Wang, namamu apa?"
"Kamu yang mana?"
Xu Liguo tertegun, amarah berkobar seketika. Matanya menatap tajam dengan penuh kebencian: "Siapa gadis kecil? Gue laki-laki!"
Si orang gila tertawa terbahak-bahak, menunjuk Xu Liguo seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi sebelum sempat membuka mulut, malah memeluk perutnya sambil tertawa terbahak-bahak, seluruh tubuhnya bergoyang-goyang seakan hendak berguling di tanah.
"Kau laki-laki? Haha, Xiao Hong, cepat lihat! Roh Pedang ini mengaku bukan gadis kecil... Hahaha, Wang hampir mati ketawa... Eh, hujan? Oh Xiao Hong, hujan turun, cepat ambilkan payung untukku..." Gumam si orang gila dengan sorot mata kosong dan bingung, tawa perlahan menghilang diganti tatapan beku ke arah Xu Liguo.
Di bawah tatapan itu, Xu Liguo mengedipkan mata dengan ekspresi aneh. Ia melirik Liu Jinbiao yang masih menatap tajam si orang gila, memberikan isyarat mata bertanya.
Liu Jinbiao dengan ekspresi serius maju beberapa langkah, matanya terus mengamati si orang gila itu, terutama memperhatikan wajahnya lama sekali. Lalu ia menoleh ke Xu Liguo, mengangguk sambil tersenyum. Namun senyuman itu terasa sangat dibuat-buat.
"Orang gila?"
"Ya, benar-benar orang gila!"
Pandangan Xu Liguo dan Liu Jinbiao saling bersentuhan, perlahan keduanya mulai berputar sambil tersenyum sinis ke arah si orang gila itu.
